KAJIAN KITAB

AZWAJA

ASBABUN NUZUL

Latest Updates

Showing posts with label HIKMAH. Show all posts
Showing posts with label HIKMAH. Show all posts

Wasiat Syaikh Ibnu Atha'illah Tentang Umur dan Zikir

March 19, 2018
Wasiat Syaikh Ibnu Atha'illah Tentang Umur dan Zikir
Wasiat Syaikh Ibnu Atha'illah Tentang Umur dan Zikir

Benangmerahdasi -Berikut ini adalah wasiat Syeikh Ibnu Atha'illah tentang Umur dan Zikir


"Jika engkau telah berusia empat puluh tahun atau lebih, maka segeralah untuk memperbanyak amal soleh siang mahupun malam. Sebab, waktu pertemuanmu dengan Allah 'Azza wa Jalla semakin dekat.

Ibadah yang kau kerjakan saat ini tidak mampu menyamai ibadah seorang pemuda yang tidak menyia-nyiakan masa mudanya. Bukankah selama ini kau sia-siakan masa muda dan kekuatanmu. Andaikata saat ini kau ingin beramal sekuat-kuatnya, tenagamu sudah tidak mendukung lagi.

Maka, beramallah sesuai dengan kekuatanmu. Perbaikilah masa lalumu dengan banyak berzikir, sebab tidak ada amal yang lebih mudah dari zikir.
Zikir dapat kamu lakukan ketika berdiri, duduk, berbaring mahupun sakit. Zikir adalah ibadah yang paling mudah. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda :

وليكن لسانك رطبا بذكر اللّه

Dan hendaklah lisanmu basah dengan berzikir kepada Allah SWT.

Bacalah secara berkesinambungan doa' dan zikir apa pun yang mudah bagimu. Pada hakikatnya engkau dapat berzikir kepada Allah SWT adalah kerana kebaikanNya. Ia akan mengaruniakanmu…

"Ketahuilah, sebuah umur yang awalnya disia-siakan, sebaiknya sisanya dimanfaatkan. Jika seorang ibu memiliki sepuluh anak dan sembilan di antaranya meninggal dunia. Tentu dia akan lebih mencintai satu-satunya anak yang masih hidup itu.
Baca Juga: Kisah pelajar syari'ah dan penjaga toko 

Engkau telah mensia-siakan sebahagian besar umurmu, oleh kerana itu jagalah sisa umurmu yang sangat sedikit itu.
Demi Allah, sesungguhnya umurmu bukanlah umur yang dihitung sejak engkau lahir, tetapi umurmu adalah umur yang dihitung sejak hari pertama engkau mengenal Allah SWT.

"Seseorang yang telah mendekati ajalnya (berusia lanjut) dan ingin memperbaiki segala kekurangannya di masa lalu, hendaknya dia banyak membaca zikir yang ringkas tetapi berpahala besar. Zikir semacam itu akan membuat sisa umur yang pendek menjadi panjang, seperti zikir yang berbunyi :

سبحان اللّه العظيم وبحمده عدد خلقه ورضا نفسه وزنة عرشه ومداد كلماته

Maha Suci Allah yang Maha Agung dan segala puji bagiNya, ( kalimat ini kuucapkan ) sebanyak jumlah ciptaanNya, sesuai dengan yang Dia sukai, seberat timbangan ArsyNya dan setara dengan jumlah kata-kataNya.

Jika sebelumnya kau sedikit melakukan solat dan puasa sunah, maka perbaikilah kekuranganmu dengan banyak berselawat ke atas Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. Andaikata sepanjang hidupmu engkau melakukan segala jenis ketaatan dan kemudian Allah SWT berselawat kepadamu sekali saja, maka satu selawat Allah ini akan mengalahkan semua amalmu itu.

Sebab, engkau berselawat kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam sesuai dengan kekuatanmu, sedangkan Allah SWT berselawat kepadamu sesuai dengan kebesaranNya. Ini jika Allah SWT berselawat kepadamu sekali, lalu bagaimana jika Allah SWT membalas setiap selawatmu dengan sepuluh selawat sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah Hadits sohih

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahawa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

“Barangsiapa yang mengucapkan selawat kepadaku satu kali, maka Allah mengucapkan selawat kepadanya 10 kali.” -HR. Muslim

"Betapa indah hidup ini jika kau isi dengan ketaatan kepada Allah SWT, dengan berzikir kepadaNya dan berselawat kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam."

Semoga bermanfaat!
Selamat berzikir dan berselawat.

DASIKU, DASIMU,DASIKITA,dasiNU

Oleh: Al Majnuni Murokab

DASI Dagelan Santri Indonesia

Kisah Pelajar Syari'ah dan Penjaga Toko

February 17, 2018


Kisah Hikmah pelajar syari'ah dan penjaga toko (Walaupun orang berprofesi tukang becak sekalipun, namun jika dia takut kepada Allah itulah ulama' yg sesungguhnya, sebab ulama' yg hakiki itu standarnya adalah sejauh mana ia takut kepada Allah swt(Innama yakhsyallaha min 'ibadihil 'ulama').


Kisah Pelajar Syari'ah dan Penjaga Toko
Kisah Pelajar Syari'ah dan Penjaga Toko

Benangmerahdasi  -Kisah pelajar syari'ah dan penjaga toko

Oleh: Aba Abror al-Muqoddam

Habis subuh tadi pergi ketoko untuk beli kacang, kebetulan uang yg al faqir bawa 10 pound dan ada tambalan lakbannya. maka sebelum melakukan transaksi al faqir tanyakan dulu kepada pemilik toko sebut saja nama beliau Ammu Mahmoud, apakah uang ini masih bisa untuk dijadikan sebagai alat transaksi atau tidak, jika masih laku maka 10 pound itu al faqir gunakan beli kacang semua, dan jika tidak, maka akan beli 5 pound saja dg menggunakan uang yg lain.

Setelah dilihat dan diperiksa akhirnya beliau mengatakan:"Thoyyeb mafisy musykilah ashan enta habibi, law enta awiz bikhomsah genih ha addi lak, ashan haram 'aleyya bi'a'khudz fulus min gher thibinnafs wa ha ta'khudzil ba'i khomsah genih(Ya gak apa2 sebab anda adalah kekasih saya, dan jika tetap ingin 5 poud tidak masalah, dan bisa diambil kembaliannya 5 pound, karena haram bagi saya mau ambil uang tanpa seridho pemiliknya).

Mendengar jawaban yg polos itu hati al faqir nderedek, bagaimana tidak, beliau nampaknya hanyalah seorang penjaga toko biasa, namun penghayatan terhadap makna khosyah(takut kepada Allah swt) sangat mendalam.

Maka al faqir tertarik untuk kembali bertanya:"Hadretak kan bitedrus bi ayyah kulliyah/ma'had ya kapten?(anda dulu belajar di fakultas apa/ma'had apa duhai kapten(panggilan akrab Mesir)?",
Baca Juga: Kisah hikmah jangan memberi makan syaitan
Beliau kembali menjawab:"Wallahi ma biyadrus fi ayyah kulliyah wala fi ayyi ma'had, illa anna walidi biyahummuni kitsir lamma kuntu shogiron fil tizamil muhadhoroh 'ammah bil masagid(Saya tidak belajar difakultas apapun atau ma'had manapun, hanya saja orang tua saya sangat memperhatikan agar saya senantiasa mendengarkan pengajian umum di masjid)"

Mendengar jawaban beliau yg begitu tulus dan bersahaja itu al faqir jadi merinding, bagaimana tidak, sebab ini menjadi tamparan keras bagi al faqir pribadi, khususnya sebagai pelajar Syariah(yg sehari-hari bergelut dg hukum-ahkam)bahwa starata intelektual maupun akademis sama sekali tidak dapat dijadikan sebagai standar baku orang itu alim hakiki atau tidak,

Teringat pesan Ayahanda yang sering beliau sampaikan:
"Duhai puteraku...Walaupun orang berprofesi tukang becak sekalipun, namun jika dia takut kepada Allah itulah ulama' yg sesungguhnya, sebab ulama' yg hakiki itu standarnya adalah sejauh mana ia takut kepada Allah swt(Innama yakhsyallaha min 'ibadihil 'ulama').

DASI Dagelan Santri Indonesia

Jangan Memberi Makan Syaitan

February 05, 2018
Jangan Memberi Makanan Syaitan -Hadits dari Aisyah ra. dimana beliau bersabda, "Jika salah satu kalian hendak makan, maka hendaklah menyebut nama Allah. Jika dia lupa menyebut nama Allah di awal makan, hendaklah mengucapkan  bismillahi awalahu wa akhirahu." ( HR. Abu H no. 3767 )

Jangan Memberi Makan Syaitan
Jangan Memberi Makan Syaitan
Benangmerahdasi  -Jangan Memberi Makan Syaitan

Suatu ketika Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam sedang berkumpul dengan beberapa orang sahabat, salah seorang diantara mereka makan, dan dia tidak memulainya dengan membaca Bismillah. Adapun Rasulullah hanya memperhatikan saja, tanpa menegurnya. Sahabat lelaki itu terus melanjutkan makannya, sampai pada suapan terakhir, tiba-tiba ia berhenti seperti teringat sesuatu, dan berkata, "Bismillaahi awwalahu wa akhirahu…" Kemudian ia memasukkan suapan terakhir ke mulutnya.

Rasulullah yang sebelumnya hanya diam memperhatikan, tiba-tiba tertawa.. Seorang sahabat lainnya keheranan dengan sikap beliau dan menanyakan sebabnya, lalu beliau bersabda, "Syetan selalu menyertai lelaki tersebut ketika dia makan (karena ia tidak mengawalinya dengan membaca Bismillah). Dan ketika (suapan terakhir) dia ingat lalu mengucapkan asma Allah, maka syetan itu memuntahkan apa yang ada di dalam perutnya…!!"

Dalam riwayat yang lain juga dikisahkan oleh sahabat Hudzaifah radhiyallahu 'anhu mengatakan, "Apabila kami makan bersama Nabi, maka kami tidak memulainya sehingga beliau mulai makan lebih dahulu. Suatu hari kami makan bersama, tiba-tiba datanglah seorang anak gadis kecil yang tangannya seakan-akan terdorong ingin diletakkan ke makanan yang sudah tersedia. Lalu Nabi dengan segera memegang tangan anak itu.

Tidak lama kemudian datanglah seorang arab badui. Dia ingin pula ikut makan, Nabi lantas memegang tangan orang itu juga. Sesudah itu beliau bersabda, "Sesungguhnya syetan turut menikmati makanan yang tidak disebut nama Allah padanya. Syetan datang bersama anak gadis kecil itu dengan maksud bisa turut makan, karena anak itu belum menyebut asma Allah sebelum makan, sehingga aku memegang tangannya. Demikian pula, syetan pun datang bersama arab badui itu supaya bisa turut menikmati makanannya. Maka aku pegang tangannya. Demi Allah yang jiwaku ada ditangan-Nya, sesungguhnya tangan syetan itu berada di tanganku bersama tangan anak gadis tersebut." (HR. Muslim no.2017).
Baca Juga: 11 Golongan  terbaik sesuai Sabda Rosululllah Sallallahu 'Alayhi Wasallam
Islam adalah agama yg membawa rahmat bagi semesta alam. Agama Allah yang menjelaskan segala bentuk kebaikan bagi umat manusia.
Berbagai macam permasalahan hidup manusia telah diatur didalamnya, termasuk adab ketika makan dan minum. Rasulullah bersabda,
" Wahai anakku, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang berada didekatmu." (HR Bukhari no. 5376 dan Muslim 2022 )
Bahkan Imam Ahmad menyebutkan ada 4 hal dalam aspek makanan yang disebut sebagai hidangan/makanan yang sempurna, yaitu : menyebut nama Allah saat mulai makan, memuji Allah di akhir makan, banyaknya orang yang turut makan, dan makanan tersebut berasal dari sumber yang halal.

Bahkan saat ini unsur thoyib (sehat bergizi) juga termasuk hal yang diperhatikan. Menyebut nama Allah dengan  bismillah  sebelum kita makan mungkin hal yg sepele, namun itulah awal "pintu gerbang" yang berfungsi ''mencegah'' syetan ikut berpartisipasi menikmati makanan yang masuk ke mulut dan mengikuti aliran pembuluh darah yang ada dalam tubuh kita.

Jika sebelum makan kita lupa baca bismillah, maka hendaknya kita ucapkan  bismillahi awalaahu wa akhirahu lalu lanjutkan makan, sebagaimana diajarkan Rasulullah.

Hadits dari Aisyah ra. dimana beliau bersabda, "Jika salah satu kalian hendak makan, maka hendaklah menyebut nama Allah. Jika dia lupa menyebut nama Allah di awal makan, hendaklah mengucapkan  bismillahi awalahu wa akhirahu." ( HR. Abu H no. 3767 )

Demikian kesempurnaan islam yang hujjahnya sangat jelas dan terang. Agar kita bisa saling mengingatkan sesama muslim dalam perilaku hidup sehari-hari. Tidak akan ada pertanyaan yang bernada minor "pakai jilbab kok makan/minum dengan tangan kiri.. atau sudah naik haji berkali-kali, tapi makan/minum tidak baca basmallah"

Apa yang salah ? Mari kita saling mengingatkan, inilah inti kebersamaannya.
Semua itu termasuk keindahan dan kesempurnaan Islam, agar kita selalu mendapat keberkahan serta ridho-Nya dengan tidak lupa membaca nama Allah dalam setiap memulai langkah dan aktifitas kita.

DASIKU,DASIMU,DASIKITA,dasiNU

By: AL MAJNUNI MUROKAB

DASI Dagelan Santri Indonesia

11Golongan Manusia Terbaik

February 04, 2018

11Golongan Manusia Terbaik
11Golongan Manusia Terbaik 

Benangmerahdasi  -11 Golongan manusia terbaik sesuai sabda  Rasulullah sallallahu 'alayhi wasallam.

من هم خيرُ الناس ؟
Siapakah sebaik-baik manusia?

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
Sabda Rasulullah sallallahu 'alayhi wasallam.

( خيركم من تعلم القرآن وعلمه) صحيح البخاري 5027
1. Sebaik-baik manusia diantaramu ialah yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya kepada orang lain.

( خياركم أحاسنكم أخلاقا )
صحيح البخاري6035
2. Sebaik-baik manusia diantaramu ialah yang terbaik akhlaknya.

( خيركم أحسنكم قضاء )
أي عند رد القرض .
صحيح البخاري رقم 2305
3. Sebaik-baik manusia diantaramu ialah yang terbaik pembayaran hutangnya.

( خيركم من يُرجى خيره ويُؤمٓن شره )
صحيح الترمذي / 2263
4. Sebaik-baik manusia diantaramu ialah yang diharapkan kebaikannya dan selamat daripada kejahatannya.
Baca Juga: Binatang Buas tak doyan daging Ahlul Bayt/ Dzurriyah Rosulullah
( خيركم خيركم لأهله )
صحيح ابن حبان / 4177
5. Sebaik-baik manusia diantaramu ialah yang terbaik terhadap isterinya.

( خيركم من أطعم الطعام وردَّ السلام )
صحيح الجامع / 3318
6. Sebaik-baik manusia diantaramu ialah yang suka memberi makan dan menjawab salam.

( خياركم ألينُكم مناكب في الصلاة )
الترغيب والترهيب 234/1
أي: يفسح لمن يدخل الصف في الصلاة .
7. Sebaik-baik manusia diantaramu ialah yang lemah lembut bahunya dalam sholat (dlm saf sholat dengan memberi ruang kepada saudaranya).

( خير الناس من طال عمره وحسن عمله )
صحيح الجامع 3297
8. Sebaik-baik manusia diantaramu ialah yang panjang umurnya dan baik amalannya.

( خير الناس أنفعهم للناس )
صحيح الجامع 3289
9. Sebaik-baik manusia diantaramu ialah yang paling memberi kemanfaatan kepada orang lain.

( خير الأصحاب عند الله خيركم لصاحبه، وخير الجيران عند الله خيركم لجاره )
صحيح الأدب المفرد/84
10. Sebaik-baik sahabat di sisi Allah ialah yang terbaik terhadap sahabatnya, sebaik-baik bertetangga ialah yang terbaik terhadap tetangganya.

( خير النَّاس ذو القلب المَخْمُوم واللِّسان الصَّادق ) قالوا : صدوق اللسان نعرفه ، فما مخموم القلب ؟ قال :
( هو النقي ، التقي ، لا إثم عليه ، ولا بغي ، ولا غل ، ولا حسد ) .
صحيح الجامع /3291
11 Sebaik-baik manusia ialah yang memiliki hati yang sejahtera (suci, taqwa, jauh dari dosa, jauh dari dendam, jauh dari dengki) dan lidah yang benar.

جعلني الله واياكم من خير الناس

Semoga Allah menjadikan kita semua menjadi sebaik-baik manusia.

By: AL MAJNUNI MUROKAB

DASI Dagelan Santri Indonesia

Binatang Buas tak Doyan Daging Ahlul Bayt/Dzurriyah Rosulullah

February 04, 2018



Binatang Buas tak Doyan Daging Ahlul Bayt/Dzurriyah Rosulullah
Binatang Buas tak Doyan Daging Ahlul Bayt/Dzurriyah Rosulullah

Benangmerahdasi  -Alkisah, di masa Daulah Abbasiyah, tepatnya ketika Kholifah Al Mutawakkil menjabat sebagai kepala negara, seorang wanita bernama Zainab, mengaku-ngaku bahwa dirinya adalah cucu Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam. Ia menyebut dirinya adalah putri dari pasangan; Ali bin Abi Tholib dan Fathimah Rodhiyallohu ‘anhuma.

Bagaimana mungkin ia masih hidup ketika itu? Berarti ia hidup selama dua ratus tahun lebih, karena rentang masa antara zaman nubuwah dan Daulah Abbasiyah, berkisar dua abad lamanya.
Meskipun pengakuannya ini tidak masuk akal, tetapi di tengah masyarakat, Zainab merupakan orang yang cukup berpengaruh. Ia memiliki banyak pengikut. Bahkan ia mampu mengeksploitasi harta pengikutnya. Maka Kholifah Al Mutawakkil pun mengeluarkan perintah untuk mengundangnya ke istana.

“Kamu ini seorang gadis dan Rosululloh telah wafat ratusan tahun yang lalu. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? ” kholifah mencecar Zainab.
Kemudian Zainab berkata, “Sesungguhnya Rosululloh megusap kepalaku dan berdoa kepada Alloh untuk mengembalikan masa mudaku setiap empat puluh tahun sekali.”

Masih belum yakin dengan jawaban yang tidak masuk akal ini, Kholifah Al Mutawakkil mengumpulkam Masyayikh (para tetua) keturunan Ali bin Abi Tholib, putra-putra Al-‘Abbas, segenap warga Quraisy, dan memberitahu mereka perkara Zainab yang sangat kontroversial. Dan kemudian mereka pun menyebutkan sebuah riwayat bahwa Zainab telah wafat.

“Apa yang kamu katakan untuk menjawab pernyataan mereka?” kholifah kembali bertanya penuh selidik kepada Zainab.
“Itu riwayat palsu dan keji. Karena sesungguhnya, privasiku terjaga dari pengetahuan orang-orang. Bahkan mereka tidak tahu tentang kehidupan dan kematianku.” Zainab mematahkan tuduhan itu dengan penuh percaya diri.
Baca Juga: Kitab Bidayatul Hidayah (Imam Ghozali) Kerugian-kerugian ketika kita berdebat

Kemudian Kholifah bertanya kepada jama’ah yang dia kumpulkan, “Adakah kalian memiliki bukti yang dapat mengungkap tipu daya wanita ini selain riwayat yang kalian sampaikan?” Sayangnya mereka menjawab, “Tidak.”

Namun beberapa saat kemudian, sebagian mereka menawarkan satu solusi untuk memecahkan masalah ini dengan mendatangkan Ali bin Muhammad bin Musa bin Ja’far bin Muhammad bin Ali bin Musa bin Ja’far bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Tholib, yang mempunyai laqob (nama panggilan) “Al-Haadi.”

Setelah disampaikan kepadanya apa yang sedang terjadi, Al Hadi pun menegaskan bahwa Zainab putri Ali sudah lama meninggal dengan menyebutkan tahun, bulan, dan hari kematiannya. Tetapi bukan jawaban seperti ini yang diinginkan Sang kholifah. Beliau bahkan berjanji tidak akan melepaskan Zainab sebelum membungkamnya dengan hujjah yang kuat.

“Jika benar dia adalah anak Fathimah”, akhirnya Ali Al Hadi kembali bersuara, berusaha mengungkap tipu daya Zainab dengan mengajukan sebuah tantangan, “Sesungguhnya jasad keturunan Fathimah tidak akan dimangsa oleh hewan-hewan buas.

Maka datangkanlah hewan buas kepadanya. Dan lemparkan ia di tengah kerumunan hewan buas itu.”
“Tidak!” teriak Zainab yang raut wajahnya tetiba berubah ketakutan. “Ini hanyalah cara agar dia bisa membunuhku! Kenapa tidak kamu saja yang melakukannya.” katanya berusaha membela diri.

Dengan tenang, Ali Al Hadi berkata, “Ya. Aku berani membuktikannya.” Dan beberapa saat kemudian, ia dimasukkan ke dalam sebuah kandang. Perlahan-lahan, enam ekor singa yang ada di dalam kandang itu, mendekati Ali satu per satu. Dengan lembut, tangan Ali membelai kepala singa-singa yang mendekatinya. Binatang-binatang buas itu, di hadapan Ali Al Hadi, menjadi jinak dan penurut.

Begitu melihat Ali keluar dari kandang dengan selamat, dan dilihatnya dengan mata kepala sendiri sebuah pemandangan yang langka, Zainab pun hanya terdiam seribu bahasa. Dan, akhirnya, ia akui kebohongan yang selama ini ia desuskan, tipu daya yang selama ini dia mainkan.

Masyarakat yang mengetahui kejadian ini, menjulukinya dengan sebutan, “Zainab Al Kadzaabah.”

Referensi: Al Mafakhir karya An Naisaburi. Lisan Al Mizan karya Ibnu Hajar Al ‘Asqollani. Dan Muruj Adz Dzahab karya Al Mas’udi.

By: AL MAJNUNI MUROKAB

DASI Dagelan Santri Indonesia

Kitab Bidayatul Hidayah (Imam Al Ghazali) Kerugian Berdebat

January 31, 2018



Kitab Bidayatul Hidayah (Imam Al Ghazali) Kerugian Berdebat
Kitab Bidayatul Hidayah (Imam Al Ghazali) Kerugian Berdebat
Benangmerahdasi  -Imam Al Ghazali Tentang mendebat orang.

Dengan mendebat, kita telah menyakiti, menganggap bodoh, dan mencela orang yang kita debat. Selain itu, kita menjadi berbangga diri serta merasa lebih pandai dan berilmu.
Ia juga menghancurkan kehidupan. Manakala engkau mendebat orang bodoh, ia akan menyakitimu. Sedangkan manakala engkau mendebat orang pandai, ia akan membenci dan dengki padamu.

Nabi Saw. bersabda, “Siapa yang meninggalkan perdebatan sedang ia dalam keadaan salah, maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di tepi surga. Dan siapa yang meninggalkan perdebatan padahal dia dalam posisi yang benar Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di surga yang paling tinggi.”

Jangan sampai engkau tertipu oleh setan yang berkata padamu, “Tampakkan yang benar, jangan bersikap lemah!” Sebab, setan selalu akan menjerumuskan orang dungu kepada keburukan dalam bentuk kebaikan. Jangan sampai engkau menjadi bahan tertawaan setan sehingga dia mengejekmu.
Baca Juga: Penyebab hati tetap gelisah meskipun rajin beribadah 
Menampakkan kebenaran kepada mereka yang mau menerimanya adalah suatu kebaikan. Tetapi hal itu harus dilakukan dengan cara memberikan nasihat secara rahasia bukan dengan cara mendebat.
Sebuah nasihat memiliki karakter dan bentuk tersendiri. Harus dilakukan dengan cara yang baik. Jika tidak, ia hanya akan mencemarkan aib orang. Sehingga keburukkannya lebih banyak daripada kebaikan yang ditimbulkannya.

Orang yang sering bergaul dengan para fakih zaman ini memiliki karakter suka berdebat sehingga ia sulit diam. Sebab, para ulama su’ tersebut mengatakan padanya bahwa berdebat merupakan sesuatu yang mulia dan mampu berdiskusi merupakan satu kebanggaan.

Oleh karena itu, hindarilah mereka sebagaimana engkau menghindar dari singa. Ketahuilah, perdebatan merupakan sebab datangnya murka Allah dan murka makhluk-Nya.

ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻋَﺒْﺪِﻙَ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟِﻚَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِِّ ﺍﻷُﻣِّﻲِّ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻟِﻪِ ﻭَﺻَﺤْﺒِﻪِ ﻭَﺳﻠِّﻢ

KITAB BIDAYATUL HIDAYAH
(IMAM AL GHAZALI)

By: AL MAJNUNI MUROKAB


DASI Dagelan Santri Indonesia

Penyebab Hati Tetap Gelisah Meskipun Rajin Beribadah

January 30, 2018

Penyebab Hati Tetap Gelisah Meskipun Rajin Beribadah
Penyebab Hati Tetap Gelisah Meskipun Rajin Beribadah

Benangmerahdasi  -Penyebab hati tetap gelisah meskipun rajin beribadah Berikut ini sebuah cerita dari Abu Yazid Al-Busthami, yang insya Allah, dapat kita ambil pelajaran daripadanya. Di samping seorang sufi, Abu Yazid Al Busthami juga adalah pengajar tasawuf. Di antara jamaahnya, ada seorang santri yang juga memiliki murid yang banyak.

Santri itu juga menjadi kyai bagi jamaahnya sendiri. Karena telah memiliki murid, santri ini selalu memakai pakaian yang menunjukkan kesalihannya, seperti baju putih, serban, dan wewangian tertentu.

Suatu saat, muridnya itu mengadu kepada Abu Yazid, “Tuan Guru, saya sudah beribadat tiga puluh tahun lamanya. Saya shalat setiap malam dan puasa setiap hari, tapi anehnya, saya belum mengalami pengalaman ruhani yang Tuan Guru ceritakan. Saya tak pernah saksikan apa pun yang Tuan gambarkan.”

Abu Yazid menjawab, “Sekiranya kau beribadat selama tiga ratus tahun pun, kau takkan mencapai satu butir punz debu mukasyafah dalam hidupmu.”
Murid itu heran, “Mengapa, ya Tuan Guru?”
“Karena kau tertutup oleh dirimu,” jawab Abu Yazid.
“Bisakah kau obati aku agar hijab itu tersingkap?” pinta sang murid.
“Bisa,” ucap Abu Yazid, “tapi kau takkan melakukannya.”
“Tentu saja akan aku lakukan,” sanggah murid itu.
“Baiklah kalau begitu,” kata Abu Yazid, “sekarang tanggalkan pakaianmu. Sebagai gantinya, pakailah baju yang lusuh, sobek, dan compang-camping.

Gantungkan di lehermu kantung berisi kacang. Pergilah kau ke pasar, kumpulkan sebanyak mungkin anak-anak kecil di sana. Katakan pada mereka, “Hai anak-anak, barangsiapa di antara kalian yang mau menampar aku satu kali, aku beri satu kantung kacang.” Lalu datangilah tempat di mana jamaah kamu sering mengagumimu. Katakan juga pada mereka, “Siapa yang mau menampar mukaku, aku beri satu kantung kacang!”

“Subhanallah, masya Allah, lailahailallah,” kata murid itu terkejut.
Abu Yazid berkata, “Jika kalimat-kalimat suci itu diucapkan oleh orang kafir, ia berubah menjadi mukmin. Tapi kalau kalimat itu diucapkan oleh seorang sepertimu, kau berubah dari mukmin menjadi kafir.”

Murid itu keheranan, “Mengapa bisa begitu?”
Abu Yazid menjawab, “Karena kelihatannya kau sedang memuji Allah, padahal sebenarnya kau sedang memuji dirimu. Ketika kau katakan: Tuhan mahasuci, seakan-akan kau mensucikan Tuhan padahal kau menonjolkan kesucian dirimu.” “Kalau begitu,” murid itu kembali meminta, “berilah saya nasihat lain.”
Abu Yazid menjawab, “Bukankah aku sudah bilang, kau takkan mampu melakukannya!”


Cerita ini mengandung pelajaran yang amat berharga. Abu Yazid mengajarkan bahwa orang yang sering beribadat mudah terkena penyakit ujub dan takabur. “Hati-hatilah kalian dengan ujub,” pesan Iblis.

Dahulu, Iblis beribadat ribuan tahun kepada Allah. Tetapi karena takaburnya terhadap Adam, Tuhan menjatuhkan Iblis ke derajat yang serendah-rendahnya. Takabur dapat terjadi karena amal atau kedudukan kita. Kita sering merasa menjadi orang yang penting dan mulia. Abu Yazid menyuruh kita menjadi orang hina agar ego dan keinginan kita untuk menonjol dan dihormati segera hancur, yang tersisa adalah perasaan tawadhu dan kerendah-hatian. Hanya dengan itu kita bisa mencapai hadirat Allah swt. Orang-orang yang suka mengaji juga dapat jatuh kepada ujub. Mereka merasa telah memiliki ilmu yang banyak.

Suatu hari, seseorang datang kepada Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam, “Ya Rasulallah, aku rasa aku telah banyak mengetahui syariat Islam. Apakah ada hal lain yang dapat kupegang teguh?” Nabi menjawab, : ”Katakanlah: Tuhanku Allah, kemudian ber-istiqamah-lah kamu.”
Ujub seringkali terjadi di kalangan orang yang banyak beribadat. Orang sering merasa ibadat yang ia lakukan sudah lebih dari cukup sehingga ia menuntut Tuhan agar membayar pahala amal yang ia lakukan. Ia menganggap ibadat sebagai investasi.

Orang yang gemar beribadat cenderung jatuh pada perasaan tinggi diri. Ibadat dijadikan cara untuk meningkatkan statusnya di tengah masyarakat. Orang itu akan amat tersinggung bila tidak diberikan tempat yang memadai statusnya. Sebagai seorang ahli ibadat dan ahli dzikir, ia ingin disambut dalam setiap majelis dan diberi tempat duduk yang paling utama.

Tulisan ini saya tutup dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnad-nya;
Suatu hari, di depan Rasulullah saw Abu Bakar menceritakan seorang sahabat yang amat rajin ibadatnya. Ketekunannya menakjubkan semua orang. Tapi Rasulullah tak memberikan komentar apa-apa. Para sahabat keheranan. Mereka bertanya-tanya, mengapa Nabi tak menyuruh sahabat yang lain agar mengikuti sahabat ahli ibadat itu.

Tiba-tiba orang yang dibicarakan itu lewat di hadapan majelis Nabi. Ia kemudian duduk di tempat itu tanpa mengucapkan salam. Abu Bakar berkata kepada Nabi, “Itulah orang yang tadi kita bicarakan, ya Rasulallah.”
Nabi hanya berkata, “Aku lihat ada bekas sentuhan setan di wajahnya.”
Nabi lalu mendekati orang itu dan bertanya, “Bukankah kalau kamu datang di satu majelis kamu merasa bahwa kamulah orang yang paling salih di majelis itu?” Sahabat yang ditanya menjawab, “Allahumma, na’am. Ya Allah, memang begitulah aku.” Orang itu lalu pergi meninggalkan majelis Nabi.

Setelah itu Rasulullah saw bertanya kepada para sahabat, “Siapa di antara kalian yang mau membunuh orang itu?” “Aku,” jawab Abu Bakar.
Abu Bakar lalu pergi tapi tak berapa lama ia kembali lagi, “Ya Rasulallah, bagaimana mungkin aku membunuhnya? Ia sedang ruku’.”

Nabi tetap bertanya, “Siapa yang mau membunuh orang itu?” Umar bin Khaththab menjawab, “Aku.” Tapi seperti juga Abu Bakar, ia kembali tanpa membunuh orang itu, “Bagaimana mungkin aku bunuh orang yang sedang bersujud dan meratakan dahinya di atas tanah?
” Nabi masih bertanya,
“Siapa yang akan membunuh orang itu?” Imam Ali bangkit, “Aku.” Ia lalu keluar dengan membawa pedang dan kembali dengan pedang yang masih bersih, tidak berlumuran darah, “Ia telah pergi, ya Rasulullah.” Nabi kemudian bersabda, “Sekiranya engkau bunuh dia. Umatku takkan pecah sepeninggalku….”

Dari kisah ini pun kita dapat mengambil hikmah:
Selama di tengah-tengah kita masih terdapat orang yang merasa dirinya paling salih, paling berilmu, dan paling benar dalam pendapatnya, pastilah terjadi perpecahan di kalangan kaum muslimin.

Nabi memberikan pelajaran bagi umatnya bahwa perasaan ujub akan amal salih yang dimiliki adalah penyebab perpecahan di tengah orang Islam. Ujub menjadi penghalang naiknya manusia ke tingkat yang lebih tinggi. Penawarnya hanya satu, belajarlah menghinakan diri kita. Seperti yang dinasihatkan Abu Yazid Al-Busthami kepada santrinya.

By: AL MAJNUNI MUROKAB

DASI Dagelan Santri Indonesia

Kisah Maulana Jalaludin Rumi dan Botol Araknya

January 22, 2018

Kisah Maulana Jalaludin Rumi yang di suruh membeli arak oleh Syams Tabrizi


Kisah Maulana Jalaludin Rumi dan Botol Araknya
Kisah Maulana Jalaludin Rumi dan Botol Araknya

Benangmerahdasi 
-Rumi dan Botol Minumannya

Suatu malam, Maulana Jalaluddin Rumi mengundang Syams Tabrizi ke rumahnya. Sang Mursyid Syamsuddin pun menerima undangan itu dan datang ke kediaman Maulana. Setelah semua hidangan makan malam siap, Syams berkata pada Rumi;

“Apakah kau bisa menyediakan minuman untukku?”. (yang dimaksud : arak / khamr)
Maulana kaget mendengarnya, “memangnya anda juga minum?’.

“Iya”, jawab Syams.
Maulana masih terkejut,”maaf, saya tidak mengetahui hal ini”.
“Sekarang kau sudah tahu. Maka sediakanlah”.
“Di waktu malam seperti ini, dari mana aku bisa mendapatkan arak?”.
“Perintahkan salah satu pembantumu untuk membelinya”.
“Kehormatanku di hadapan para pembantuku akan hilang”.
“Kalau begitu, kau sendiri pergilah keluar untuk membeli minuman”.
“Seluruh kota mengenalku. Bagaimana bisa aku keluar membeli minuman?”.
“Kalau kau memang muridku, kau harus menyediakan apa yang aku inginkan. Tanpa minum, malam ini aku tidak akan makan, tidak akan berbincang, dan tidak bisa tidur”.

Karena kecintaan pada Syams, akhirnya Maulana memakai jubahnya, menyembunyikan botol di balik jubah itu dan berjalan ke arah pemukiman kaum Nasrani.
Sampai sebelum ia masuk ke pemukiman tersebut, tidak ada yang berpikir macam-macam terhadapnya, namun begitu ia masuk ke pemukiman kaum Nasrani, beberapa orang terkejut dan akhirnya menguntitnya dari belakang.
Baca Juga: Kisah pencuri telur burung di zaman Nabi Sulaiam A.S

Mereka melihat Rumi masuk ke sebuah kedai arak. Ia terlihat mengisikan botol minuman kemudian ia sembunyikan lagi di balik jubah lalu keluar.
Setelah itu ia diikuti terus oleh orang-orang yang jumlahnya bertambah banyak. Hingga sampailah Maulana di depan masjid tempat ia menjadi imam bagi masyarakat kota.

Tiba-tiba salah seorang yang mengikutinya tadi berteriak; “Ya ayyuhan naas, Syeikh Jalaluddin yang setiap hari jadi imam shalat kalian baru saja pergi ke perkampungan Nasrani dan membeli minuman!!!”.
Orang itu berkata begitu sambil menyingkap jubah Maulana. Khalayak melihat botol yang dipegang Maulana. “Orang yang mengaku ahli zuhud dan kalian menjadi pengikutnya ini membeli arak dan akan dibawa pulang!!!”, orang itu menambahi siarannya.

Orang-orang bergantian meludahi muka Maulana dan memukulinya hingga serban yang ada di kepalanya lengser ke leher.
Melihat Rumi yang hanya diam saja tanpa melakukan pembelaan, orang-orang semakin yakin bahwa selama ini mereka ditipu oleh kebohongan Rumi tentang zuhud dan takwa yang diajarkannya. Mereka tidak kasihan lagi untuk terus menghajar Rumi hingga ada juga yang berniat membunuhnya.

Tiba-tiba terdengarlah suara Syams Tabrizi; “Wahai orang-orang tak tahu malu. Kalian telah menuduh seorang alim dan faqih dengan tuduhan minum khamr, ketahuilah bahwa yang ada di botol itu adalah cuka untuk bahan masakan. Seseorang dari mereka masih mengelak;
“Ini bukan cuka, ini arak”. Syams mengambil botol dan membuka tutupnya.

Dia meneteskan isi botol di tangan orang-orang agar menciumnya. Mereka terkejut karena yang ada di botol itu memang cuka. Mereka memukuli kepala mereka sendiri dan bersimpuh di kaki Maulana. Mereka berdesakan untuk meminta maaf dan menciumi tangan Maulana hingga pelan-pelan mereka pergi satu demi satu.

Rumi berkata pada Syams, “Malam ini kau membuatku terjerumus dalam masalah besar sampai aku harus menodai kehormatan dan nama baikku sendiri. Apa maksud semua ini?”.
“Agar kau mengerti bahwa wibawa yang kau banggakan ini hanya khayalan semata.

Kau pikir penghormatan orang-orang awam seperti mereka ini sesuatu yang abadi? Padahal kau lihat sendiri, hanya karena dugaan satu botol minuman saja semua penghormatan itu sirna dan mereka jadi meludahimu, memukuli kepalamu dan hampir saja membunuhmu. Inilah kebanggaan yang selama ini kau perjuangkan dan akhirnya lenyap dalam sesaat.

Maka bersandarlah pada yang tidak tergoyahkan oleh waktu dan tidak terpatahkan oleh perubahan zaman.

Walllahu 'Alam Bishawaf

( Dari kumpulan kisah Maulana Jalaluddin rumi )

By. AL MAJNUNI MUROKAB

DASI Dagelan Santri Indonesia

Kisah Semerbak Wangi Tubuh Abu Bakar Al Misky

January 22, 2018




Kisah Semerbak Wangi Tubuh Abu Bakar Al Misky
Kisah Semerbak Wangi Tubuh Abu Bakar Al Misky


Benangmerahdasi 
- Semerbak wangi tubuh Abu Bakar Al Misky

Sejarawan muslim, Al-Imam Ibnul Jauzi bercerita :

قيل لأبي بكر المسكي إنا نشم رائحة المسك مع الدوام فما سببه فقال : والله لي سنين عديدة لم أمس المسك
ولكن سبب ذلك أن امرأة احتالت علي حتى أدخلتني دارها وأغلقت دوني الأبواب وراودتني عن نفسي فتحيرت في أمري فضاقت بي الحيل فقلت لها : إن لي حاجة في الطهارة ، فأمرت بجارية لها تمضي بي إلى بيت الراحة "مكان قضاء الحاجة" ففعلت
فلما دخلت بيت الراحة أخذت العذرة وألقيتها على جميع جسدي ثم رجعت إليها وأنا على تلك الحالة فلما رأتني دهشت ثم أمرت بإخراجي فمضيت إلى بيتي واغتسلت

فلما كانت تلك الليلة رأيت في المنام قائل يقول لي : فعلت مالم يفعله احد غيرك لأطيبن ريحك في الدنيا والآخرة فأصبحت والمسك يفوح مني واستمرت تلك الرائحة لا تنقطع وبقيت حتى مات. [المواعظ والمجالس ص :٢٢٤ ، الجزاء من جنس العمل ٢/ ١٢٨]

Abu Bakr Al Misky ditanya seseorang, "Kami selalu mencium aroma semerbak minyak misik (kesturi) dari tubuhmu. Apa penyebabnya?." Ia menjawab, "Demi Allah, telah bertahun-tahun aku tidak memakai minyak kesturi.

Namun penyebab munculnya bau wangi ini adalah karena seorang perempuan yang menjebak aku hingga membuatku terperangkap masuk ke dalam rumahnya. Setelah itu ia menutup semua pintu dan merayuku agar melakukan perbuatan tidak senonoh dengannya. Dalam keadaan bingung dan kehilangan akal untuk menghindari bujuk rayunya aku berkata, "Aku ingin ke kamar kecil untuk buang hajat." Lalu ia menyuruh pelayan perempuan mengantarku menuju kamar kecil.
Baca Juga: Tasawud Syaik Junaid Al Baghdadi

Setelah berada di kamar kecil aku mengambil kotoran dan melumuri seluruh tubuhku dengannya. Lalu dengan tubuh penuh kotoran aku keluar menemuinya kembali. Melihat keadaan tubuhku yang berlumuran kotoran, ia terkejut dan tercengang lalu mengusirku keluar. Akhirnya aku berhasil keluar dari rumahnya dan pergi untuk mandi membersihkan badan.

Pada saat tidur aku bermimpi mendengar suara berkata kepadaku, "Engkau telah melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan siapapun sebelummu. Karena itu aku akan membuat tubuhmu selalu menebarkan bau wangi di dunia dan akhirat." Semenjak saat itulah tubuhku berbau wangi sampai sekarang.” (Ibnul Jauzi, Al Majalis wal Mawa’idz, hal. 224. Lihat juga Al-Jaza' Min Jinsil Amal juz 2 hal. 128).

Mulai saat itulah Abu Bakar, sang pemuda sholeh tersebut lekat dg gelar AL-MISKY (yg selalu harus minyak kesturi). Pemuda yg tahan godaan seperti inilah yg akan menjadi penerus perjuangan para Ulama, pemuda harapan bangsa, pemuda yg didamba-dambakan setiap orang tua bahkan membuat Takjub Allah Azza Wa Jalla.

Dalam sebuah hadits disebutkan :

عن عقبة بن عامر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إن الله عز وجل ليعجب من الشاب ليست له صبوة (رواه أحمد وأبو يعلى والطبراني وإسناده حسن)

Dari Sayyidina 'Uqbah Bin Amir, beliau berkata : Rasulullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :
Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla takjub terhadap seorang pemuda yg tidak menuruti hawa nafsunya. (HR. Ahmad, Abu Ya'la dan At-Thabrani dg Isnad yg Hasan). [Al-Haitsami, Majma' Az-Zawaid, juz 10 hal. 477 no. 17954].


By. AL MAJNUNI MUROKAB

DASI Dagelan Santri Indonesia

Tasawuf Syikh Junaid Al Baghdadi

January 19, 2018
Tasawuf Syaik Junaid Al Baghdadi, syariat tetaplah penting dalam menuju mahabbah dan ma’rifah.
Tasawuf Syikh Junaid Al Baghdadi
Tasawuf Syikh Junaid Al Baghdadi 

Benangmerahdasi  -Tasawuf Syikh Junaid Al Baghdadi

Pandangan-pandangan para sufi sebelum Junaid cukup radikal, memancing para yuris (fukaha) untuk mengambil sikap. Sehingga muncul pertentangan antara para pengikut tasawwuf dan ahli fikih. Ahli fikih memandang pelaku tasawwuf sebagai orang-orang zindik, yang mengaku Islam tapi tidak pernah menjalankan syariatnya. Hal ini karena, banyak pelaku tasawwuf yang secara lahir meninggalkan tuntunan-tuntunan syariat.

Bahkan ada beberapa amaliah yang dikenal di kalangan ahli tasawwuf, namun terbilang asing bagi para ahli fikih. Sehingga seringkali dianggap bid’ah. Keadaan semakin runyam dengan hadirnya orang-orang yang hanya mencari pembenaran atas perilakunya yang tidak sesuai dengan syariat, yang di sisi lain mereka menggunakan pandangan-pandangan ahli tasawwuf. Oleh Al Ghazali, mereka disebut mutashawwif (orang yang pura-pura menjadi sufi) dan bukan sufi hakiki.

Sebaliknya, tokoh zuhud-tasawwuf memandang tokoh-tokoh fikih sebagai orang-orang yang hanya memperhatikan legalitas suatu persoalan, namun mengabaikan esensi dan kesejatiannya. Banyak penyelewengan dilakukan untuk mendapatkan hal-hal yang sebenarnya dilarang. Namun karena dianggap sah menurut hukum, maka penyelewengan itu tetap berjalan.

Kondisi ini berlangsung hingga masa Abul Qasim Abdullah ibn Ali ibn Junaid Al Baghdadi. Benturan pendangan ini merisaukan Al Junaid. Mengapa harus dipertentangkan. Bukankah ajaran tasawwuf itu bersumber dari ajaran nabi. Begitu pula dengan fikih. Maka hendaknya kedua cara pandang yang cenderung hakikat-centris dan yang cenderung legalit-centris, dikompromikan. Dalam hal ini, Al Junaid mengatakan,

علمنا هذا مقيد بالكتاب والسنة من لم يقرأ القرآن ويكتب الحديث لا يقتدى به في علمنا هذا

“ilmu (tasawwuf) kami ini dilandasi oleh Al Quran dan As Sunnah, barang siapa tidak membaca Al Quran dan menulis As Sunnah, maka ucapannya tidak dapat diikuti dalam ilmu kami ini”
Frase Ilmuna merujuk pada pengalaman dan pengetahuan yang didapatkan melalui perjalanan spiritual.

Pengetahuan yang kadang sulit dijelaskan oleh nalar manusiawi. Sehingga kadangkala dampak dari ilmu tersebut terbilang aneh bagi orang biasa. Semua merujuk pada tingkat ekstasie tertentu pada diri sufi yang tidak dapat dijelaskan secara nalar. Namun hal itu memang benar mereka rasakan. Mereka seperti masuk pada ruang tanpa batas. Pengetahuan tentang yang supra-gaib. Sehingga muncul sikap radikal dan liberal dalam pemikiran tasawwuf. Radikalisme dan liberalisme tasawwuf dapat kita amati dalam fenomena ittihad dan hulul. Keduanya memiliki kesamaan dalam menafikan realitas konkret manusia.

Keliaran pemikiran semacam ini dalam pandangan Al Junaid, tidaklah benar. Baginya, dunia tasawwuf harus tetap berpijak pada realitas konkret manusia. Pencapaian tertinggi dalam dunia tasawwuf hanyalah sampai level mahabbah dan ma’rifah. Dengan demikian eksistensi konkret hamba (ubudiah) tetap terpisah dari eksistensi tuhan (uluhiah).
Baca Juga: Keberkahan Robiah dan rizeki tak disangka sangka

Menurut Al Junaid, syariat tetaplah penting dalam menuju mahabbah dan ma’rifah. Dari sini, gagasan Al Junaid kemudian sangat kompatibel dengan pemikiran ahli fikih dan hadis. Dan inilah makna ucapan “dilandasi Al Kitab dan As Sunnah”.

Imam Junaid atau yang mempunyai julukan Abul Qasim ini adalah orang pertama yang menyusun dan membahasakan tasawuf, hingga tak jarang kitab-kitab tasawuf yang merujuk kepada ijtihad Imam Junaid. Dan beliau pulalah yang merangkum pertama kali kata-kata bijak Imam Abu Yazid al-Busthomi yang tidak lain adalah guru beliau sendiri.

Al-Junaid di kenal dalam sejarah tasawuf sebagai seorang sufi yang banyak membahas tentang tauhid. Pendapat-pendapatnya dalam masalah ini banyak diriwayatkan dalam kitab-kitab biografi para sufi, antara lain sebagaimana diriwayatkan oleh al-Qusyairi: Suatu ketika al-Junaid ditanya tentang pengertian tauhid. Dia menjawab: “Orang-orang yang mengesakan Allah (al-muwahhid) ialah mereka yang merealisasikan keesaan-Nya dalam arti sempurna, meyakini bahwa Dia adalah Yang Maha Esa, Dia tidak beranak dan tidak diperanakan, menafikan segala bentuk politeistik. Dia tidak bisa diserupakan, diuraikan, digambarkan dan dibuat contoh-Nya. Dia tanpa padanan dan Dia adalah zat yang Maha Mendengar dan Maha Melihat.”

Pengertian tauhid yang diberikan al-Junaid di atas tidak keluar dari pengertian yang diberikan oleh para teolog, sekalipun dia menguraikannya dari sudut pandang para sufi. Menurutnya, akal-budi tidak mampu memahami itu. Sebab, “seandainya pemikiran para pemikir dicurahkan sedalam-dalamnya pada masalah tauhid, pikiran itu akan berakhir dengan kebingungan.” Dan katanya pula: “Ungkapan terbaik tentang tauhid adalah ucapan Abu Bakr al-Siddiq: Maha Suci Zat yang tidak menjadikan jalan bagi makhluk-Nya untuk mengenal-Nya, melainkan ketidakmampuan mengenal-Nya.”[6]

Pengertian tauhid, sebagaimana diberikan al-Junaid, dan dikutip oleh banyak penulis kemudian, bahwa ia mengandung unsur utama “pemisahan yang baqa’ dan fana’. Dengan menjadikan perjanjian azali sebagai titik tolak, seraya merujuk kepada al-Qur’an (QS. Al-‘An’am:164-168) menurut tafsiran sufi, ia memandang seluruh rangkaian sejarah ini sebagai upaya manusia dalam memenuhi perjanjian itu dan kembali ke ihwal asalnya.

Dalam sebuah tafsir tentang percakapan yang konon berlangsung antara manusia dan Tuhan dahulu kala, al-Junaid menulis: “Dalam ayat ini Allah menerangkan kepadamu bahwa Dia berbicara kepada mereka pada zaman tatkala mereka (anak-cucu Adam) belum maujud, tapi sudah maujud dalam diri-Nya. Kemaujudan ini bukanlah kemaujudan yang lazim dari ciptaan-ciptaan-Nya. Namun kemaujudan ini merupakan suatu kemaujudan yang hanya diketahui oleh Allah..

Tauhid yang hakiki menurut al-Junaid adalah buah dari fana’ terhadap semua yang selain Allah. Dalam hal ini dia mengatakan: “Tauhid yang secara khusus dianut para sufi adalah pemisahan yang qidam dari yang hudus. Ketika menjelaskan sebuah hadits: “Manakala Aku mencintainya, maka aku menjadikannya mampu mencapai hal ini. Dialah yang menuntunnya dan mengaruniakan kepadanya hakikat dan kebenaran. Dengan demikian, ia adalah perbuatan Allah lewat dirinya.

Tauhid yang begini, menurut al-Junaid, adalah tauhid bagi kelompok tertentu. Misalnya al-Tusi dalam kitabnya Al-Luma’, menuturkan: “Suatu ketika al-Junaid ditanya tentang tauhid bagi kelompok tertentu (kaum khawas), jawabnya: Hendaklah seseorang menjadi pribadi yang berada di tangan Allah di mana segala kehendak-Nya berlaku bagi dirinya. Dan ini tidak bisa tercapai kecuali dengan membuat dirinya fana’ terhadap dirinya dan makhluk sekitarnya. Dengan sirnanya perasaan dan kesadarannya maka seluruhnya berlaku kehendak Allah SWT.

Al-Junaid memahami sepenuhnya bahwa pengalaman sufistik tidak bisa diuraikan dengan akal dan berbahaya untuk dibicarakan secara terbuka mengenai rahasia terdalam dari iman dihadapan orang-orang awam (terutama sekali terhadap orang-orang yang memandang kegiatan para sufi dengan kecurigaan).

Berdasarkan alasan inilah ia menolak al-Hallaj yang telah menjadi contoh mereka yang telah menjalani hukuman karena telah berbicara secara terbuka tentang rahasia cinta dan penyatuan. Oleh karenanya, al-Junaid memperhalus seni bicara melalui isyarat suatu kecenderungan yang mula-mula diprakarsai oleh al-Kharraz.

Surat-surat dan risalah-risalahnya ditulis dengan gaya samar-samar; bahasanya begitu padat sehingga sangat sulit dipahami oleh mereka yang tidak terbiasa dengan cara khas pengungkapan sufistik. Bahasa yang indah itu lebih menutupi daripada membukakan makna sebenarnya.

By santrimbelink

DASI Dagelan Santri Indonesia

Keberkahan Robiah dan Rezeki tak Disangka-sangka.

January 18, 2018



Keberkahan Robiah dan Rezeki tak Disangka-sangka.
Keberkahan Robiah dan Rezeki tak Disangka-sangka.

Benangmerahdasi  -Keberkahan Robiah dan Rezeki tak Disangka-sangka.

Robiah Adawiyah adalah sosok wanita yang pertama kali berbicara tentang mencintai Sang Kholiq dengan mendalam. Mabuk cintanya kepada Allah telah mengalahkan cintanya kepada hal-hal lain. Robiah telah menjadi teladan bagi para wanita di zamannya, bahkan hingga akhir zaman....
Keberkahan Robiah telah dirasakan orang tuanya sejak ia masih kecil. Di tengah-tengah paceklik kota Basroh dan kesempitan ekonomi keluarga, Ismail sang ayah kebingungan memberi nafkah anak-anaknya. Khususnya anak terkecilnya, Robiah.

Jalan keluar tak disangka-sangka diberikan Allah lewat mimpi. Di dalam mimpi, Rasulullah memerintahkan Ismail untuk menemui Isa Bazan, raja Basroh saat itu dan menyampaikan pesan Rasulullah. Isinya: "Tuan telah melakukan sholat 100 rokaat tiap malam dan 400 rokaat di malam jumat. Namun malam jumat kemarin, tuan lupa melakukannya. Maka tuan harus memberi uang 400 dinar kepada pembawa surat sebagai kafaroh."

Ismail seumur hidupnya tak pernah sekalipun meminta sesuatu kepada orang lain. Walaupun kemiskinan menimpa keluarganya. Namun karena ini perintah Rasulullah, maka mau tak mau ia harus menemui Isa Bazan di istana raja.
Baca Juga: Kisah Malik bin Dinar ''Pencuri yang tercuri hatinya"

Ketika membaca surat, sang raja keheranan. "Bagaimana mungkin ada orang yang mengetahui bahwa aku meninggalkan sholat sunnah 400 rokaat malam jumat kemarin?" gumamnya.
"Pengawal, siapkan uang 400 dinar. Dan aku lebih pantas untuk menjemput si pembawa surat untuk masuk ke dalam istana," kata sang raja.

Ismail pun bercerita tentang mimpinya bertemu dengan Rasulullah dan kelahiran anaknya. Ismail menerima hadiah dari sang raja. Ia pulang menemui keluarganya dengan membawa uang 400 dinar! Jumlah yang tidak sedikit baginya. Rezeki ini ia rasakan sebagai keberkahan yang dibawa bayi Robiah.....

Sejak kecil, cahaya waro' (menjauhi yang syubhat) telah memenuhi hati Robiah. Ayahnya yang miskin pernah bertanya, "Wahai Robiah, bagaimana menurutmu jika ayah tidak menemukan makanan apapun kecuali yang haram?"

"Aku memilih bersabar, ayah. Menahan lapar di dunia lebih ringan dibanding merasakan siksa api neraka," jawab Robiah dengan tegasnya. Memang, perkara syubhat bisa menjadi penghalang seseorang dalam bermunajat kepada Allah. Karena sifat waro inilah catatan amal Robiah bersih dari noda dan maksiat. Tidak ada satu noktah pun terpercik dalam lembaran putih amalnya.....

Sumber: Robiatul Adawiyah 'Adzrau Al Basroh Al BaBatul

By: AL MAJNUNI MUROKAB

DASI Dagelan Santri Indonesia

Kisah Malik bin Dinar ''Pencuri yang Tercuri Hatinya"

January 16, 2018

Kisah Malik bin Dinar ''Pencuri yang Tercuri Hatinya"
Kisah Malik bin Dinar ''Pencuri yang Tercuri Hatinya"

Benangmerahdasi
  -Pencuri yang tercuri hatinya

Seorang pencuri memanjat tembok rumah Malik bin Dinar, menyelinap masuk, tapi ia tidak menemukan apapun yang pantas untuk dicuri. Sementara tuan rumah yang khusyuk melakukan shalat, memperpendek shalatnya karena merasa ada sesuatu yang mengganggu.

Kemudian Malik bin Dinar menoleh kearah pencuri itu. Sambil mengucapkan salam, ia berkata, “Semoga Allah memberimu taubat, engkau memasuki rumahku, tetapi engkau tidak menemukan sesuatu yang dapat engkau ambil. Namun aku tidak akan membiarkanmu keluar dengan sia-sia.”
Malik bin Dinar membawakan sebaskom air dan berkata kepadanya, “Ambillah air wudhu, lalu lakukan shalat 2 rakaat, niscaya engkau nanti akan keluar dengan membawa sesuatu yang lebih berharga daripada apa yang engkau cari ke sini!” Mendengar kata-kata dan ketulusan Malik bin Dinar, pencuri itu terharu lalu ia menjawab, “Baiklah. Aku jadi tersanjung.”

Pencuri itu berwudhu, lalu melakukan shalat 2 rakaat. Jiwanya tergetar luar biasa, dengan sopan ia minta pada Malik bin Dinar kalau boleh dia melakukan shalat 2 rakaat lagi.

Betapa nasihat Malik bin Dinar telah mengubah niat maling itu dalam sekejap. Dan Malik bin Dinar dengan tulus mengizinkannya, dan maling itu shalat terus sampai pagi hari.

“Sekarang pulanglah, dan baik-baiklah,” Malik bin Dinar berkata kepadanya. Ia menjawab, “Tuan, kalau engkau berkenan bolehkah aku tinggal bersamamu? Aku berniat berpuasa hari ini jadi aku tak perlu menghabiskan makananmu.”
Baca Juga: Kisah al Fakhrul Wujud Syaikh abu Bakar bin Salaim Ra
“Tentu, boleh saja, aku senang, tinggallah di sini selama engkau mau,” jawab Malik bin Dinar. Maka pencuri itu tinggal bersama Malik bin Dinar berhari-hari. Dia bangun malam melakukan shalat sepanjang malam dan berpuasa pada siang harinya. Ketika hendak pulang dia berkata pada Malik bin Dinar, “Wahai Tuan Malik bin Dinar yang baik hati, aku telah berniat melakukan taubat.” Malik bin Dinar menjawab, “Itu ditangan Allah Azza wa Jalla.” Dan, maling itu benar bertaubat. Dia tidak mau dan tidak pernah lagi mencuri.

Dalam perjalanan pulang ia bertemu dengan temannya maling lain yang ia kenal baik. Temannya bertanya padanya, “Lama benar engkau di rumah Malik bin Dinar, aku pikir kau pasti sudah mencuri harta karun di sana!”

“Saudaraku, aku menyelinap hendak mencurinya, tapi kenyataannya dia justru mencuriku, aku bertaubat pada Allah Azza wa Jalla, dan mulai sekarang aku akan lebih banyak berada dalam rumahku untuk mendapatkan dan menikmati apa-apa yang dikaruniakan Allah pada para Kekasih-Nya.”
Ia melangkah pulang dengan langkah tetap dan tegap. Pencuri yang pernah menjadi rekannya itu terbengong-bengong memandang sosok punggungnya dari belakang. Subhanallah!

By santrimbelink

DASI Dagelan Santri  Indonesia

Kisah Pencuri Telur Burung di Zaman Nabi Sulaiman A.S

January 15, 2018


Kisah Pencuri Telur Burung di Zaman Nabi Sulaiman A.S
Kisah Pencuri Burencuri Telurung di Zaman Nabi Sulaiman A.S

Benangmerahdasi  -Kisah Pencuri Telur Burung di Zaman Nabi Sulaiman a.s

Diriwayatkan, pada zaman Nabi Sulaiman a.s ada seekor burung yang datang melapor kepada beliau,
"Wahai Nabi Allah Sulaiman, sesungguhnya setiap hari aku bertelur, dan setiap hari pula ada seorang laki-laki datang mengambil telurku. Bukankah engkau adalah raja yang adil? Maka tunjukkanlah keadilanmu kepadaku."

Nabi Sulaiman pun menjawab, "Baiklah burung, aku akan memerintahkan dua jin untuk menjaga sarangmu, agar telurmu tidak lagi dicuri."

Setelah beberapa saat berlalu, si burung kembali menemui Nabi Sulaiman a.s dengan wajah tampak kesal,
"Wahai Nabi Allah Sulaiman, telurku masih tetap saja dicuri."

"Bagaimana mungkin? Bukankah aku telah memerintahkan 2 jin untuk menjaga telur-telurmu?" Tanya Nabi Sulaiman keheranan.
"Kalau begitu, panggil dua jin yang aku perintahkan menjaga sarang burung itu!" Perintah Nabi Sulaiman.
Baca Juga: Kisah Malik bin Dinar "Pencuri yang tercuri hatinya"
Dua jin itu pun didatangkan ke hadapan Nabi Sulaiman.

Nabi Sulaiman: "Bukankah aku telah memerintahkan kalian untuk menjaga sarang burung ini agar telurnya tidak dicuri?"
Dua Jin: "Benar wahai tuanku."
Nabi Sulaiman: "Lantas, kenapa telurnya masih juga hilang?" Tanya Nabi Sulaiman dengan nada mulai naik.
Dua Jin: "Maafkan kami tuan, kami tidak bisa menjaga telur burung ini, karena setiap kali orang yang mengambil telurnya datang, setiap kali itu pula datang dua malaikat yang menyingkirkan kami."
Nabi Sulaiman: "Benarkah yang kalian katakan?"
Dua Jin: "Benar Tuan."
Nabi Sulaiman: "Kalau begitu, panggil laki-laki itu dan bawa dia kehadapanku!" Perintah Nabi Sulaiman.

Si Laki-laki itu pun dibawa ke hadapan Nabi Sulaiman.

Nabi Sulaiman: "Benarkah engkau yang setiap hari mengambil telur dari sarang burung ini?"
Lelaki: "Benar."
Nabi Sulaiman: "Bagaimana bisa engkau mengambil telur burung ini, padahal aku telah memerintahkan dua jin untuk menjaga sarangnya agar telurnya tidak diambil orang."
Lelaki: "Aku tidak tau wahai tuanku."
Nabi Sulaiman: "Pasti engkau memiliki suatu amalan yang menjadikan Allah senantiasa memudahkan urusanmu."
Lelaki: "Benar wahai tuanku, setiap hari, sebelum aku keluar rumah, aku selalu bersedekah dua lembar roti kepada fakir miskin."

MasyaAllah....
Ternyata Allah memudahkan urusan si lelaki tersebut, memudahkan rizkinya karena ia senantiasa bersedekah meskipun dengan sesuatu yang remeh.

Lantas, bagaimana dengan kita?
Mungkin kita punya banyak urusan yg rumit, rezeki tidak lancar, sakit tidak kunjung sembuh, karena kita kurang bersedekah...

Cinta dunia sudah begitu mengakar di hati kita, kita takut mensedekahkan harta kita,
Kita belum yakin dengan janji Allah SWT,

Semoga Allah memberi kita taufiq untuk kita bisa bersedekah setiap hari, hingga dengannya kita mendapat keutamaan-keutamaan dari Allah SWT, aamiin...

Sumber: Ceramah Habib Muhammad bin Anis Syahab

By, AL MAJNUNI MUROKAB

DASI Dagelan Santri Indonesia

Kisah Malik bin Dinar ''Pencuri yang Tercuri Hatinya"

January 15, 2018

Kisah Malik bin Dinar ''Pencuri yang Tercuri Hatinya"
Kisah Malik bin Dinar ''Pencuri yang Tercuri Hatinya

Benangmerahdasi
  -Pencuri yang tercuri hatinya

Seorang pencuri memanjat tembok rumah Malik bin Dinar, menyelinap masuk, tapi ia tidak menemukan apapun yang pantas untuk dicuri. Sementara tuan rumah yang khusyuk melakukan shalat, memperpendek shalatnya karena merasa ada sesuatu yang mengganggu.

Kemudian Malik bin Dinar menoleh kearah pencuri itu. Sambil mengucapkan salam, ia berkata, “Semoga Allah memberimu taubat, engkau memasuki rumahku, tetapi engkau tidak menemukan sesuatu yang dapat engkau ambil. Namun aku tidak akan membiarkanmu keluar dengan sia-sia.”
Malik bin Dinar membawakan sebaskom air dan berkata kepadanya, “Ambillah air wudhu, lalu lakukan shalat 2 rakaat, niscaya engkau nanti akan keluar dengan membawa sesuatu yang lebih berharga daripada apa yang engkau cari ke sini!” Mendengar kata-kata dan ketulusan Malik bin Dinar, pencuri itu terharu lalu ia menjawab, “Baiklah. Aku jadi tersanjung.”

Pencuri itu berwudhu, lalu melakukan shalat 2 rakaat. Jiwanya tergetar luar biasa, dengan sopan ia minta pada Malik bin Dinar kalau boleh dia melakukan shalat 2 rakaat lagi.

Betapa nasihat Malik bin Dinar telah mengubah niat maling itu dalam sekejap. Dan Malik bin Dinar dengan tulus mengizinkannya, dan maling itu shalat terus sampai pagi hari.

“Sekarang pulanglah, dan baik-baiklah,” Malik bin Dinar berkata kepadanya. Ia menjawab, “Tuan, kalau engkau berkenan bolehkah aku tinggal bersamamu? Aku berniat berpuasa hari ini jadi aku tak perlu menghabiskan makananmu.”
Baca Juga: Kisah al Fakhrul Wujud Syaikh abu Bakar bin Salaim Ra
“Tentu, boleh saja, aku senang, tinggallah di sini selama engkau mau,” jawab Malik bin Dinar. Maka pencuri itu tinggal bersama Malik bin Dinar berhari-hari. Dia bangun malam melakukan shalat sepanjang malam dan berpuasa pada siang harinya. Ketika hendak pulang dia berkata pada Malik bin Dinar, “Wahai Tuan Malik bin Dinar yang baik hati, aku telah berniat melakukan taubat.” Malik bin Dinar menjawab, “Itu ditangan Allah Azza wa Jalla.” Dan, maling itu benar bertaubat. Dia tidak mau dan tidak pernah lagi mencuri.

Dalam perjalanan pulang ia bertemu dengan temannya maling lain yang ia kenal baik. Temannya bertanya padanya, “Lama benar engkau di rumah Malik bin Dinar, aku pikir kau pasti sudah mencuri harta karun di sana!”

“Saudaraku, aku menyelinap hendak mencurinya, tapi kenyataannya dia justru mencuriku, aku bertaubat pada Allah Azza wa Jalla, dan mulai sekarang aku akan lebih banyak berada dalam rumahku untuk mendapatkan dan menikmati apa-apa yang dikaruniakan Allah pada para Kekasih-Nya.”
Ia melangkah pulang dengan langkah tetap dan tegap. Pencuri yang pernah menjadi rekannya itu terbengong-bengong memandang sosok punggungnya dari belakang. Subhanallah!

By santrimbelink

DASI Dagelan Santri  Indonesia

Kisah al Fakhrul wujud Syaikh Abu Bakar bin Salaim Ra

January 14, 2018


Kisah al Fakhrul wujud Syaikh Abu Bakar bin Salaim Ra
Kisah al Fakhrul wujud Syaikh Abu Bakar bin Salaim Ra

Benangmerahdasi
 
-Kisah al fakhrul wujud syaikh abu bakar bin salim Ra

Suatu hari seorang wanita mendatangi rumah Al Imam Fakhrul Wujud Syeikh Abi Bakar bin Salim ra. Maksud kedatangan wanita itu adalah untuk memberikan semangkuk bubur gandum kepada Al Imam Fakhril Wujud. Wanita itu telah membuat bubur tersebut semalam suntuk, khusus untuk diberikan kepada Al Imam Fakhril Wujud.

Ketika wanita itu sampai di depan pintu rumah Al Imam Fakhril Wujud, maka penjaga pintu berkata, “Ibu mau kemana?”, Wanita itu berkata, “Aku ingin menghadiahkan semangkuk bubur ini untuk Al Imam Syeikh Abi Bakar bin Salim.” Maka penjaga itu berkata, “Wahai ibu, lebih baik makanan ini anda sedekahkan saja kepada para fuqara, karena setiap hari di dapur Al Imam selalu dipenuhi dengan sembelihan kambing dan berbagai macam makanan yang dimasak setiap harinya.” Wanita itu pun merasa kecewa, namun menyadari apa yang telah dikatakan oleh penjaga itu, karena pastilah semangkuk bubur itu tidaklah ada artinya bagi Al Imam Fakhrul Wujud.

Ia pun kemudian pergi, meninggalkan rumah Al Imam Fakhril Wujud. Al Imam Fakhrul Wujud adalah seorang yang memiliki firasat yang sangat tajam. Saat itu Al Imam Fakhrul Wujud sedang duduk bersama para tamunya. Tiba-tiba saja beliau keluar dan berlari untuk mengejar wanita yang tadi mendatangi rumahnya, seraya memanggil, “Wahai ibu! Apa yang engkau bawa?” Penjaga pintu itu kaget dan terheran, karena baru pertama kali ini ia melihat Al Imam Fakhril Wujud berlari.

Maka ibu itu berkata, “Wahai Imam, aku membawa semangkuk bubur ini, yang kubuat semalaman hanya untuk kuberikan kepadamu, namun penjagamu mengatakan bahwa semangkuk bubur ini, tidaklah berarti untukmu, karena di dapur rumahmu telah dipenuhi banyak sekali makanan yang lebih baik. Maka sebaiknya bubur ini kusedekahkan saja kepada fakir miskin.” Beliau berkata: “Wahai Ibu, maafkanlah penjaga pintu itu, karena ia tidak tau kesukaanku.
Baca Juga: Mengenali zaman dan menasehati saudara dengan siasat
Ketahuilah! Tidak ada hadiah yang lebih membuatku gembira, selain hadiah bubur darimu ini, semoga Allah membalas kebaikanmu.” Al Imam Syeikh Abi Bakar bin Salim pun menerima makanan itu dengan gembira lalu Beliau memberikan kepada wanita itu 1000 dinar.

Wanita itupun berbunga-bunga hatinya, bukan karena uang 1000 dinar yang ia terima, tetapi karena Al Imam mau menerima hadiah darinya yang tidak seberapa tersebut. Al Imam Fakhril Wujud Syeikh Abi Bakar bin Salim kembali kepada penjaganya dan berkata: “Tahukah Engkau bahwa ibu itu telah bersusah payah membuatkan makanan ini untukku, walaupun hanya sedikit.

Maka seperti itulah keadaanku di hadapan Allahu shubhânahu wa ta‘âlâ, yang mana aku telah beribadah semampuku namun tidak ada artinya di hadapan Allah, dan jika engkau mengusir ibu itu, bagaimana jika nantinya jika aku terusir dari rahmat Allah?”


MasyaAllah Tabarakallah, betapa banyak hikmah yang dapat kita petik. Usaha dan kesusah-payahan kita dalam beribadah dan ta’at kepada Allah SWT, tidak akan pernah sia-sia. Meskipun Allah SWT tidak butuh sama sekali dengan ibadah kita, namun ingatlah bahwa kita adalah hamba yang sangat butuh kepada Allah SWT dan Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Bersyukur, Allah SWT adalah Dzat Yang Tidak Suka Menyianyiakan amal ibadah hamba-Nya.

Allahumma Sholli wa Sallim ‘ala Muhammad!

By : santrimbelink ilalliqo

DASI Dagelan Santri Indonesia

Perkara yang Menjadi Penghalang Rejeki

January 13, 2018

Perkara yang Menjadi Penghalang Rejeki
Perkara yang Menjadi Penghalang Rejeki



Benangmerahdasi  
-
Di Antara Penghalang Rejeki

ﺟﺎﺀ ﺭﺟﻞ ﺇﻟﻰ ﺃﻣﻴﺮ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻋﻠﻲ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻳﺸﻜﻮ ﻟﻪ ﺍﻟﻔﻘﺮ ﻭﻗﻠﺔ ﺍﻟﺮﺯﻕ

Datang seseorang kepada Sayyidina Ali mengeluhkan kemiskinan dan kekurangan rezeki

ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻪ :
ﻟﻌﻠﻚ ﺗﺘﻜﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺨﻼﺀ؟
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ :
ﻻﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ ﻳﺎ ﺃﻣﻴﺮ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ

Maka beliau berkata kepada orang tersebut :
"Mungkin kamu suka berbicara saat di kamar mandi?"
Dia mengatakan :
"Tidak wahai Amirol Mu'minin"

ﻗﺎﻝ :
ﻟﻌﻠﻚ ﺗﻘﻠﻢ ﺍﻇﻔﺎﺭﻙ ﺑﺎﺳﻨﺎﻧﻚ؟
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ :
ﻻﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ

"Mungkin kamu suka menggigit kukumu?"
"Tidak"

ﻗﺎﻝ :
ﻟﻌﻠﻚ ﺗﺴﻤﻲ ﺃﺑﻮﻳﻚ ﺑﺎﺳﻤﻴﻬﻤﺎ ؟
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ :
ﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ
.
"Mungkin kamu memanggil atau menyebut kedua orang-tuamu dengan nama mereka?"
"Tidak"

ﻗﺎﻝ :
ﻟﻌﻠﻚ ﺗﺘﺮﻙ ﺍﻟﻘﻤﺎﻣﺔ ﻟﻴﻼ ﻓﻰ ﺩﺍﺭﻙ ؟
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ :
ﻻﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ

"Mungkin kamu membiarkan sampah bermalam dalam rumah?"
"Tidak"

ﻗﺎﻝ :
ﻟﻌﻠﻚ ﺗﻨﺎﻡ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﻭﺿﻮﺀ؟
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ :
ﻻﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ

"Mungkin kamu sering tidur tanpa wudhu?"
"Tidak "

ﻗﺎﻝ :
ﻟﻌﻠﻚ ﺗﺘﻘﺪﻡ ﺃﺑﻮﻳﻚ ﻓﻰ ﺍﻟﻤﺸﻲ ؟
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ :
ﻻﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ

"Mungkin kamu suka berjalan mendahului jalannya orang tuamu ke depan?"
"Tidak"
Baca Juga: Kisah Imam Sufyan as Tsauri dengan Seorang yang Bermimpi Bertemu Rosulullah
ﻗﺎﻝ :
ﻟﻌﻠﻚ ﺗﻜﻨﺲ ﺩﺍﺭﻙ ﻟﻴﻼ ؟
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ :
ﻻﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ

"Mungkin kamu sering menyapu rumah di malam hari?"
"Tidak"

ﻗﺎﻝ :
ﻟﻌﻠﻚ ﺗﻘﻠﻢ ﺍﻇﻔﺎﺭﻙ ﻳﻮﻡ ﺍﻻﺣﺪ؟
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ :
ﻻﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ

"Mungkin kamu memotong kuku di hari minggu?"
"Tidak"

ﻗﺎﻝ :
ﻟﻌﻠﻚ ﺗﺪﻳﻢ ﺍﻟﻠﻌﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﺑﻨﺎﺋﻚ؟
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ :
ﻻﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ ﻳﺎ ﺃﻣﻴﺮ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ

"Apakah kamu sering mengutuk anak2mu?"
"Tidak"

ﻗﺎﻝ :
ﻟﻌﻠﻚ ﺗﻠﻘﻲ ﺑﺎﻟﺒﺼﺎﻕ ﻓﻰ ﺑﻴﺖ ﺍﻟﺨﻼﺀ ؟ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ :
ﻻﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ

"Mungkin kamu sering membuang ludah ke kamar mandi?"
"Tidak"

ﻗﺎﻝ :
ﻟﻌﻠﻚ ﺗﺘﺮﻙ ﺍﺳﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ؟ ﻭﺍﻟﺤﻤﺪ ﻓﻰ ﺁﺧﺮﻩ ؟
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ :
ﻻﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ

"Mungkin kamu tidak baca bismillah sebelum makan ataupun Alhamdulillah setelahnya?"
"Tidak"

ﻓﻘﺎﻝ :
ﻟﻌﻠﻚ ﻻﺗﺪﻋﻮ ﻻﺑﻮﻳﻚ ﻓﻰ ﺍﻟﺼﻼﺓ ؟
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮﺟﻞ :
ﻧﻌﻢ ﻳﺎ ﺃﻣﻴﺮ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻫﻮ ﺫﻟﻚ

"Mungkin kamu tidak mendoakan kedua orang-tuamu saat shalat?"
"Iya benar wahai Amirol Mu'minin. Itulah kekurangan saya"

ﺭﺑﻲ ﺍﻏﻔﺮ ﻟﻲ ﻭﻟﻮﺍﻟﺪﻱّ ﻭﻟﻠﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻳﻮﻡ ﻳﻘﻮﻡ ﺍﻟﺤﺴﺎﺏ ﺁﻣﻴﻦ

Dari Kitab Salinan
Karya Al-Habib Salim As-Syatiriy Hadramaut-Yaman

DASIKU,DASIMU,DASIKITA,dasiNU

By. AL MAJNUNI MUROKAB

DASI Dagelan Santri Indoensia

Kisah Imam Sufyan as Tsauri dengan Seorang yang Mimpi Bertemu Rasulullah

December 18, 2017
Kisah Imam Sufyan as Tsauri dengan Seorang yang Mimpi Bertemu Rasulullah
Kisah Imam Sufyan as Tsauri dengan Seorang yang Mimpi Bertemu Rasulullah
Benangmerahdasi -Dalam kitab mukaasyafatul Qulub ini Di ceritakan oleh Muhammad bin al Munkadir bahwa Imam Sufyan as Tsauri pernah bertemu dengan seseorang yang towwaf di setiap langkahnya selalu bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW,
Sufyan bertanya kepada laki-laki itu:

"Wahai saudara, kamu telah meninggalkan tasbih dan tahlil, dan menggantinya dengan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW, apakah ada alasan khusus tentang hal ini?"
Orang itu menjawab

"Siapakah kamu? semoga Allah memberi kesehatan padamu..."
Aku menjawab
" Aku Sufyan Tsauri."
Dia berkata:
"Kalau bukan karena kamu seorang yang zuhud di zamanmu, aku tidak akan menceritakan rahasiaku saat ini..."

lalu ia berkata,
"Aku pernah pergi haji bersama ayahku, sampai ketika kami sampai di beberapa pemukiman, beliau sakit, lalu aku rawat beliau sampai meninggal dunia, dan nampak wajahnya menghitam,
aku berucap Inna Lillaahi wa Innaa Ilaihi Roojiun....,
aku tutupi wajahnya, lalu aku mengantuk sekali, sampai akhirnya aku tertidur dalam keadaan susah...."

"dalam tidur aku bermimpi melihat seseorang yang sangat tampan, tidak pernah kutemui yang lebih tampan darinya, dan pakaian yang lebih bersih dari pakaiannya. dan bau yang lebih wangi dari baunya, dia melangkah mendekati ayahku, membuka sarung penutup wajahnya dan menyapukan tangannya ke wajah ayahku, sehingga memutihlah wajah ayahku yang tadinya hitam, lalu berbalik dan hendak pergi.
   
Baca juga:


langsung saja kupegang kain bajunya dan berkata: Wahai Hamba Allah, siapakah kamu yang Allah anugerahkan karenamu kebaikan padaku dan ayahku di tanah asing ini?"
Dia menjawab

"Tidak kenalkah kamu denganku??, Aku MUHAMMAD BIN ABDULLOH. pembawa al Quran, Ayahmu ini dulu berlebih-lebihan dalam hidupnya...tetapi ia sering membaca sholawat untukku.
ketika ia mengalami apa yang ia alami, ia minta tolong padaku, dan akulah sang penolong bagi orang yang sering membawa sholawat untukku."

Lalu aku terbangun, dan ajaibnya wajah ayahku sudah kembali putih.

اللهم صل على محمد ..

DASI Dagelan Santri Indonesia

Kisah Hikmah Untuk Memahami Syukur Nikmat Dari Allah

December 03, 2017

Kisah Hikmah Untuk Memahami Syukur Nikmat Dari Allah
Kisah Hikmah Untuk Memahami Syukur Nikmat Dari Allah
Benangmerahdasi - Kiasah Hikmah untuk memahami syukur nikmat dari Allah

Sebagai seorang wali, Sunan Bonang selalu menggembara untuk menyebarkan agama. Sering kali ia berjalan sendirian, menempuh hutan belantara, mendaki gunung yang tinggi, menuruni jurang yang curam dan mendatangi dusun-dusun terkecil di kaki bukit berhutan lebat.

Pada suatu hari ia melakukan perjalanan bersama seorang santrinya. Mereka membawa bekal nasi bungkus yang di beli di warung pada sebuah desa di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Setelah selesai Shalat  Dzuhur, di tepi sebuah telaga yang bening, kedua orang guru dan murid itu beristirahat pada suatu tempat yang lapang dalam naungan daun-daun sebatang pohon beringin yang rimbun.

Mereka membuka nasi bungkus masing-masing, lalu memakannya dengan lahap karena perut sudah keroncongan. Tentu saja diawali membaca basmallah dan do'a syukur kepada Allah.

Rupanya karena nikmatnya, santri Sunan Bonang sampai tidak sadar di pinggir mulutnya ada beberapa butir nasi yang menempel. Ketika selesai makan butir-butir tersebut masih di situ. Sunan Bonang sebagai guru lantas menegur, ''Hai, santri. jorok kamu.''

''Mengapa guru.?'' tanya santri heran.

''Orang Islam tidak boleh jorok. kebersihan adalah sebagaian dari iman.''

''Apa saya jorok..?''

''Itu, di tepi bibirmu banyak butir nasi tertinggal,'' jawab Sunan Bonang sambil menuding dengan telunjuknya.

Maka, dengan kemalu-maluan ia segera mengusap bibirnya dan membuang nasi itu ke tanah. Tiba-tiba Sunan Bonang menghardik:

''Hai santri. bodoh kamu! Mengapa kau buang begitu saja nasi sisa-sisa nasi itu?''

Santri tersebut semakin tidak paham. Ia pun berdalih, ''Bukankah Guru mengatakan jorok kepada saya karena ada butiran-butiran nasi di mulut saya..? Maka saya buanglah nasi itu.
Apa harus saya makan?''
Baca juga: Mengenali Zaman dan menasehati saudara dengan siasat
''Tidak, bukan kau makan.Memang ada hadits Nabi yang mengatakan beliau menganjurkan agar makan yang tersisa di ujung-ujung jari pun harus dihabiskan, kalau perlu menjilatnya. Tapi maksudnya bukan harfiah begitu. Beliau bermaksud agar kita tidak boleh menyia-nyiakan makanan meskipun cuma sedikit.''

''Berarti tindakkan saya membuang sisa nasi di mulut saya tadi tidak salah?''

''Tidak."

''Jadi mengapa Guru mengatakan saya bodoh dan marah kepada saya?"

''Karena kamu memang bodoh.''

''Maksud Guru?''

''Kau boleh membuang sisa nasi itu, tetapi harus dengan niat. Yaitu, karena nasi tersebut tidak mungkin kau manfaatkan lagi, maka buanglah dengan niat agar bisa dimakan oleh mahluk-mahluk Allah yang lain, seperti semut, dan sebangsanya. Sebab kalau kamu tidak dengan niat begitu, berarti kamu membuat mubazir rezeki Allah, Karunia Allah. Dan orang-orang yang suka berbuat mubazir adalah saudaranya syetan. Termasuk jika kamu membuang makanan basi ketempat sampah, berniatlah agar di makan anjing atau babi. mereka juga mahkluk Allah yang perlu disayangi. Meskipun mereka hukumnya najis "Mughaladzah'', tidak berarti boleh di sakiti atau di aniaya. Mereka juga harus di perhatikan nasibnya.''


Mengenali Zaman dan Menasehati Sudara Dengan Siasat

November 13, 2017

BenangmerahDasi - Nasehat Perlu Siasat

Memberi nasehat sangatlah mudah akan tetapi tidak semua orang mau menerima nasehat, karena nasehat bagi manusia yang masih menjadi manusia yang masih menjadi budaknya nafsu sangatlah pahit lebih-lebih bagi orang alim (tokoh masyarakat) yang hanya sekedar mencari kedudukan dunia dengan ilmunya.

Para salaf -salaf kita tidak mau memberi nasehat kecuali kepada orang yang mereka tahu bahwa orang yang akan dinasehatinya menerima, jika mereka pandang bahwa orang tersebut tidak akan menerima nasehatinya atau marah ketika dinasehati maka mereka tunda sampai mendapatkan jalan/ cara yang pas untuk menasehati.

As-Syech Hamid Al-laffaf berkata"janganlah engkau menasehati seseorang kecuali engkau mengetahui bahwa ia akan menerima nasehatmu, karena  banyak kemungkinan nasehat tersebut mengakibatkan mala petaka bagimu yang engkau tidak mampu menghadapinya, karena zaman sekarang setiap orang mengganggap sudah mempunyai kedudukan masing-masing.''

Al-arif bil-Ilah Abdul-Wahhab As-sya'roni berkata'' perkataan As-Syech hamid memang benar sekali, dulu pernah terjadi kepada diriku, aku pernah memberi nasehat kepada salah satu tokoh/ panuntun di zamannya hendak dia jangan makan di rumahnya pemerintah, nasehat tersebut akau utarakan hanya antara aku dan dia saja tidak ada orang lain, gara-gara nasehatku tersebut dia tidak mau menyapa aku selama 17 tahun, bagaimana keadaanku kalau seandainya aku menasehatinya di depan halayak ramai..?

Bisa jadi dia akan berusaha untuk membinasakan aku !
Karena itu kenali zaman kamu dan nasehati saudara-saudaramu dengan siasat.

Wallahu a'lam.
Sumber: Tanbiihul-Mughtarrin. Hal: 140


 
Copyright © benangmerahdasi.com. Designed by OddThemes & VineThemes