KAJIAN KITAB

AZWAJA

ASBABUN NUZUL

Latest Updates

Tarbiyah (pendidikan) Tentang Keutamaan Mencari Ilmu Sebelum Meningkah

April 13, 2018


Tarbiyah (pendidikan) Tentang Keutamaan Mencari Ilmu Sebelum Meningkah
Tarbiyah (pendidikan) Tentang Keutamaan Mencari Ilmu Sebelum Meningkah


Benangmerahdasi
  -Tarbiyah (pendidikan) tentang keutamaan mencari ilmu sebelum meningkah. seperti nasehat ulama': ''Janganlah engkau (terburu - buru) menikah kecuali setelah engkau tahu bahwasanya engkau sudah mampu untuk bertanggung jawab memenuhi seluruh kebutuhan-kebutuhan istrimu".

BENANG MERAH
Santridasi

NO : 00380
TARBIYAH (PENDIDIKAN)
[ Tentang Keutamaan Mencari Ilmu Sebelum Menikah ]

Hallo Benang merah
WA : 0813 8445 1265
WA : 0899 8605 999

Nasehat ulama yang biasa kita tahu, seperti dalam kitab Asybah wa an Nadzair :

لا تتوزوج الا بعد أن تعلم أنك تقدر على القيام بجميع حوائجها واطلب العلم أولا ثم اجمع المال من الحلال ثم تزوج, فانك ان طلبت المال في وقت التعلم عجزت عن طلب العلم ودعاك المال الى شراء الجواري والغلمان وتشتغل بالدنيا والنساء قبل تحصيل العلم, فيضيع وقتك ويجتمع عليك الولد ويكثر عيالك فتحتاج الى القيام بمصالحهم وتترك العلم.

Janganlah engkau (terburu - buru) menikah kecuali setelah engkau tahu bahwasanya engkau sudah mampu untuk bertanggung jawab memenuhi seluruh kebutuhan-kebutuhan istrimu.

Carilah ilmu terlebih dahulu, kemudian (setelah punya ilmu) kumpulkanlah harta benda dari jalan yang halal lalu menikahlah.

Jika engkau mencari harta benda di tengah-tengah waktumu mencari ilmu, maka engkau akan lemah di dalam mendapatkan ilmu, karena harta benda selalu mengajakmu untuk terus berniaga dengan orang-orang di sekitarmu, dan engkau akan tersibukkan dengan urusan dunia juga wanita sebelum engkau benar-benar mendapatkan ilmu.

(jika itu yang terjadi) maka waktumu akan tersia-siakan, dan engkau akan mempunyai banyak anak, keluargamu akan menjadi semakin banyak juga. Oleh karena itu, maka engkau akan sangat berhajat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka dan engkau lalu meninggalkan ilmu.

واشتغل بالعلم في عنفوان شبابك ووقت فراغ قلبك وخاطرك ثم اشتغل بالمال ليجتمع عندك, فان كثرة الولد والعيال يشوش البال, فاذا جمعت المال فتزوج.

Sibukkanlah waktumu dalam mencari ilmu pada masa-masa mudamu, pada waktu hatimu masih senggang dari banyak pikiran, kemudian setelah itu (setelah ilmu berhasil diraih), sibukkanlah dirimu untuk mengumpulkan harta benda, karena sesungguhnya banyaknya anak dan keluarga akan mengganggu pikiran. Dan ketika harta sudah kau raih, maka menikahlah.
Baca Juga: Fiqih Hubungan suami istri (hukum suami istri bermesraan di tempat umum)
Al-Fiqh al-Manhaji, juz 4 halaman 14 - 17

الأفضل تركه: وذلك إذا كان يجد الأهبة، ولكنه ليس محتاجا إلى النكاح، لأن نفسه لا تتوق إليه، وكان منشغلا بالعبادة، أو منقطعا لطلب العلم، فإن التفرغ للعبادة وطلب العلم أفضل من النكاح في هذه الحالة، لأن النكاح ربما يشغله عن ذلك.

الأفضل فعله: فإذا كان ليس منشغلا بالعبادة، ولا متفرغا لطلب العلم، وهو يجد الأهبة للنكاح، لكنه غير محتاج إليه، فالنكاح في هذه الحالة أفضل، حتى لا تقضي به البطالة والفراغ إلى الفواحش، وبالزواج يحصل له الاستعانة على قضاء المصالح، وإنجاب الذرية، وزيادة النسل

● Apabila orang tersebut masih disibukkan dengan belajar atau beribadah, maka lebih baik jika ia tidak menikah, karena jika sudah menikah ia tak akan bisa berkonsentrasi belajar atau beribadah karena disibukkan dengan urusan rumah tangga.

● Apabila orang tersebut sudah tidak disibukkan dengan menuntut ilmu dan beribadah, maka lebih baik ia menikah, agar ia tak terjerumus kepada hal-hal yang buruk dan juga dengan menikah ia akan mendapatkan keturunan dan juga membawa beberapa kemaslahatan.

DASI Dagelan Santri Indonesia
Santri DASI

Santri

Fiqih bab Muamalat (tentang uang bonus kepada reseller/member)

April 12, 2018
Redirect
Fiqih bab Muamalat (tentang uang bonus kepada reseller/member)
Fiqih bab Muamalat (tentang uang bonus kepada reseller/member)

Benangmerahdasi
 
-Fiqih bab Muamalat (tentang uang bonus kepada reseller). banyaknya bisnis online yang sedang berkembang di tengah masyarakat kita. dari efek tersebut timbul pertanyaan tentang bagaimana hukum uang bonus yang di berikan, jika bisa menjual produk dan bonus jika bisa merekrut orang lain menjadi member produk tersebut.

BENANG MERAH
Santri dasi

NO:00377
FIQIH BAB MUAMALAT
[Tentang uang bonus kepada reseller]

Hallo Benang merah
WA: 081384451265
WA: 08998605999
WA: 081393803665

Pertanyaan:

Deskripsi:
Ada salah satu teman saya yang berbisnis online sabun kecantikan, dia merupakan member/reseller produk lain. Lalu nanti jika dia berhasil menjual produk ada bonus, dan ada bonus juga kalo dia bisa merekrut orang lain jadi member di produk tersebut.
Bagaimana Hukum uang bonus tersebut ?

Jawaban:
➖hukum uang bonus/tips
menerima bonus tersebut hukumnya halal karena pemberian tersebut merupakan janji. Mengenai memenuhi janji ulama' khilaf, menurut Imam Taqiyuddin Al Subkiy dari madzhab Syafi'iy memenuhi janji hukumnya wajib.

Kalau tidak ada janji maka disebut hadiah namanya, bila pemberian tersebut karena dibutuhkan atau bertujuan mendapatkan pahala serta adanya shighot / serah terima maka dinamakan hibah dan shadaqoh, dan apa bila pemberian tersebut bertujuan untuk memulyakan serta dengan shighot maka dinamakan hibah dan hadiyah, dan bila pemberian tersebut tidak bertujuan mendapat pahala dan memulyakan serta dengan shighot maka dinamakan hibah saja, dan bila pemberian tersebut karena dibutuhkan atau bertujuan mendpatkan pahala tanpa disertai shighot maka dinamakan shadaqoh saja, dan bila pemberian tersebut bertujuan memulyakan tanpa di sertai shighot maka dinamakan hadiah saja.

Wallaahu a'lam.
Baca Juga: Hukum memberikan izin beribadah bagi non muslim 

➖hukum uang bonus/tips

Referensi

Almughni :

.ولا يصح تعليق الهبة بشرط لأنها تمليك لمعين في الحياة فلم يجز تعليقها على شرط كالبيع فإن علقها على شرط كقول النبي صلى الله عليه وسلم لأم سلمة" إن رجعت هديتنا إلى النجاشي فهي لك كان وعدا. المغني ٥/٤٤٥

Tarsyikhul Mustafidin :

.أجمعوا على أن الوفاء بالوعد في الخير مطلوب وهل هو مستحب أو واجب ذهب الثلاثة إلى الأول وإن في تركه كراهة شديدة وعليه أكثر العلماء_____واختار وجوب الوفاء بالوعد من الشافعية تقي الدين السبكي كما مر ذلك في البيع في بيان بيع العهدة. ترشيخ المستفدين ص : ٢٦٣

I'anatut Tholibin :

.والحاصل أنه إن ملك لأجل الإحتياج أو لقصد الثواب مع صيغة كان هبة وصدقة وإن ملك بقصد الإكرام مع صيغة كان هبة و هدية وإن ملك لا لأجل الثواب ولا لإكرام بصيغة كان هبة فقط وإن ملك لأجل الإحتياج أو الثواب من غير صيغة كان صدقة فقط وإن ملك لأجل الإكرام من غير صيغة كان هدية فقط فبين الثلاثة عموم وخصوص من وجه. إعانة الطالبين.

DASI Dagelan Santri Indonesia
Santri DASI

Santri

Kajian Asbabun Nuzul Ayat 190 Samapi dengan Ayat 194 QS AL Baqoroh

April 10, 2018

Santridasi  -Kajian Asbabun Nuzul Ayat 190 Samapi dengan Ayat 194  QS AL Baqoroh


Kajian Asbabun Nuzul Ayat 190 Samapi dengan Ayat 194  QS AL Baqoroh
Kajian Asbabun Nuzul Ayat 190 Samapi dengan Ayat 194  QS AL Baqoroh


Benangmerahdasi -Kajian Asbabun Nuzul QS AL Baqoroh  Ayat 190 samapi dengan ayat 194 tentang "perdamaian di hudaibiah"  hingga  peristiwa pada bulan Dzulqoidah Nabi Muhammad SAW dengan para shahabatnya berangkat ke Mekkah untuk menunaikan umroh dengan membawa qurban.

Kajian ASBABUN NUZUL
Santri DASI
Oleh : Kang Agus Syahid
NO : 027
QS AL Baqoroh 190 s/d 193

بسم الله الرحمن الرحيم

وقتلوا فی سبيل ﷲ الذين يقتلونكم ولا تعتدوا
ۗانﷲ لايحب المعتدين ۝

وقتلوهم حيث ثقفتموهم وأخرجوهم من حيث اخرجوكم ۗ
والفتنۃ اشد من القتل ۚ

ولاتقتلوهم عند المسجد الحرام حتی يقاتلوكم فيه

ۖ فإن قتلوكم فاقتلوهمۗ
كذلك جزاء الكفرين

۝فإن نتهوا فإن ﷲ غفور رحيم۝

وقتلوهم حتی لا تكون فتنۃ ويكون الدين لله ۖ

فإن انتهوا فلا عدون الا علی الظلمين



Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan "perdamaian di hudaibiah" yaitu ketika Rosululloh dicegat oleh kaum quraisy untuk memasuki Baitulloh .Adapun isi perdamaian tersebut antara lain ,agar kaum muslimin menunaikan umrohnya pada tahun berikutnya.

Ketika Rosululloh berserta shabatnya mempersiapkan diri untuk melaksanakan umroh tersebut sesuai dengan perjanjian para shahabat kawatir kalau kalau orang quraisy tidak menepati janjinya.,bahkan memerangi dan menghalangi mereka masuk Masjidil haram ,padahal kaum muslimin enggan berperang pada bulan haram.Turunnya"waqotilu fi sabilillahil ladzina"membenarkan berperang untuk membalas serangan musuh
Baca Juga: Kajian Asbabun Nuzul Ayat 188 dan 189 Qs Al Baqarah 

QS AL Baqoroh Ayat 194



بسمﷲ الرحمن الرحيم

الشهر الحرام بالشهر الحرام والحرمت قصاص فمن اعتدی عليكم فاعتدوا عليه بمثل ما اعتدی عليكم واتقواﷲ واعلمواانﷲ مع المتقين



Dalam suatu riwayat dikemukakan peristiwa pada bulan Dzulqoidah Nabi Muhammad SAW dengan para shahabatnya berangkat ke Mekkah untuk menunaikan umroh dengan membawa qurban.

Setibanya di Hudaibiah ,dicegat oleh kaum musyrikin dan di buatlah perjajian yang isi nya antara lain agar kaum muslimin menunaikan umrohnya pada tahun berikutnya. Pada bulan Dzulqoidah tahun berikutnya berangkatlah Nabi beserta sahabatnya ke Mekah dan tinggal disana selama tiga malam

Kaum musyrikin merasa bangga dapat menggagalkan maksud Nabi SAW untuk umroh pada tahun yang lalu. Alloh SAW membalasnya dengan meluluskan maksud umroh pada bulan yang sama pada tahun berikutnya.

wallahu a'lam bishawab

DASI Dagelan Santri Indonesia
Santri DASI
Santri

Fiqih bab Ath'imah (Tentang hukum memakan hewan buruan)

April 10, 2018

Santridasi menjawab -Fiqih bab Ath'imah (Tentang hukum memakan hewan buruan) Referensi dari Fathul Mu'in wa Khasyiyah Tarsyikhul Mustafidin Halaman 50, Khasyiyah ad-Dasuqi Juz 2 halaman 103 dan Syarah Shohih Muslim Fi Hamisy Irsyad as-Sari Juz 2 Halaman 136


Fiqih bab Ath'imah (Tentang hukum memakan hewan buruan)
Fiqih bab Ath'imah (Tentang hukum memakan hewan buruan)

Benangmerahdasi - Fiqih bab Ath'imah (Tentang hukum memakan hewan buruan).banyak teman-teman yang mempertanyakan bagaimana hukum memakan hewan buruan yang mati di tembak. berikut ini akan kita bahas hal tersebut dengan mengambil referensi dari Fathul Mu'in wa Khasyiyah Tarsyikhul Mustafidin Halaman 50, Khasyiyah ad-Dasuqi Juz 2 halaman 103 dan Syarah Shohih Muslim Fi Hamisy Irsyad as-Sari Juz 2 Halaman 136


BENANG MERAH
Santridasi
NO : 00377
FIQIH BAB ATH'IMAH

[ Tentang Hukum Memakan Hewan Buruan ]

Hallo Benang merah
WA : 0813 8445 1265
WA : 0899 8605 999
___________________

Sail : M. Misbahuddin

Pertanyaan :
Bagaimana hukum memakan hewan buruan yang mati karena di tembak ?
___________________

Mujawib : Rido Nasukha

Jawaban :

Hukum memakan hewan buruan yang mati karena ditembak adalah Khilaf.

1. Menurut Syafi'iyah, jika langsung terbunuh tanpa di sembelih dengan benda tajam maka hukum memakannya adalah haram.

2. Sedangkan menurut sebagian ulama' Malikiah, hukumnya halal asalkan membaca basmalah.

NB : basmalah merupakan sarat wajib sembelihan dalam madzhab Maliki.
___________________

Referensi :

1. Fathul Mu'in wa Khasyiyah Tarsyikhul Mustafidin Halaman 50

وَيَحْرُمُ قَطْعًا رَمْيُ الصَّيْدِ بِالْبُنْدُقِ الْمُعْتَادِ الْانَ وَهُوَ مَا يَضَعُ بِالْحَدِيْدِ وَيَرْمِيْ بِالنَّارِ لِأَنَّهُ مُحْرِقٌ مُدَقِّقٌ سَرِيْعًا غَالِبًا قَوْلُهُ ( قَطْعًا ) أَيْ بِلاَ خِلاَفٍ عِنْدَنَا بِخِلاَفِ الرَّمْيِ بِبُنْدُقِ الطِّيْنِ فَفِيْهِ خِلاَفٌ يَأْتِيْ.

وَقَالَ الْمَالِكِيَّةُ بِجَوَازِ الرَّمْيِ بِبُنْدُقِ الرَّصَاصِ الْمَعْرُوْفِ الَْأَنَ وَحِلٌّ أَكْلُ مَا صِيْدَ بِهِ بِشَرْطِ التَّسْمِيَّةِ بِهِ عَنْدَ ( الرَمْيِ ) فَإِنْ تَرَكَهَا سَهْوًا لَمْ يَضُرَّ.

Dan haram secara pasti menembak binatang buruan dengan senapan yang sudah biasa sekarang ini, yaitu apa yang diletakkan dengan besi dan dilemparkan dengan api karena senapan itu membakar dan menghancurkan dengan cepat pada umumnya.

Ucapan mushonnif secara pasti artinya tanpa ada perbedaan pendapat diantara kitab berbeda dengan melempar, menembak dengan senapan tanah dalam hal ini ada perbedaan pendapat yang akan datang.

Madzhab Maliki berpendapat mengenai kebolehan menembak dengan senapan timah yang telah diketahui sekarang ( senapan angin ) dan halal memakan apa yang diburu dengannya dengan syarat membaca basmalah pada waktu menembak. Jika meninggalkan bacaan basmalah karena lupa tidak berbahaya.
Baca Juga: Fiqih bab sembelihan (tentang ucapan basmalah ketika menyembelih hewan)
2. Khasyiyah ad-Dasuqi Juz 2 halaman 103

اَلْحَاصِلُ أَنَّ الصَّيْدَ بِبُنْدُقِ الرَّصَاصِ لَمْ يُوْجَدْ فِيْهِ نَصٌّ لِلْمُتَقَدِّمِيْنَ لِحُدُوْثِ الرَّمْيِ بِهِ لِحُدُوْثِ الْبَارُوْدِ فِيْ وَسَطِ الْمِائَةِ الثَّامِنَةِ

وَاخْتَلَفَ فِيْهِ الْمُتَأَخِّرُوْنَ فَمِنْهُمْ مَنْ قَالَ بِالْمَنْعِ قِيَاسًا عَلَى بُنْدُقِ الطِّيْنِ وَمِنْهُمْ مَنْ قَالَ بِالْجَوَازِ كَأَبِيْ عَبْدِ اللهِ الْقُوْرِيْ وَابْنِ الْمَنْجُوْرِ وَسَيِّدِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ الْقَادِرِ الْفَاسِيْ لِمَا فِيْهِ مِنَ الْإِنْهَارِ وَالْإِجْهَازِ بِسُرْعَةٍ الّذِيْ شُرِعَتِ الذَّكَاةُ لِأَجْلِهِ

وَقِيَاسُهُ عَلَى بُنْدُقِِ الطِّيْنِ فَاسِدٌ لِوُجُوْدِ الْفَارِقِ وَهُوَ وُجُوْدُ الْخَرْقِ وَالنُّقُوْدِ فِي الرِّصَاصِ تَحْقِيْقًا وَعَدَمُ ذَالِكَ فِي بُنْدُقِ الطِّيْنِ وَإِنَّمَا شَأْنُهُ الرَّضُّ وَالْكَسْرُ وَمَاكَانَ هَذَا لَا يُسْتَعْمَلُ لِأَنَّهُ مِنَ الْوَفْدِ الْحَرَامِ بِنَصِّ الْقُرْأَنِ ِ.ا ه.

Pada hasilnya bahwa berburu dengan senapan angin tidak didapati padanya nash/ketetapan hukum daripada ulama terdahulu karena menembak dengan senapan angin itu adalah hal yang baru karena kebaharuan bahan peledak pada pertengahan abad kedua.

Dalam hal ini ulama' mutaakhir berbeda pendapat, diantara mereka ada yang berpendapat dengan kebolehan seperti Abu Abdillah al-Fauri Ibnul Manjur, Sayyid Abdur Rohman, Abdul Qodir al-Fasi, karena dalam peluru timah tersebut ada pengaliran darah dan pembunuhan yang cepat yang penyembelihan disyariatkan karenanya.

Pengqiasan peluru timah dengan peluru tanah adalah rusak (tidak benar) karena wujud perbedaan yaitu wujud lubang dan pecah pada peluru timah secara nyata dan ketiadaan hal tersebut pada peluru tanah. Kepentingan peluru tanah adalah meremukkan dan apa yang ada seperti ini tidak boleh dipergunakan karena peluru tanah itu melemparkan benda yang diharamkan menurut nash al-Qur'an.

3. Syarah Shohih Muslim Fi Hamisy Irsyad as-Sari Juz 2 Halaman 136

وَقَالَ مَحْكُوْلٌ وَالْأَوْزَعِيِّ وَغَيْرُهُمَا مِنْ فُقَهَاءِ الشَّافِعِيِّ بِحِلٍّ مُطْلَقًا كَذَا قَالَ هَؤُلاَءِ وَابْنُ أَبِيْ لَيْلَى أَنَّهُ يَحِلُّ مَاقَتَلَهُ بِالْبُنْدُقَةِ. إلخ

Makhqul, Auzai'i dan selainnya berkata tentang kehalalan secara mutlak demikian pula pendapat mereka dan Ibnu Abi Laila bahwa sesungguhnya halal memakan binatang yang dibunuh dengan peluru.


DASI Dagelan Santri Indonesia
Santri DASI
Santri

Tauhid (Tentang Iman yang Sempurna) kitab Qotrul Ghoits hal: 3

April 08, 2018

Santridasi -Tauhid (teologia) tentang imam yang sempurna. 4 kalimat yang harus di tinggalkan untuk mencapai iman yang sempurna. maqolah Syeh Nawawi al jawi dalam kitab Qotrul Ghoits hal- 3.


Tauhid (Tentang Iman yang Sempurna) kitab Qotrul Ghoits hal: 3
Tauhid (Tentang Iman yang Sempurna) kitab Qotrul Ghoits hal: 3


Benangmerahdasi  -Tauhid (teologia) tentang imam yang sempurna. 4 kalimat yang harus di tinggalkan untuk mencapai iman yang sempurna. maqolah Syeh Nawawi al jawi dalam kitab Qotrul Ghoits hal- 3.

BENANG MERAH
Santridasi
NO :00374
TAUHID [ Teologia ]
[tentang Iman yang sempurna ]

Hallo Benang merah
WA : 0813 84451265
WA : 0899 8506 999

Iman yang sempurna

قال الشيخ محمد نووي البنتني الجوي الاندونسي فى كتاب قطر الغيث صفحة:٣ { من ترك اربع كلمات كمل ايمانه،اين وكيف ومتى وكم.}

Artinya;
Syeh Muhammad Nawawi al banteni al jawi al indonesiyyi telah berkata dalam kitab Qotrul Ghoits hal:3.

Barang siapa meninggalkan 4 kalimat,maka imannya telah sempurna.

1. Dimana Alloh

2.Bagaimana Alloh.

3. Kapan Alloh ada.

4. Ada berapa Alloh itu.

فان قال لك قاءل :اين الله؟فجوابه،ليس فى مكان ولا يمر عليه زمان.وان قال لك،كيف الله؟فقل له:ليس كمثله شيء.وان قال لك،متى الله؟فقل له:اول بلا ابتداء واخر بلا انتهاء.وان قال لك،كم الله؟فقل له،واحدلامن قلة،قل هو الله احد.

maka Jika ada orang bertanya kepadmu,

Dimana Alloh ?
Maka jawabnya "Alloh tidak ada disatu tempat & masa/zaman tidak bisa melewati Alloh ".
Baca Juga: Kajian Tasawuf kitab Kimia'ussa'adah tentang ilmu dalam hati
Bila kamu ditanya,Bagaimana Alloh itu ?
Maka jawablah, " Semua makhluq tidak serupa dengan Alloh ".

Bila kamu ditanya,kapan Alloh itu ada ?
Maka jawablah "Alloh maha awal tanpa permulaan & maha akhir tanpa akhiran.

Bila kamu ditanya berapa Alloh Itu ?
Maka jawablah " Alloh itu Maha satu tidak dari hitungan sedikit.(QUL HUWALLOHU AHAD).

Inilah maqolah Syeh Nawawi al jawi dalam kitab Qotrul Ghoits hal: 3.

Agar iman kita bisa sempurna,mak tinggalkanlah 4 kalimat pertanyaan tadi.

DASI Dagelan Santri Indonesia
Santri Dasi
Santri

Fiqih bab Muamalat (Tentang memberikan izin beribadah bagi non muslim)

April 08, 2018

Santridasi menjawab  -Fiqih bab Mu'amalat hukum memberikan izin kepada non muslim 
untuk melakukan kegiatan peribadatan di rumah mereka masing masing secara bergiliran

Fiqih bab Muamalat (Tentang memberikan izin beribadah bagi non muslim)
Fiqih bab Muamalat (Tentang memberikan izin beribadah bagi non muslim)

Benangmerahdasi
  -Fiqih bab Muamalat (tentang memberikan izin beribadah bagi non muslim). Akhir-akhir ini banyak masyarakat yang mempertanyakan bagaiman hukum memberikan izin kepada non muslim untuk melakukan kegiatan peribadahan di rumah mereka masing-masing secara bergiliran. dalam pembahasan kali ini kita akan memberikan penjelasan yang merujum dari beberapa kitab.

BENANG MERAH
Santri Dasi

NO : 00378
FIQIH MUAMALAT
[ Tentang Memberikan Izin Beribadah bagi Non Muslim ]

Hallo Benang merah
WA : 0813 8445 1265
WA : 0899 8605 999
___________________

Sail : Zainur Rohman

Pertanyaan :

Bagaimana hukum memberikan izin kepada non muslim untuk melakukan kegiatan peribadatan di rumah mereka masing masing secara bergiliran ?
_____________________

Mujawib : Muhammad El Kaff

Jawaban :

Pada dasarnya toleransi hukumnya diperbolehkan pada hal hal yang menurut syariat diperbolehkan, dengan disertai ingkar di dalam hati.

Ketentuan hukum toleransi dan adaptasi di atas, dibatasi selama tidak menyentuh aqidah. Jika sampai menyentuh pada aqidah (ridlo akan kekufuran), maka hukumnya kufur. Bila hanya sebatas mawaddah, maka hukumnya haram. Dan apabila ada harapan akan masuk islamnya atau menarik kemanfa’atan dan menepis bahaya, maka hukumnya sunat.
Baca Juga: Fiqih bab muamalat tentang Hukum Non muslim memasuki masjid
Merujuk posisi mereka ( non muslim) sebagai warga negara yang di perbolehkan melaksanakan ibadah nya, maka memberi izin hukum nya boleh asal di laksanakan di tempat mereka. (di sertai ingkar akan kebenaran agama mereka)

Nb : kita tidak memberikan rumah kita sebagai tempat kegiatan keagamaan mereka.
___________________

Referensi :

1. Bughyatul Mustarsyidin halaman 248

(مسئلة ى) حاصل ما ذكره العلماء فى التزيى بزى الكفار أنه إما أن يتزيا بزيهم ميلا إلى دينهم وقاصدا التشبه بهم فى شعائر الكفر أو يمشى معهم إلى متعبداتهم فيكفر بذلك فيهما وإما أن لا يقصد كذلك بل يقصد التشبه بهم فى شعائر العيد أو التوصل إلى معاملة جائزة معهم فيأثم وإما أن يتفق له من غير قصد فيكره
كشد الرداء فى الصلاة اهـ
2. Hasyiyatul Jamal juz 5 halaman 226

(و) لزمنا (منعهم إظهار منكر بيننا) كإسماعهم إيانا قولهم الله ثالث ثلاثة واعتقادهم فى عزير والمسيح عليهما الصلاة والسلام وإظهار خمر وخنزير وناقوس وعيد لما فيه من إظهار شعائر الكفر بخلاف ما إذا أظهروها فيما بينهم كأن انفردوا فى قرية والناقوس ما يضرب به النصارى لأوقات الصلوات

(قوله وعيد) مجرور عطفا على خمر أى من إظهاره وكذا نحو لطم ونوح وقراءة نحو توراة وإنجيل ولو بكنائسهم ولا يمنعون مما يتدينون به من غير ما ذكر كفطر رمضان وإن حرم عليهم من حيث تكليفهم بالشرع ولذلك حرم بيع المفطرات لهم فى رمضان لمن علم ولو بالظن أنهم يتعاطونها نهارا لأنه إعانة على معصية قوية على الدلالة بالتهاون بالدين وبذلك فارقت دخولهم المساجد اهـ ق ل على المحل

3. Bujairomi Juz 4 halaman 291 - 292

خاتمة: تحرم مودة الكافر لقوله تعالى "لاتجد قوما يؤمنون بالله واليوم الآخر يوادون من حاد الله ورسوله" فإن قيل: قد مر فى باب الوليمة أن مخالطة الكفار مكروهة أجيب بأن المخالطة ترجع إلى الظاهر والمودة إلى الميل القلبى فإن قيل: الميل القلبى لا اختيار للشخص فيه أجيب: بإمكان دفعه بقطع أسباب المودة التى ينشأ عنها ميل القلب كما قيل إن الإساءة تقطع عروق المحبة

(قوله تحرم مودة الكافر) أى المحبة والميل بالقلب وأما المخالطة الظاهرية فمكروهة وعبارة شرح م ر وتحرم موادتهم وهو الميل القلبى لا من حيث الكفر وإلا كانت كفرا وسواء فى ذلك أكانت لأصل أو فرع أم غيرهما وتكره مخالطته ظاهرا ولو بمهاداة فيما يظهر ما لم يرج إسلامه ويلحق به ما لوكان بينهما نحو رحم أو جوار اهـ وقوله: ما لم يرج إسلامه أو يرج منه نفعا أو دفع شر لا يقوم غيره فيه مقامه كأن فوض إليه عملا يعلم أنه ينصحه فيه ويخلص أو قصد بذلك دفع ضرر عنه وألحق بالكافر فيما مر من الحرمة والكراهة الفاسق ويتجه حمل الحرمة على ميل مع إيناس عنه أخذا من قولهم: يحرم الجلوس مع الفساق إيناسا لهم أما معاشرتهم لدفع ضرر يحصل منهم أو جلب نفع فلا حرمة فيه إهـ ع ش على م ر

(قوله الميل القلبى) ظاهره أن الميل إليه بالقلب حرام وإن كان سببه ما يصل إليه من الإحسان أو دفع مضرة وينبغى تقييد ذلك بما إذا طلب حصول الميل بالاسترسال فى أسباب المحبة إلى حصولها بقلبه وإلا فالأمور الضرورية لا تدخل تحت حد التكليف وبتقدير حصولها ينبغى السعى فى دفعها ما أمكن فإن لم يمكن دفعها لم يؤاخذ بها ع ش على م ر

(قوله الإساءة الخ) أى والإحسان الذى منه المودة بجلب المحبة

4. Tafsir al Baidhowi juz 2 halaman 19

(قوله عليه الصلاة والسلام كن وسطا وامش جانبا) أى كن فيما بين الناس ظاهرا وامش جانبا من موافقتهم فيما يأتون ويذرون وقيل معناه لا تجانب معاشرتهم ولكن جانب الحوض فى أمورهم وقيل ليكن جسدك مع الناس وقلبك مع الله عز
وجل إه

DASI Dagelan Santri Indonesia
Santri Dasi
Santri 

Fiqih bab Thoharoh (Tentang Membaca Al Qur'an bagi Orang yang Tidak Memiliki Wudhu)

April 07, 2018


Santridasi menjawab  -Fiqih bab  thoharoh (Tentang membaca Al Qur'an bagi orang yang tidak punya wudhu)

Fiqih bab Thoharoh (Tentang Membaca Al Qur'an bagi Orang yang Tidak Memiliki Wudhu)
Fiqih bab Thoharoh (Tentang Membaca Al Qur'an bagi Orang yang Tidak Memiliki Wudhu)

Benangmerahdasi  -Fiqih bab thoharoh (Tentang membaca Al Qur'an bagi orang yang tidak punya wudhu). Pertanyaan dari saudara Budhi, beliau menanyakan bagaimana hukumnya  membaca Al Qur'an ketika kita tidak memiliki wudhu. di bab ini akan kita bahas hal tersebut dari lintas madzab serta pandangannya..

BENANG MERAH
Santri DASI
NO : 00376
FIQIH BAB THOHAROH
[ Tentang Membaca Al Qur'an bagi Orang yang Tidak Memiliki Wudhu ]

🔰Hallo Benang merah 
WA : 0813 8445 1265
WA : 0899 8605 999
www.benangmerahdasi.com
__________________

Sail : Budhi Prn

Pertanyaan : 
Bagaimana hukumnya membaca Al Qur'an ketika kita tidak memiliki wudhu?

_______________

Mujawib : Muhammad El Kaff

Jawaban :

Membaca Al Qur'an bagi orang yang tidak memiliki wudhu hukumnya boleh asalkan tidak memegang mushaf Al Qur'an. Jika ingin memegang mushaf Al Qur'an, maka harus berwudhu terlebih dahulu.
Baca Juga: Hukum air yang terkontaminasi limbah pabrik
___________________
Referensi :

Fiqih al Islami juz 1 halaman 395

واتفق الفقهاء على ان غير المتوضئ يجوز له تلاوة القران للتعلم، لانه غير مكلف. والافضل التوضؤ.

وقد حرم المالكية والشافعية مس القران بالحدث الاصغر ولو بحائل او عود طاهرين.

واجاز الحنفية والحنابلة مسه بحائل او عود طاهرين

Artinya :
Para fuqoha' telah sepakat bahwa orang yang tidak memiliki wudhu itu boleh membaca Al Qur'an atau sekedar melihat Al Qur'an dan tidak menyentuhnya. Seperti halnya diperbolehkannya anak-anak kecil menyentuh Al Qur'an dalam rangka untuk belajar. Karena mereka belum mukalaf, namun yang utama tetaplah berwudhu terlebih dahulu.

Madzhab Malikiyah dan Syafi'iyah mengharamkan menyentuh Al Qur'an dalam keadaan berhadats kecil meskipun menggunakan perantara.

Sementara madzhab Hanafiyah dan Hanabilah memperbolehkan menyentuh Al Qur'an menggunakan perantara

DASI Dagelan Santri Indonesia

Fiqih Bab Shalat Jama'ah (Hal-hal yang Dilakukan Seorang Makmum Saat Tertinggal Oleh Imam)

April 06, 2018




Fiqih Bab Shalat Jama'ah (Hal-hal yang Dilakukan Seorang Makmum Saat Tertinggal Oleh Imam)
Fiqih Bab Shalat Jama'ah (Hal-hal yang Dilakukan Seorang Makmum Saat Tertinggal Oleh Imam) 

Benangmerahdasi  -Fiqih bab sholat (Tentang sholat jama'ah) Makmum mendapati imam sedang membaca surat pendek pada sholat jahr. Apakah makmum tersebut harus membaca Al fatihah.?.
di bab ini kita akan membahas hal tersebut


BENANG MERAH
NO : 00375
FIQIH BAB SHOLAT
[ Tentang Sholat Jama'ah ]

Hallo Benang merah
WA : 0813 8445 1265
WA : 0899 8605 999

Sail : Nana Aurora

Pertanyaan :
Simaklah dua macam keadaan makmum berikut ini !

1. Makmum mendapati imam sedang membaca surat pendek pada sholat jahr. Apakah makmum tersebut harus membaca Al fatihah?

2. Makmum mendapati imam sedang berdiri. Ketika makmum tersebut membaca al fatihah (2 ayat), imam takbir untuk rukuk. Apa yang harus dilakukan makmum? Meneruskan fatihah atau ikut rukuk bersama imam ?
______________________

Mujawib : Ibnu Naum, Diq Diq, Sholeh ID

Jawaban :

1. Jawaban untuk pertanyaan nomor 1.

Perinciannya adalah sebagai berikut :
a) Apabila berada dalam sholat sirri, maka makmum wajib membaca fatihah dan sunnah membaca surat.

b) Apabila berada dalam sholat jahri, maka ada 2 perincian :

* jika makmum mendengar bacaan fatihah imam, maka makruh bagi makmum membaca fatihah dan surat

* jika makmum tidak mendengar bacaan fatihah imam, maka makmum wajib membaca fatihah dan sunah membaca surat.

Nb : wajib membaca surat fatihah secara sempurna jika memiliki waktu yang cukup
Baca Juga: Fiqih bab shalat (penjelasan tentang hukum fatihah yang terlewat
2. Jawaban untuk pertanyaan nomor 2.

Wajib membaca secukupnya. Saat imam rukuk, makmum harus rukuk mengikuti imam. Jika tidak segera rukuk dan imam sudah terlanjur bangun dari rukuk, maka rokaatnya tidak dianggap

Nb : Bagi makmum masbuk, rokaat dihitung jika bisa rukuk bersama imam secara tumakninah
________________
Referensi

1. At Tibyan ala Ibni Qosim halaman 125

فأما المأموم فإن كانت الصلاة سرية وجب عليه الفاتحة واستحب له السورة. وإن كانت جهرية، فإن كان يسمع قراءة الإمام كره له قراءة / السورة.

وفي وجوب الفاتحة قولان : اصحهما تجب. والثاني لا تجب.

وإن كان لا يسمع القراءة فالصحيح وجوب الفاتحة واستحباب السورة. وقيل : لا تجب الفاتحة ، وقيل : تجب ولا تستحب السورة ، والله اعلم.

2. Nihayatuz Zain halaman 122

ﻭﺇﻥ ﻭﺟﺪ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﻗﺒﻞ ﺃﻥ ﻳﺮﻛﻊ ﻭﻗﻒ ﻣﻌﻪ، ﻓﺈﻥ ﺃﺩﺭﻙ ﻣﻌﻪ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﺮﻛﻮﻉ ﺯﻣﻨﺎ ﻳﺴﻊ ﺍﻟﻔﺎﺗﺤﺔ ﺑﺎﻟﻨﺴﺒﺔ ﻟﻠﻮﺳﻂ ﺍﻟﻤﻌﺘﺪﻝ ﻓﻬﻮ ﻣﻮﺍﻓﻖ، ﻓﻴﺠﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﺇﺗﻤﺎﻡ ﺍﻟﻔﺎﺗﺤﺔ ﻭﻳﻐﺘﻔﺮ ﻟﻪ ﺍﻟﺘﺨﻠﻒ ﺑﺜﻼﺛﺔ ﺃﺭﻛﺎﻥ ﻃﻮﻳﻠﺔ ﻛﻤﺎ ﺗﻘﺪﻡ .

ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﺪﺭﻙ ﻣﻊ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺯﻣﻨﺎ ﻳﺴﻊ ﺍﻟﻔﺎﺗﺤﺔ ﻓﻬﻮ ﻣﺴﺒﻮﻕ ﻳﻘﺮﺃ ﻣﺎ ﺃﻣﻜﻨﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻔﺎﺗﺤﺔ، ﻭﻣﺘﻰ ﺭﻛﻊ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﻭﺟﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺮﻛﻮﻉ ﻣﻌﻪ

3. Syarah Muhadzab juz 3 halaman 322 - 327

( أما حكم المسألة ) فقراءة الفاتحة واجبة على الإمام والمنفرد في كل ركعة وعلى المسبوق فيما يدركه مع الإمام بلا خلاف . وأما المأموم فالمذهب الصحيح وجوبها عليه في كل ركعة في الصلاة السرية والجهرية.

DASI Dagelan Santri Indonesia
Santri DASI
Santri

Fiqih bab Nadzar, Pembagian Nadzar dan Denda Bagi yang Tidak Melakukan Nadzar

April 06, 2018




Fiqih bab Nadzar, Pembagian Nadzar dan Denda Bagi yang Tidak Melakukan Nadzar
Fiqih bab Nadzar, Pembagian Nadzar dan Denda Bagi yang Tidak Melakukan Nadzar 


Benangmerahdasi -Fiqih bab Nadzar (Kafarot Nadzar)  Ada sebagian diantara kita yang mempunyai Nadzar yang lumayan banyak dan belum lunas, namu setiap ingin mencoba melunasinya  satu demi satu mereka jatuh sakit, terkadang hal itu membuat rasa takut karena, ada kekawatiran jika meninggal dunia. dan masih memiliki hutang nadzar. berikut penjelasannya tentang persoalan tersebut.


BENANG MERAH
NO : 00373
FIQIH BAB NADZAR
[ Tentang Kafarot Nadzar ]
Santri DASI

Hallo Benang merah
WA : 0813 8445 1265
WA : 0899 8605 999

Deskripsi :

Fadli memiliki nadzar puasa yang lumayan banyak dan belum lunas. Setiap dia mencoba untuk melunasinya satu demi satu dia jatuh sakit. Nadzar itu pun mulai membuat hati dan pikirannya tak tenang. Ia kawatir jika meninggal dunia, ia masih memiliki hutang nadzar.

Pertanyaan :

Apakah ada cara untuk mengganti nadzar itu?

Jawaban:

A. PEMBAGIAN NADZAR

Nadzar terbagi menjadi dua :

1. Nadzar lajaj, yaitu : nadzar yang berupa anjuran pada diri sendiri untuk melakukan sesuatu, atau pencegahan dari melakukan sesuatu atau karena marah dengan mewajibkan pada dirinya untuk melakukan sesuatu.

Misalnya : pernyataan “jika aku berbicara dengan Zaid, maka aku akan berpuasa satu hari”, dalam pernyataannya “jika aku berbicara dengan Zaid” bisa karena didasari marah kepadanya, atau ingin mencegah dirinya dari berbicara dengannya atau hanya karena ingin mendorong dirinya untuk berpuasa.

2. Nadzar tabarrur, yaitu : nadzar yang tidak digantungkan dengan sesuatu apapun atau digantungkan dengan sesuatu yang disukai.

Misalnya pertama : “aku nadzar puasa hari senin dan kamis” , contoh kedua : “ jika aku sembuh dari penyakitku, maka aku akan bersedekah”
Baca Juga: Hukum telinga yang kemasukan air saat menjalankan ibadah puasa
B. DENDA BAGI YANG TIDAK MELAKUKAN NADZAR

Nadzar wajib untuk dilakukan dan bagi orang yang meninggalkan :

1. Jika berupa nadzar lajaj, si nadzir boleh memilih antara mengerjakan apa yang dinadzari atau membayar kaffaroh yamin yaitu : mengerjakan salah satu dari tiga pilihan berikut :

a) Membebaskan budak muslim, memberi makan 10 orang miskin setiap orang satu mud (± 7,5 ons)

b) atau memberi pakaian kepada 10 orang miskin.

c) Namun jika tidak mampu melaksanakan salah satu dari tiga pilihan di atas, maka wajib puasa tiga hari.

2. Jika nadzar tabarrur, maka wajib melaksanakan apa yang telah dinadzari (tanpa ada pilihan mengerjakan kaffaroh yamin).

Referensi :

1. Al Yaqutun Nafis halaman 214 - 217

النذر لغة : الوعد بخير او شرّ، وشرعا : التزام قربة لم تتعين بصيغة

اقسام النذر اثنان : نذر لجاج ، ونذر تبرر. فالأول : هو الحث او المنع او تحقيق الخبر غضبا بالتزام قربة, والثاني : هو التزام قربة بلا تعليق او بتعليق بمرغوب فيه ويسمى نذر المجازاة ايضا.

حكم نذر اللجاج : تخيير الناذر بين ما التزمه وكفارة اليمين، وحكم نذر التبرر : تعين ما التزمه الناذر.

شروط الناذر اربعة : الإسلام في نذر التبرر، والإختيار ، ونفوذ التصرف فيما ينذره، وامكان فعله للمنذور.

2. Mughnil Muhtaj juz 18 halaman 456

( وَهُوَ ) أَيْ النَّذْرُ ( ضَرْبَانِ ) أَحَدُهُمَا : ( نَذْرُ لَجَاجٍ ) بِفَتْحِ أَوَّلِهِ بِخَطِّهِ ، وَهُوَ التَّمَادِي فِي الْخُصُومَةِ ، سُمِّيَ بِذَلِكَ لِوُقُوعِهِ حَالَ الْغَضَبِ ، وَيُقَالُ لَهُ يَمِينُ اللَّجَاجِ ، وَالْغَضَبِ وَيَمِينُ الْغَلَقِ ، وَنَذْرُ الْغَلَقِ بِفَتْحِ الْغَيْنِ وَاللَّامِ ، وَالْمُرَادُ بِهِ مَا خَرَجَ مَخْرَجَ الْيَمِينِ بِأَنْ يَقْصِدَ النَّاذِرُ مَنْعَ نَفْسِهِ أَوْ غَيْرِهَا مِنْ شَيْءٍ أَوْ يَحُثُّ عَلَيْهِ أَوْ يُحَقِّقُ خَبَرًا أَوْ غَضَبًا بِالْتِزَامِ قُرْبَةٍ ( كَإِنْ كَلَّمْتُهُ ) أَيْ زَيْدًا مَثَلًا ، أَوْ إنْ لَمْ أُكَلِّمْهُ ، أَوْ إنْ لَمْ يَكُنْ الْأَمْرُ كَمَا قُلْته ( فَلِلَّهِ عَلَيَّ ) أَوْ فَعَلَيَّ ( عِتْقٌ أَوْ صَوْمٌ ) أَوْ نَحْوُهُ كَصَدَقَةٍ وَحَجٍّ وَصَلَاةٍ ( وَفِيهِ ) عِنْدَ وُجُودِ الْمُعَلَّقِ عَلَيْهِ ( كَفَّارَةُ يَمِينٍ ) لِقَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : { كَفَّارَةُ النَّذْرِ كَفَّارَةُ يَمِينٍ } رَوَاهُ مُسْلِمٌ ، وَلَا كَفَّارَةَ فِي نَذْرِ التَّبَرُّرِ قَطْعًا فَتَعَيَّنَ أَنْ يَكُونَ الْمُرَادُ بِهِ اللَّجَاجُ ، وَرُوِيَ ذَلِكَ عَنْ عُمَرَ



DASI Dagelan Santri Indonesia
Santri Dasi
Santri

Penjelasan Hukum Khitan Bagi Perempuan

April 05, 2018




Penjelasan Hukum Khitan Bagi Perempuan
Penjelasan Hukum Khitan Bagi Perempuan

Benangmerahdasi  -Sering Terjadi pembahasan atau pertanyaan di tengah masyarakat kita bagaimana hukum khitan bagi seorang perempuan. Berikut ini penjelasan dari beberapa sumber yang mudah-mudahan bisa menjadi jawaban dan menambah pengetahuan kita

BENANG MERAH NO:00370
[Hukum khitan bagi perempuan]
Santri dasi

Hallo Benang merah
WA: 081384451265
WA: 08998605999

Sail: Zainur Rohman

Pertanyaan: Bagaimana hukumnya bayi perempuan dikhitan??

Mujawib: Fathur El-Rozy

Jawaban:

Terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama’ mengenai masalah hukum khitan bagi wanita :

Pendapat pertama; menyatakan bahwa khitan bagi wanita hukumnya adalah wajib. Pendapat ini adalah pendapat madzhab syafi’i dan madzhab Hanbali.

Diantara dalilnya adalah hadits yg diriwayatkan oleh sayyidatuna aisyah rodhiyallohu ‘anha ;

ﺇِﺫَﺍ ﺍﻟْﺘَﻘَﻰ ﺍﻟْﺨِﺘَﺎﻧَﺎﻥِ ﻓَﻘَﺪْ ﻭَﺟَﺐَ ﺍﻟْﻐُﺴْﻞُ

“Ketika 2 khitan bertemu maka telah wajib mandi”
(Sunan Turmudzi, no.108, Sunan Ibnu Majah, no.608 dan Shohih Ibnu Hibban, no.1183)

Pendapat kedua menyatakan bahwa khitan bagi wanita hukumnya tidak wajib. Pendapat ini adalah pendapat madzhab Hanafi dan madzhab Maliki, hanya saja mereka berbeda pendapat dalam menentukan status hukumnya, menurut madzhab hanafi khitan bagi wanita adalah sebuah “kemuliaan” (makromah) namun tidak sampai dihukumi sunnah, sedangkan menurut madzhab Maliki khitan bagi wanita hukumnya sunnah. Diantara dalilnya adalah hadits;

ﺍﻟْﺨِﺘَﺎﻥُ ﺳُﻨَّﺔٌ ﻟِﻠﺮِّﺟَﺎﻝِ ﻣَﻜْﺮُﻣَﺔٌ ﻟِﻠﻨِّﺴَﺎﺀِ

“Khitan merupakan sebuah sunah bagi laki – laki dan kemuliaan bagi perempuan.”

(Musnad Ahmad, no.20719, Sunan Baihaqi, no.17565-17569 dan Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah, no.26468).
Baca Juga: Tentang Hukum menyanyi bagi wanita 
Referensi

Al-Fiqhul Islami Wa Adillatuh, Juz : 1 Hal : 460

ﻭﺍﻟﺨﺘﺎﻥ : ﻗﻄﻊ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻟﺠﻠﺪﺓ ﺍﻟﺘﻲ ﺗﻐﻄﻲ ﺣﺸﻔﺔ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﺮﺟﻞ، ﺣﺘﻲ ﻳﻨﻜﺸﻒ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻟﺤﺸﻔﺔ . ﻭﻓﻲ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﻗﻄﻊ ﺃﺩﻧﻰ ﺟﺰﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻠﺪﺓ ﺍﻟﺘﻲ ﻓﻲ ﺃﻋﻠﻰ ﺍﻟﻔﺮﺝ . ﻭﻳﺴﻤﻰ ﺧﺘﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺇﻋﺬﺍﺭﺍ، ﻭﺧﺘﺎﻥ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ : ﺧﻔﻀﺎ، ﻓﺎﻟﺨﻔﺾ ﻟﻠﻨﺴﺎﺀ ﻛﺎﻟﺨﺘﺎﻥ ﻟﻠﺮﺟﺎﻝ ﻭﻳﺴﺘﺤﺐ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﻴﻮﻡ ﺍﻟﺴﺎﺑﻊ ﻣﻦ ﺍﻟﻮﻻﺩﺓ، ﻭﺍﻷﻇﻬﺮ ﺃﻧﻪ ﻳﺤﺴﺐ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻮﻻﺩﺓ
ﻭﻫﻮ ﺳﻨﺔ ﻟﻠﺮﺟﻞ، ﻣﻜﺮﻣﺔ ﻟﻠﻤﺮﺃﺓ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺤﻨﻔﻴﺔ ﻭﺍﻟﻤﺎﻟﻜﻴﺔ، ﻟﺤﺪﻳﺚ : ﺍﻟﺨﺘﺎﻥ ﺳﻨﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ، ﻣﻜﺮﻣﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ
ﻭﻭﺍﺟﺐ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔ ﻭﺍﻟﺤﻨﺎﺑﻠﺔ ﻟﻠﺬﻛﺮ ﻭﺍﻷﻧﺜﻰ، ﻟﻘﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻟﺮﺟﻞ ﺃﺳﻠﻢ : ‏« ﺃﻟﻖ ﻋﻨﻚ ﺷﻌﺮ ﺍﻟﻜﻔﺮ، ﻭﺍﺧﺘﺘﻦ ‏» ﻭﻟﺨﺒﺮ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ : ‏« ﻣﻦ ﺃﺳﻠﻢ ﻓﻠﻴﺨﺘﺘﻦ ‏» ﻭﻓﻲ ﺣﺪﻳﺚ ﺁﺧﺮ ﻷﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ : ‏« ﺍﺧﺘﺘﻦ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﺧﻠﻴﻞ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻌﺪ ﻣﺎ ﺃﺗﺖ ﻋﻠﻴﻪ ﺛﻤﺎﻧﻮﻥ ﺳﻨﺔ، ﻭﺍﺧﺘﺘﻦ ﺑﺎﻟﻘﺪﻭﻡ ‏» ﺃﻱ ﺁﻟﺔ ﺍﻟﻨﺠﺎﺭﺓ، ﻭﻷﻧﻪ ﻣﻦ ﺷﻌﺎﺭ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ، ﻓﻜﺎﻥ ﻭﺍﺟﺒﺎ ﻛﺴﺎﺋﺮ ﺷﻌﺎﺭﺍﺗﻬﻢ

Al-Majmu’, Juz : 1 Hal : 300 – 302

ﺍﻟﺨﺘﺎﻥ ﻭﺍﺟﺐ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ ﻭﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻋﻨﺪﻧﺎ ﻭﺑﻪ ﻗﺎﻝ ﻛﺜﻴﺮﻭﻥ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﻛﺬﺍ ﺣﻜﺎﻩ ﺍﻟﺨﻄﺎﺑﻲ ﻭﻣﻤﻦ ﺃﻭﺟﺒﻪ ﺃﺣﻤﺪ ﻭﻗﺎﻝ ﻣﺎﻟﻚ ﻭﺃﺑﻮ ﺣﻨﻴﻔﺔ ﺳﻨﺔ ﻓﻲ ﺣﻖ ﺍﻟﺠﻤﻴﻊ ﻭﺣﻜﺎﻩ ﺍﻟﺮﺍﻓﻌﻲ ﻭﺟﻬﺎ ﻟﻨﺎ : ﻭﺣﻜﻰ ﻭﺟﻬﺎ ﺛﺎﻟﺜﺎ ﺃﻧﻪ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻭﺳﻨﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ : ﻭﻫﺬﺍﻥ ﺍﻟﻮﺟﻬﺎﻥ ﺷﺎﺫﺍﻥ : ﻭﺍﻟﻤﺬﻫﺐ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ ﺍﻟﻤﺸﻬﻮﺭ ﺍﻟﺬﻯ ﻧﺺ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻗﻄﻊ ﺑﻪ ﺍﻟﺠﻤﻬﻮﺭ ﺃﻧﻪ ﻭﺍﺟﺐ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ ﻭﺍﻟﻨﺴﺎﺀ : ﻭﺩﻟﻴﻠﻨﺎ ﻣﺎ ﺳﺒﻖ ﻓﺈﻥ ﺍﺣﺘﺞ ﺍﻟﻘﺎﺋﻠﻮﻥ ﺑﺄﻧﻪ ﺳﻨﺔ ﺑﺤﺪﻳﺚ ﺍﻟﻔﻄﺮﺓ ﻋﺸﺮ ﻭﻣﻨﻬﺎ ﺍﻟﺨﺘﺎﻥ ﻓﺠﻮﺍﺑﻪ ﻗﺪ ﺳﺒﻖ ﻋﻨﺪ ﺫﻛﺮﻧﺎ ﺗﻔﺴﻴﺮ ﺍﻟﻔﻄﺮﺓ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺃﻋﻠﻢ
ﻓﺮﻉ : ﻗﺎﻝ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ ﻓﻲ ﺧﺘﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻗﻄﻊ ﺍﻟﺠﻠﺪﺓ ﺍﻟﺘﻲ ﺗﻐﻄﻲ ﺍﻟﺤﺸﻔﺔ ﺑﺤﻴﺚ ﺗﻨﻜﺸﻒ ﺍﻟﺤﺸﻔﺔ ﻛﻠﻬﺎ ﻓﺈﻥ ﻗﻄﻊ ﺑﻌﻀﻬﺎ ﻭﺟﺐ ﻗﻄﻊ ﺍﻟﺒﺎﻗﻲ ﺛﺎﻧﻴﺎ ﺻﺮﺡ ﺑﻪ ﺇﻣﺎﻡ ﺍﻟﺤﺮﻣﻴﻦ ﻭﻏﻴﺮﻩ : ﻭﺣﻜﻰ ﺍﻟﺮﺍﻓﻌﻲ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻛﺞ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ ﻋﻨﺪﻱ ﺃﻧﻪ ﻳﻜﻔﻲ ﻗﻄﻊ ﺷﺊ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﻠﻔﺔ ﻭﺇﻥ ﻗﻞ ﺑﺸﺮﻁ ﺃﻥ ﻳﺴﺘﻮﻋﺐ ﺍﻟﻘﻄﻊ ﺗﺪﻭﻳﺮ ﺭﺃﺳﻬﺎ : ﻭﻫﺬﺍ ﺍﻟﺬﻱ ﻗﺎﻟﻪ ﺍﺑﻦ ﻛﺞ ﺷﺎﺫ ﺿﻌﻴﻒ : ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ ﺍﻟﻤﺸﻬﻮﺭ ﺍﻟﺬﻱ ﻗﻄﻊ ﺑﻪ ﺍﻻﺻﺤﺎﺏ ﻓﻲ ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ ﻣﺎ ﻗﺪﻣﻨﺎﻩ ﺃﻧﻪ ﻳﺠﺐ ﻗﻄﻊ ﺟﻤﻴﻊ ﻣﺎ ﻳﻐﻄﻲ ﺍﻟﺤﺸﻔﺔ ﻭﺍﻟﻮﺍﺟﺐ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﻗﻄﻊ ﻣﺎ ﻳﻨﻄﻠﻖ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻻﺳﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻠﺪﺓ ﺍﻟﺘﻲ ﻛﻌﺮﻑ ﺍﻟﺪﻳﻚ ﻓﻮﻕ ﻣﺨﺮﺝ ﺍﻟﺒﻮﻝ ﺻﺮﺡ ﺑﺬﻟﻚ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﻭﺍﺗﻔﻘﻮﺍ ﻋﻠﻴﻪ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﻭﻳﺴﺘﺤﺐ ﺃﻥ ﻳﻘﺘﺼﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﻋﻠﻰ ﺷﺊ ﻳﺴﻴﺮ ﻭﻻ ﻳﺒﺎﻟﻎ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﻄﻊ : ﻭﺍﺳﺘﺪﻟﻮﺍ ﻓﻴﻪ ﺑﺤﺪﻳﺚ ﻋﻦ ﺃﻡ ﻋﻄﻴﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﺎ ﺃﻥ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﻛﺎﻧﺖ ﺗﺨﺘﻦ ﺑﺎﻟﻤﺪﻳﻨﺔ ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻬﺎ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻻ ﺗﻬﻜﻲ ﻓﺈﻥ ﺫﻟﻚ ﺃﺣﻈﻰ ﻟﻠﻤﺮﺃﺓ ﻭﺃﺣﺐ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺒﻌﻞ ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﻭﻟﻜﻦ ﻗﺎﻝ ﻟﻴﺲ ﻫﻮ ﺑﺎﻟﻘﻮﻱ ﻭﺗﻨﻬﻜﻲ ﺑﻔﺘﺢ ﺍﻟﺘﺎﺀ ﻭﺍﻟﻬﺎﺀ ﺃﻱ ﻻ ﺗﺒﺎﻟﻐﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﻄﻊ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺃﻋﻠﻢ


DASI Dagelan Santri Indonesia
Santri DASI
Santri
 
Copyright © benangmerahdasi.com. Designed by OddThemes & VineThemes