KAJIAN KITAB

AZWAJA

ASBABUN NUZUL

Latest Updates

Showing posts with label AQIDAH. Show all posts
Showing posts with label AQIDAH. Show all posts

Tentang Amalan Surat Yaa Siin Pada Malam Jum'at

March 25, 2018





Tentang Amalan Surat Yaa Siin Paa Malam Jum'at
Tentang Amalan Surat Yaa Siin Paa Malam Jum'at 

Benangmerahdasi  - Tentang Amalan Surat Yaa Siin pada malam Jum'at


BENANG MERAH
Santri
NO:00361

[Tentang Amalan Surat Yaa Siin pada malam jum'at]

Hallo Benang merah
WA : 0813 8445 1265
WA : 0899 8605 999
Sail : Jaka Narendra

Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya membaca surat Yaa Siin di malam jum'at?

Mujawib : Sholeh ID

Jawaban :

Ada dua hal yang telah dilakukah dalam amaliyah tersebut, yaitu mengkhususkan membaca Quran pada malam Jumat dan mengkhususkan Surat Yasin.

Santri Indonesia
A. Dalil yang pertama tentang menentukan waktu:

1. Hadits riwayat Bukhori no 1193. Dan Hadits riwayat Muslim hadits no 3462

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْتِى مَسْجِدَ قُبَاءٍ كُلَّ سَبْتٍ مَاشِيًا وَرَاكِبًا . وَكَانَ عَبْدُ اللهِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا يَفْعَلُهُ

"Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah Saw mendatangi masjid Quba' setiap hari Sabtu, baik berjalan atau menaiki tunggangan. Dan Abdullah bin Umar melakukannya."

2. Fathul Bari juz 4 halaman 197

al-Hafidz Ibnu Hajar yang diberi gelar Amirul Mu'minin fil Hadis, beristidlal dari hadis di atas:

وَفِي هَذَا اَلْحَدِيْثِ عَلَى اِخْتِلاَف طُرُقِهِ دَلاَلَةٌ عَلَى جَوَازِ تَخْصِيْصِ بَعْضِ اْلأَيَّامِ بِبَعْضِ اْلأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ وَالْمُدَاوَمَةِ عَلَى ذَلِكَ

"Dalam hadis ini, dengan bermacam jalur riwayatnya, menunjukkan diperbolehkannya menentukan sebagian hari tertentu dengan sebagian amal-amal saleh, dan melakukannya secara terus-menerus."
Baca Juga: Tentang memperingati Maulid Nabi (Kitab haul al-ihtifal bi Dzikri al-Maulid an-Nabi asy-Syarif)
B. Dalil kedua tentang mengkhususkan surat tertentu:

1. Hadits Riwayat Imam Bukhori no. 774

عَنْ أَنَسٍ - رضى الله عنه - كَانَ رَجُلٌ (كلثوم بن الهدم) مِنَ الأَنْصَارِ يَؤُمُّهُمْ فِى مَسْجِدِ قُبَاءٍ ، وَكَانَ كُلَّمَا افْتَتَحَ سُورَةً يَقْرَأُ بِهَا لَهُمْ فِى الصَّلاَةِ مِمَّا يَقْرَأُ بِهِ افْتَتَحَ بِپ ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) حَتَّى يَفْرُغَ مِنْهَا ، ثُمَّ يَقْرَأُ سُورَةً أُخْرَى مَعَهَا ، وَكَانَ يَصْنَعُ ذَلِكَ فِى كُلِّ رَكْعَةٍ ، فَكَلَّمَهُ أَصْحَابُهُ فَقَالُوا إِنَّكَ تَفْتَتِحُ بِهَذِهِ السُّورَةِ ، ثُمَّ لاَ تَرَى أَنَّهَا تُجْزِئُكَ حَتَّى تَقْرَأَ بِأُخْرَى ، فَإِمَّا أَنْ تَقْرَأَ بِهَا وَإِمَّا أَنْ تَدَعَهَا وَتَقْرَأَ بِأُخْرَى . فَقَالَ مَا أَنَا بِتَارِكِهَا ، إِنْ أَحْبَبْتُمْ أَنْ أَؤُمَّكُمْ بِذَلِكَ فَعَلْتُ ، وَإِنْ كَرِهْتُمْ تَرَكْتُكُمْ . وَكَانُوا يَرَوْنَ أَنَّهُ مِنْ أَفْضَلِهِمْ ، وَكَرِهُوا أَنْ يَؤُمَّهُمْ غَيْرُهُ ، فَلَمَّا أَتَاهُمُ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - أَخْبَرُوهُ الْخَبَرَ فَقَالَ « يَا فُلاَنُ مَا يَمْنَعُكَ أَنْ تَفْعَلَ مَا يَأْمُرُكَ بِهِ أَصْحَابُكَ وَمَا يَحْمِلُكَ عَلَى لُزُومِ هَذِهِ السُّورَةِ فِى كُلِّ رَكْعَةٍ » . فَقَالَ إِنِّى أُحِبُّهَا . فَقَالَ « حُبُّكَ إِيَّاهَا أَدْخَلَكَ الْجَنَّةَ »

“Ada seorang sahabat bernama Kaltsul bin Hadm yang setiap salat membaca surat al-Ikhlas. Rasulullah Saw bertanya: "Apa yang membuatmu terus-menerus membaca surat al-Ikhlas ini setiap rakaat?". Kaltsul bin Hadm menjawab: "Saya senang dengan al-Ikhlas". Rasulullah bersabda: "Kesenanganmu pada surat itu memasukkanmu ke dalam surga."

2. Fathul Bari juz 3 halaman 105

وَفِيهِ دَلِيلٌ عَلَى جَوَازِ تَخْصِيصِ بَعْضِ الْقُرْآنِ بِمَيْلِ النَّفْسِ إِلَيْهِ وَالِاسْتِكْثَارِ مِنْهُ وَلَا يُعَدُّ ذَلِكَ هِجْرَانًا لِغَيْرِهِ

"Hadis ini adalah dalil diperbolehkannya menentukan membaca sebagian al-Quran berdasarkan kemauannya dan memperbanyak bacaan tersebut. Dan hal ini bukanlah pembiaran pada surat yang lain."

Berdasarkan hadis-hadis sahih dan ulama ahli hadis, maka hukumnya DIPERBOLEHKAN.


DASI Dagelan Santri Indonesia
SANTRI DASI
SANTRI

Tentang Memperingati Maulid Nabi (Kitab Haul al-Ihtifal bi Dzikri al-Maulid an-Nabi asy-Syarif)

March 08, 2018



Tentang Memperingati Maulid Nabi (Kitab Haul al-Ihtifal bi Dzikri al-Maulid an-Nabi asy-Syarif)
Tentang Memperingati Maulid Nabi (Kitab Haul al-Ihtifal bi Dzikri al-Maulid an-Nabi asy-Syarif)

Benangmerahdasi  -Tentang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

BENANG MERAH
NO: 00358
[ Tentang Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw ]
Hallo Benang merah
WA : 0813 8445 1265
WA : 0899 8605 999

Sail : Mamy

Pertanyaan :

Mengapa kita memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Saw, bukan hari wafatnya beliau?

Mujawib : Suprianto, Muhammad El Kaff

Jawaban:

Kita memperingati maulid nabi dan bukan wafatnya beliau, karena beberapa hal sebagai berikut :

1. Kelahiran Rasul adalah nikmat terbesar bagi kita, sedangkan wafatnya adalah musibah terbesar bagi kita.

2. Memperingati hari kematian (haul) bertujuan untuk mendoakan, mengenang dan mengharapkan adanya calon- calon pengganti seperti beliau. Sedangkan Nabi Muhammad Saw adalah khotamul anbiya'. Sehingga tidak ada lagi nabi setelah beliau

Referensi :

Kitab Haul al-Ihtifal bi Dzikri al-Maulid an-Nabi asy-Syarif :

ﻭﻧﻘﻮﻝ : ﺇﻥ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﻌﻼﻣﺔ ﺟﻼﻝ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻟﺴﻴﻮﻃﻰ ﻗﺪ ﻛﻔﺎﻧﺎ ﺍﻟﺮﺩ ﻋﻠﻰ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻤﻐﺎﻟﻄﺔ ﻓﻘﺎﻝ ﻓﻰ ﻛﺘﺎﺑﻪ ﺍﻟﺤﺎﻭﻯ.

Saya berkata, Sesungguhnya al-imam al-'allamah Jalaluddin as-Suyuthi sudah mencukupi kita dalam menolak kesalahan besar tersebut. Beliau berkata dalam kitabnya Al-hawi:

إن ولادته صلى لله عليه وسلم أعظم النعم علينا، ووفاته أعظم المصائب لنا، والشريعة حثت على إظھار شكر النعم، والصبر والسلوان والكتم عند المصائب، وقد أمر الشرع بالعقيقة عند الولادة، وھي إظھار شكر وفرح بالمولود، ولم يأمر عند الموت بذبح ولا غيره، بل نھى عن النياحة وإظھار الجزع، فدلت قواعد الشريعة على أنه يحسن في ھذا الشھر إظھار الفرح بولادته صلى لله عليه .وسلم دون إظھار الحزن فيه بوفاته
Baca Juga: Wajah santun dakwah Nabi Muhammad SAW
"Lahirnya Baginda Shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan paling agungnya nikmat bagi kita, sedangkan wafatnya merupakan musibah yang paling besar bagi kita. Syari'at mendorong untuk menampakkan syukur atas berbagai nikmat, dan sabar tabah menghadapi berbagai musibah, syari'at juga memerintahkan melaksanakan Aqiqah pada waktu kelahiran, dan itu merupakan bentuk menampakan syukur dan kegembiraan dengan lahirnya seorang anak, syari'at tidak memerintahkan menyembelih hewan atau jenis lainnya saat kematian, bahkan melarang prilaku niyahah (meratap).

Dalam hal ini, kaidah-kaidah syariat tlah menunjukkan bahwa yang hasan (baik) dilaksanakan pada kelahiran Nabi adalah menampakkan kegembiraan / kesenangan dengan kelahiran beliau Saw, bukan menampakkan kesedihan sebab wafatnya beliau Saw. "

DASI Dagelan Santri Indonesia

Sejarah dan Pendapat Ulama' Tentang Jama'ah Tabligh (JT)

January 22, 2018
Sejarah dan Pendapat Ulama' Tentang Jama'ah Tabligh (JT)
 Sejarah dan Pendapat Ulama' Tentang Jama'ah Tabligh (JT)
Benangmerahdasi  -Aqidah Ahlaq (Tentang Jama'ah Tabligh)

Bab : Aqidah Ahlaq
No  : 00338
Hallo Benang merah
WA : 0813 8445 1265.
WA : 0899 8605 999.

JAMA'AH TABLIGH [ JT ] SESATKAH ?

Pertanyaan tersebut wajar karena Jamaah Tabligh merupakan gerakan da’wah yang lahir dan berkembang di luar Indonesia, tepatnya di India. Sehingga tidak banyak santri dan kyai Indonesia yang memahami gerakan da’wah JT saat gerakan ini mulai masuk ke Indonesia. Apalagi ada pendapat beberapa ulama Arab Saudi yang menganggap JT sebagai gerakan sesat, bid’ah dan bahkan syirik.

Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, misalnya, berfatwa demikian:

“Adapun jama’ah (firqah) tabligh yang terkenal dari India itu, di dalamnya terdapat khurafat-khurafat, bid’ah-bid’ah dan kesyirikan-kesyirikan. Maka tidak boleh khuruj (keluar) bersama mereka. Kecuali kalau ada ulama yang ikut bersama mereka untuk mengajari mereka dan menyadarkan mereka, maka ini tidak mengapa. Tapi kalau untuk mendukung mereka, maka tidak boleh, karena mereka memiliki khurafat dan bid’ah. Dan orang alim yang keluar bersama mereka hendaknya menyadarkan dan mengembalikan mereka kepada jalan yang benar.” [2]

Shaleh Fauzan al Fauzan[3]

Memiliki pendapat yang hampir serupa dengan mengatakan bahwa “Jamaah Tabligh adalah kelompok bid’ah shufiyyah, maka tidak boleh berjalan dan bermajelis dengan mereka.”[4]

Muhammad Nashiruddin Al Albani [5]

Saat ditanya soal Jamaah Tabligh menjawab, “Yang saya yakini bahwa da’wah tabligh adalah: sufi gaya baru. Da’wah ini tidak berdasarkan kitabullah dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Khuruj yang mereka lakukan dan yang mereka batasi dengan tiga hari dan empat puluh hari, serta mereka berusaha menguatkannya dengan berbagai nas, sebenarnya tidak memiliki hubungan dengan nash secara mutlak.” [6]

Pendapat seputar Jamaah Tabligh
Para pengikut dan simpatisan JT tentu tidak perlu khawatir dengan opini para ulama di atas dan banyak fatwa ulama lain yang serupa. Karena, pendapat yang menganggap gerakan JT sesat didominasi oleh ulama Arab Saudi yang dikenal ekstrim dan kurang toleran dalam menilai kelompok lain.

Sebagaimana diketahui ulama yang memiliki jabatan profesi di kerajaan maupun universitas Arab Saudi umumnya adalah mereka yang berfaham Wahabi atau Salafi. Sebuah faham yang didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahab. Kelompok yang mengklaim paling murni menjalankan ajaran Islam ini dikenal sering menghakimi kelompok lain dalam Islam sebagai bid’dah dan syirik.

Untungnya, Muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakat yang awal berdirinya terinspirasi Wahabi tidak bertaklid pada opini ulama Wahabi dalam menilai JT. Dalam salah satu fatwanya, Majlis Tarjih Muhammadiyah menyatakan:
“Kelompok Jama‘ah Tabligh … itu belum dapat dikategorikan golongan yang sesat, kecuali jika ada hal-hal lain yang mereka lakukan yang berlawanan dengan rukun Islam dan rukun Iman, yang tidak terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.” [7]

Yusuf Qardhawi termasuk di antara ulama kontemporer yang tidak menganggap JT sebagai gerakan sesat. Lebih dari itu, ia menganggap Maulana Muhammad Ilyas, pendiri JT, sebagai seorang da’i dan mujaddid (pembaharu) besar. Dan bahwasanya Maulana Ilyas termasuk di antara juru dakwah hebat yang pernah dikenal dunia Islam.[8]

Wahbah Az Zuhayli, pakar fiqh asal Suriah, sangat mengapresiasi gerakan ini. Penulis kitab Mawsu’ah al Fiqh al Islamy wal Qadhaya al Muashirah (14 jilid) ini bahkan sangat memuji JT. Dalam salah satu fatwanya ia mengatakan bahwa “anggota Jamaah Tabligh adalah orang-orang yang sangat baik, salih, dan zuhud dan banyak berkorban untuk menyebarkan akidah Islam. ”[9]

Az Zuhayli bahkan menganggap sangat tidak pantas mempertanyakan status sesat atau tidak sesatnya JT. Bagi Az Zuhayli, orang yang mempertanyakan niat baik JT adalah orang yang dengki.[10]
Berikut pertanyaan seputar JT dan jawaban lengkap dari Az Zuhayli [11]:

مارأيكم في جماعة الدعوة والتبليغ؟
جماعة الدعوة والتبليغ هم الآن أمة التبليغ القائمة بفرض الكفاية‏،‏ وإن كان منهجهم على الطريقة الهندية وهي عرض الإسلام من جانب سلمي‏،‏ وربما يكون هذا مناسباً في مبدأ الأمر ليدخل الناس في دين الله ثم تكتمل ثقافتهم ومعرفتهم ببقية أحكام الإسلام. فهم إذن يستنون بسنة وسيرة النبي صلى الله عليه وسلم في التفرقة بين المرحلة الملكية والمرحلة المدنية

وعلى أية حال‏:‏ إن هجوم بعض الناس عليهم لا مسوغ له‏،‏ فهذا منهج أفضل من منهج المهاجمين الذين يتشددون في عرض الإسلام.
وهؤلاء الدعاة في غاية الصلاح والتقوى والزهد والتضحية من أجل نشر العقيدة‏،‏ فلماذا نسأل عنهم؟‏!‏ إلا لعرقلة مسيرة الدعوة والتبليغ‏،‏ وحسداً من الآخرين الذين يكفرون كما يكفرون أغلب المسلمين غيرهم.

Dalam dua paragraf terakhir (yang saya beri teks tebal), Az Zuhayli sedikit menyindir kelompok yang menyerang JT yakni kalangan ulama Wahabi dengan mengatakan bahwa JT jauh lebih baik dari pengeritiknya yang suka mengkafirkan orang lain selain kelompok mereka sendiri.

Kritik terhadap Jamaah Tabligh
Jadi jelas, bahwa JT bukanlah gerakan sesat. Di mata para ulama terkemuka dunia, mereka justru sebuah gerakan yang membawa berkah bagi umat Islam. Namun demikian, bukan berarti tidak ada kritik yang dialamatkan pada gerakan ini. Beberapa kritik untuk sebagian (besar) anggota JT antara lain:

-Kurang ilmu. Kritik ini muncul dari Habib Mundzir Al Musawa seorang ulama Jakarta. Ia mengatakan bahwa JT hendaknya memprioritaskan mencari ilmu terlebih dahulu sebelum berdakwah atau berdakwah tanpa lupa mencari ilmu. Agar tidak terjadi fanatisme aliran dan tidak ngawur. Terutama saat mereka ditanya perihal agama pada saat menjalankan dakwahnya. Ia mengakui bahwa tidak semua anggota JT orang bodoh di bidang agama.

-Komitmen pada hadits shahih perlu mendapat penekanan.

-Metode khuruj dengan hitung-hitungan tertentu juga masih perlu didiskusikan.

-Jika seseorang mau khuruj empat bulan dengan meninggalkan keluarganya maka yang harus diperhatikan adalah apakah sudah menyediakan nafkah untuk keluarganya selama mereka ditinggalkan. Khuruj begitu saja tanpa memperhatikan nafkah merupakan tindakan yang kurang bijak. Bertawakkal kepada Allah bukan berarti mengesampingkan usaha yang benar.

Hantam kromo.

Dari semangatnya berdakwah sampai lupa etika berkomunikasi. Saat bersilaturrahmi pada ulama disamakan dengan cara ketika berbicara dengan orang yang buta huruf. Semua dalil yang dihafalnya keluar begitu saja tanpa rem. Padahal untuk mengambil hati orang pintar di bidang agama, cara terbaik adalah dengan bertanya, meminta saran dan petunjuk. Bukan menasihati. Bayangkan apabila anak TK memberi kuliah ilmu hitung pada seorang dosen matematika.

Baca Juga: Tentang Hukum mempercayai ramalan 
Fanatisme golongan.

Tidak sedikit anggota JT yang secara eksplisit mengatakan bahwa orang yang di luar JT adalah “orang-orang yang belum mendapat hidayah.” Kata-kata ini jelas tidak benar, bodoh dan tidak taktis. Dan itu semakin memperkuat stereotipe yang menganggap bahwa JT kumpulan orang-orang yang “tidak pintar.”

India minded.

Personil JT Indonesia terlalu dipengaruhi gaya berpakaian ala India. Itu bisa dilihat dari kesukaan memakai kurta (baju putih semi jubah), pakai sandal jepit dan kurang rapi.

Kesimpulan
Jamaah Tabligh adalah gerakan dakwah yang didirikan oleh seorang ulama India bernama Maulana Muhammad Ilyas pada 1920. Gerakan ini bertujuan untuk “mengislamkan orang Islam” yang kurang komitmen terhadap ajaran agamanya.

JT bukanlah gerakan sesat. Ia juga bukan kelompok ekstrim yang mudah mengkafirkan orang lain. Walaupun fanatisme golongan terkadang muncul. Dengan sistem perekrutan yang terbuka dan seperti MLM (multi level marketing) di mana setiap anggota “diwajibkan” untuk mendapat anggota baru, maka gerakan ini tumbuh dengan pesat di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Yang suka dan merasa cocok dengan metode dakwah JT dipersilahkan bergabung menjadi bagian da’i global. Yang tidak suka atau kurang cocok, tidak perlu ikut. Juga tidak perlu mencaci. Apalagi mengafirkan mereka.

Terlepas dari segala kekurangan para personil JT, mereka jelas telah berbuat sesuatu untuk Islam. Yang belum tentu dilakukan oleh para pengeritiknya. JT adalah bagian dari keindahan Islam yang yang membolehkan munculnya berbagai macam kelompok tapi tetap berpayung dalam satu akidah Islam.

Pada saat yang sama, JT juga hendaknya bermawas diri dan membuka kuping lebar-lebar terhadap kritik. Karena kritik tidak muncul dari ruang hampa.

Refrensi:

[1] Saya memang membuka konsultasi agama melalui SMS dan internet (email, website, facebook, twitter) kepada siapa saja yang memiliki persoalan yang belum terjawab.

[2] Dari kaset Al Qaulul Balig Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (1909 – 1999) adalah Mufti Agung Arab Saudi.

[3] Salah seorang mufti resmi Kerajaan Arab Saudi anggota Lajnah Daimah lil buhuts wal ifta’ Arab Saudi.

[4] Shaleh Fauzan Al Fauzan, Al Ijabatu al-Muhimmah fil Masyakil al-Malammah, hal. 145.
[5] Muhammad Nashiruddin Al Albani adalah seorang ahli hadits universitas Islam Madinah.
[6] Dari kaset Al Qaulul Baligh fir Radd ‘ala Firqatit Tabligh.
[7] tarjihmuhammadiyah.blogspot.com 10 Oktober 2011
[8] Yusuf Qardhawi, Asy-Syaikh Abul Hasan An Nadwi Kama Aroftuhu (اشيخ أبو الحسن الندوي كما عرفته)
[9]  وهؤلاء الدعاة في غاية الصلاح والتقوى والزهد والتضحيه من أجل نشر العقيدة

[10]  لماذا نسأل عنهم؟‏!‏ إلا لعرقلة مسيرة الدعوة والتبليغ‏،‏ وحسداً من الآخرين
[11] ibid

LBM PP.Al khorot Malang.

DASI Dagelan Santri Indonesia

Aqidah dan Ahlaq (Hukum Mempercayai Ramalan)

December 22, 2017
Aqidah dan Ahlaq (Hukum Mempercayai Ramalan)
Aqidah dan Ahlaq (Hukum Mempercayai Ramalan)

Benangmerahdasi
- Aqidah dan Ahlaq (
tentang mempercayai ramalan)


NO: P00339
AQIDAH DAN AHLAQ
Hallo Benang merah 
WA : 0813 8445 1265.
WA : 0899 8605 999.

PERTANYAAN

APA DAN BAGAIMA MADSUD HADIST DI BAWAH INI :

مَنْ أتى عَرَّافًا فَسَأَلهُ عَنْ شَئٍ لم تقْبَل لَهُ صَلاةُ أربعينَ ليلةً
Artinya: 
Barnagsiapa yang datang ke tukang ramal lalu mempercayai apa yang dikatakan maka shalatnya tidak diterima selama 40 hari.
Teks hadits riwayat Abu Daud sbb:

مَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ

Teks hadits versi Ahmad dan perawi hadits lain (Ashabus Sunan) dari Abu Hurairah sbb:

من أتى كاهنا أو عرافا فصدقه بما يقول فقد كفر بما أنزل على محمد صلى الله عليه و سلم

Artinya: 
Barangsiapa yang mendatangi seorang dukun atau peramal, lalu dia percaya pada apa yang dikatakan maka dia telah mengingkari (kufur) syariah Allah yang diturunkan pada Nabi Muhammad s.a.w.

JAWABAN
As-Syaukani dalam Nailul Autar I/268 disebutkan: kata "arraf" atau dukun peramal adalah seseorang yang membahas tentang barang yang dicuri atau yang hilang dimana keberadaan barang itu dan siapa pencurinya dan apa sifatnya. 

Termasuk dalam kategori "arraf" adalah ahli nujum. Adapun orang yang pergi pada peramal untuk bertanya tentang sesuatu supaya dukun itu memberitahu tempat barang yang dicuri atau hilang, maka tidak diterima pahala shalatnya selama 40 hari dan malam selain dosa yang ditimpakan padanya. Baik shalat fardhu atau sunnah.

Adapun makna "lam tuqbal (tidak diterima)" artinya dia tidak mendapat pahala. Bukan tidak sah shalatnya.
Termasuk dalam kategori "arraf" adalah orang yang memakai media cangkir dan kopi atau media lain seperti kartu, dll untuk melakukan ramalan.
Baca Juga: Penjelasan hukum Fiqih tentang menari/tarian/berjoget
PENDAPAT SEBAGIAN ULAMA SALAF

Sebagian ulama memerinci hukum dari soal ini sebagai berikut:

إن سأله معتقدا صدقه ، وأنه يعلم الغيب فإنه يكفر . 
ـ فإنْ اعتقد أنَّ الجن تُلْقِي إليه ما سمعته من الملائكة أو أنه بإلهام فصدقه من هذه الجهة لا يكفر

Artinya: Apabila seseorang bertanya pada dukun ramal serta yakin atas kebenarannya bahwa dukun itu mengetahui masal gaib, maka hukumnya kafir. Apabila orang yang datang ke dukun itu meyakini bahwa adalah jin yang membisikkan pada dukun itu mendengar dari malaikat atau melalui ilham lalu percaya dari arah ini maka tidak kafir.

BA ALWI DALAM BUGHIYAH MUSTARSYIDIN

Dalam kitab Ghayatu Talkhishi Al-Murad min Fatawi ibn Ziyad, Hamisy Bughyatul Mustarsyidin, hal. 206 ; dijelaskan bahwa selagi tetap meyakini bahwa penentu untung dan sial itu Allah, maka tidak apa-apa

مسألة: إذا سأل رجل آخر: هل ليلة كذا أو يوم كذا يصلح للعقد أو النقلة؟ فلا يحتاج إلى جواب، لأن الشارع نهى عن اعتقاد ذلك وزجر عنه زجراً بليغاً، فلا عبرة بمن يفعله، وذكر ابن الفركاح عن الشافعي أنه إن كان المنجم يقول ويعتقد أنه لا يؤثر إلا الله، ولكن أجرى الله العادة بأنه يقع كذا عند كذا، والمؤثر هو الله عز وجل، فهذا عندي لا بأس به، وحيث جاء الذم يحمل على من يعتقد تأثير النجوم وغيرها من المخلوقات

Artinya: 
Jika seorang bertanya kepada orang lain, apakah malam tertentu atau hari tertentu cocok untuk akad nikah atau pindah rumah? Maka tidak perlu dijawab, karena syariat melarang meyakini hal yang demikian itu bahkan sangat menentang orang yang melakukannya. 

Ibnul Farkah menyebutkan sebuah riwayat dari Imam Syafii bahwa jika ahli astrologi berkata dan meyakini bahwa yang mempengaruhi adalah Allah, dan Allah yang menjalankan kebiasaan bahwa terjadi demikian di hari demikian sedangkan yang mempengaruhi adalah Allah. 
Baca juga: Penjelasan Fiqih tentang pembagian hak waris dan perinciannya
Maka hal ini menurut saya tidak apa-apa, karena yang dicela apabila meyakini bahwa yang berpengaruh adalah nujum dan makhluk-makhluk (bukan Allah).

AS-SYAUKANI

As-Syaukani dalam kitab Nailul Authar I/368 menyatakan bahwa yang dimaksud "faqod kafara" (ia menjadi kafir) adalah kufur majazi bukan kufur haqiqi menurut sebagian pendapat. Lebih detail, As-Syaukani menyatakan:

قوله: فقد كفر ظاهره أنه الكفر الحقيقي، وقيل هو الكفر المجازي، وقيل من اعتقد أن الكاهن والعراف يعرفان الغيب ويطلعان على الاسرار الإلهية كان كافرا كفرا حقيقيا، كمن اعتقد تأثير الكواكب وإلا فلا.

Artinya: 
Kata hadits "maka ia menjadi kafir" secara pemahaman dzahir (eksplisit) ia kufur haqiqi. Menurut satu pendapat adalah kufur majazi. Menurut pendapat lain: barangsiapa yang meyakini bahwa dukun ramal itu mengetahui urusan gaib dan melihat rahasia ilahiah (ketuhanan) maka ia menjadi kafir haqiqi sebagaimana orang yang meyakini pengaruh perbintangan. Apabila tidak seperti itu, maka tidak dianggap kafir.


By: DASI Dagelan Santri Indonesia 

Qoul Ulama' Tentang Ungkapan "Ketika Kemaluan Laki-laki Berdiri, Maka Hilanglah Dua Pertiga Akalnya)

October 23, 2017

BenangmerahDasi -Qoul Ulama

Hallo Benangmerah
WA: 081384451265

Pertanyaan
Mohon uraian tentang sebuah ungkapan "ketika kemaluan laki-laki berdiri, maka hilanglah dua pertiga akalnya?

Jawaban
Imam Muhammad bin Muhammad al Ghazalo, Abu Hamid (Populer Imam al Ghozali) di dalam kitab karyanya yang sepektakuler (Ihya'Ulum al Din) menyatakan dari sahabat 'Ikrimah dan Mujahid dalam mengomentari firman Allah ''Dan manusia diciptakan bersifat lemah" QS al Nisa':28), keduanya menyatakan bahwa sesungguhnya manusia tidak mampu bersabar dari wanita. Fayadl bin Najih berkata "Ketika kemaluan laki-laki berdiri, maka hilanglah dua pertiga akalnya'', Sebagian ulama' berkata "Maka hilang sepertiga agamanya''.

Dijelaskan di dalam kitab ''Nawadir al Tafsir'' dari Ibnu Abbas radliyallahu'anhu, beliau berkata ''Dan diantara jahatnya malam yang gelap gulita yang membentang adalah berdirinya kemaluan''. Ini merupakan sebuah kondisi yang mampu menguasai. Ketika ia bergemuruh, bangkit dan berkobar, maka akal dan agama tidak mampu melawan dan menentangnya. Kondisi ini tertopang oleh sebuah situasi yang layak membangkitkan dua kehidupan sebagaimana uraian terdahulu, dan ini merupakan alat terkuat syetan untuk mengeksploitasi anak Adam.
Baca juga: Penjelasan tentang siksa kubur di liburkan pada hari dan malam jum'at
Inilah yang diisyaratkan oleh Nabi dengan sabdanya ''Sesungguhnya aku tidak pernah melihat sesuatu yang mampu mengurangi akal dan agama yang mampu mengalahkan orang yang berakal dari pada kalian (kaum wanita).''

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Haditsnya Ibnu Umar dan keduanya sepakat bahwa hadits ini dari Abi Sa'id.

Al Ghazali mengungkapkan bahwa hal tersebut adalah karena bergejolaknya syahwat. Dan untuk mengantisipasi kondisi yang semacam itu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memohon perlindungan kepada Allah dalam do'anya "Ya Rabb, aku berlindung kepadamu dari buruknya pendengaran, pengelihatan, hati dan keburukan'' Rasullullah juga berdo'a ''Ya Rabb, aku memohon kepadamu agar senantiasa mensucikan hati dan menjaga kemaluanku''.

Setali tiga uang, hal senanda juga di ulas dan diuraikan oleh Imam Abu Thalib al Maki di dalam kitabnya  (Quut al Qulub). Beliau juga menuturkan bahwa ''Ketika laki-laki meningkah, maka ia telah menjaga separuh keimanannya, dan bertakwalah kepada Allah dalam separuh yang lain.'' Wallahu a'lam bis shawab.

Dasa pengambilan:

وعن عكرمة ومجاهد أنهما قالا في معنى قوله تعالى وخلق الإنسان ضعيفا أنه لا يصبر عن النساء وقال فياض بن نجيح إذا قام ذكر الرجل ذهب ثلثا عقله وبعضهم يقول ذهب ثلث دينه وفي نوادر التفسير عن ابن عباس رضي الله عنهما ومن شر غاسق إذا وقب قال قيام الذكر وهذه يلية غالبة إذا هاجت لا يقاومها عقل ولا دين وهي مع أنها صالحة لأن تكون باعثة على الحياتين كما سبق فهي أقوى آلة الشيطان على بني آدم وإليه أشار صلى الله عليه و سلم بقوله ما رأيت من ناقصات عقل ودين أغلب لذوي الألباب منكن // حديث ما رأيت من ناقصات عقل ودين أغلب لذوي الألباب منكن أخرجه مسلم من حديث ابن عمر واتفقا عليه من حديث أبي سعيد ولم يسق مسلم لفظه // وإنما ذلك لهيجان الشهوة وقال صلى الله عليه و سلم في دعائه اللهم إني أعوذ بك من شر سمعي وبصري وقلبي وشر مني // حديث اللهم إني أعوذ بك من شر سمعي وبصري وشر مني تقدم في الدعوات // وقال أسألك أن تطهر قلبي وتحفظ فرجي . إحياء علوم الدين - (ج 2 / ص 28(

Dasar pengambilan: 

وروينا عن فياض بن نجيح إذا قام ذكر الرجل ذهب ثلثا عقله، وبعضهم يقول: ذهب ثلث دينه، وروينا في نوادر التفسير عن ابن عباس ومن شرّ غاسق إذا وقب قال: قيام الذكر وقد أسنده بعض الرواة، إلاّ أنه قال فيه: الذكر إذا دخل ولم يذكر قام، وفي الخبر: إذا تزوج الرجل فقد أحرز نصف دينه، فليتّقِ اللّه في الشطر الآخر، وفي دعاء البراء بن عازب: أعوذ بك من شرّ سمعي وبصري وقلبي ومني. قوت القلوب (2/ 211، بترقيم الشاملة آليا(

Referensi:

1. Ihya' Ulum al Din. ll/28
2. Quut al Qulub.

Penjelasan Siksa kubur di Liburkan Pada Malam dan Hari Jum'at

September 11, 2017

Benangmerahdasi.com -Kajian Aqidah

Benarkah siksa kubur diliburkan pada malam dan hari jum'at

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Menurut keyakinan Ahlus Sunnah Wal Jama'ah pada malam dan hari jum'at siksa kubur diliburkan untuk sementara waktu sebagai dispensi memulyakan hari jum'at.
Imam Nafrowy yang diambil dari al-Yaafi'i dari kalangan Madzhab Maliki menyatakan:


ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﻴﺎﻓﻌﻲ : ﺑﻠﻐﻨﺎ ﺃﻥ ﺍﻟﻤﻮﺗﻰ ﻻ ﻳﻌﺬﺑﻮﻥ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ ﺗﺸﺮﻳﻔًﺎ ﻟﻬﺎ ﻗﺎﻝ : ﻭﻳﺤﺘﻤﻞ ﺍﺧﺘﺼﺎﺹ ﺫﻟﻚ ﺑﻌﺼﺎﺓ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺩﻭﻥ ﺍﻟﻜﻔﺎﺭ، ﻭﻋﻤﻤﻪ ﻓﻲ ﺑﺤﺮ ﺍﻟﻜﻼﻡ ﻓﻲ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮ ﺃﻳﻀًﺎ ﻗﺎﻝ : ﺇﻥ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮ ﻳﺮﻓﻊ ﻋﻨﻪ ﺍﻟﻌﺬﺍﺏ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ ﻭﻟﻴﻠﺘﻬﺎ ﻭﺟﻤﻴﻊ ﺷﻬﺮ ﺭﻣﻀﺎﻥ

Berkata al-Yaafi'i: Telah sampai pada kami bahwa orang-orang yang meninggal dunia tidak di siksa dimalam jum'ah untuk memuliakan hari jum'at.

Pernyataan ini mengandung arti terangkatnya siksaan hanya tertentu bagi orang-orang muslim yang maksiat semasa hidupnya, dan tidak berlaku bagi orang kafir. Namun dalam kitab al-Bahrul 'Ulum juga berlaku bagi orang kafir ''Sesungguhnya orang kafir diangkat siksa kuburnya di hari jum'ah dan malamnya serta disemua bulan Romadhon.
(al- Fawaakih ad-Dawaany 1/304).

Diantara hari-hari dalam seminggu siang dan malam jum'ah adalah hari yang memiliki keutamaan dan kemuliaan tersendiri. Salah satu dari keutamaan itu adalah bahwa apabila seorang Mu'min meninggal pada waktu ini maka disebabkan oleh keberkahan dan kemuliaan waktu tersebut ia akan mendapatkan dispensi (keringanan) dari sebagian kesulitan dan peristiwa alam kubur dan barzakh.

Baca juga: Penjelasan tentang taubatnya pendosa sebelum sakatarul maut
Diriwayatkan dari Rosulullah SAW yang menyatakan bahwa hari Jum'at merupakan penghulu hari-hari dan Allah Swt akan melipatgandakan kebaikan dan menghapus dosa-dosa dan maksiat. Derajat orang-orang beriman akan diangkat, do'a-do'a akan di kabulkan, hajat-hajat akan dipenuhi dan seterusnya.

Dalam hal ini terdapat beberapa riwayat yang disebutkan dalam beberapa luteratur agama yang akan kami sebutkan beberapa di antaranya sebagai contoh sebagai berikut:
Rosulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang meninggal pada malam atau hari jum'at maka adzhab kubur akan diangkat darinya". Demikian juga dari Imam Shodiq As diriwayatkan, ''Barang siapa yang meninggal dunia diantara Dhuhur hari kamis hingga hari jum'at maka ia akan terjaga dari azab kubur.''

Dengan kandungan yang sama juga terdapat sebuah riwayat, Seperti bahwa barang siapa yang meninggal pada hari jum'at maka adzab kubur akan dihilangkan darinya dan juga terbebas dari azab neraka. kiranya penting untuk diingat bahwa riwayat-riwayat ini adalah untuk mengingatkan orang-orang untuk memuliakan hari-hari ini dan memanfaatkan semaksimal mungkin keberkahan dan kemuliaan hari-hari ini

Disamping itu, sekiranya disebutkan dalam hadits bahwa apabila seseorang manusia beriman meninggal pada hari-hari ini adalah supaya ia menaruh perhatian terhadap kemuliaan dan keutamaan hari-hari penuh berkah sepanjang hidupnya untuk kemudian menjaga kehormatan hari-hari ini.

Karena itulah, Allah SWT mengangkat sebagian adzab pada malam pertama kubur dan alam barzakh demi untuk memuliakan hari-hari tersebut..

Referensi dan ibaroh

Al-Kafi juz 3, hal.414


“ ﻋَﻠِﻲُّ ﺑْﻦُ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻋَﻦْ ﺳَﻬْﻞِ ﺑْﻦِ ﺯِﻳَﺎﺩٍ ﻋَﻦِ ﺍﺑْﻦِ ﺃَﺑِﻲ ﻧَﺼْﺮٍ ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﺍﻟْﺤَﺴَﻦِ ﺍﻟﺮِّﺿَﺎ ﻉ ﻗَﺎﻝَ ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺹ ﺇِﻥَّ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ ﺳَﻴِّﺪُ ﺍﻟْﺄَﻳَّﺎﻡِ ﻳُﻀَﺎﻋِﻒُ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟْﺤَﺴَﻨَﺎﺕِ ﻭَ ﻳَﻤْﺤُﻮ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺴَّﻴِّﺌَﺎﺕِ ﻭَ ﻳَﺮْﻓَﻊُ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺪَّﺭَﺟَﺎﺕِ ﻭَ ﻳَﺴْﺘَﺠِﻴﺐُ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺪَّﻋَﻮَﺍﺕِ ﻭَ ﻳَﻜْﺸِﻒُ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟْﻜُﺮُﺑَﺎﺕِ ﻭَ ﻳَﻘْﻀِﻲ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟْﺤَﻮَﺍﺋِﺞَ ﺍﻟْﻌِﻈَﺎﻡَ ﻭَ ﻫُﻮَ ﻳَﻮْﻡُ ﺍﻟْﻤَﺰِﻳﺪِ ﻟِﻠَّﻪِ ﻓِﻴﻪِ ﻋُﺘَﻘَﺎﺀُ ﻭَ ﻃُﻠَﻘَﺎﺀُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﻣَﺎ ﺩَﻋَﺎ ﺑِﻪِ ﺃَﺣَﺪٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻭَ ﻗَﺪْ ﻋَﺮَﻑَ ﺣَﻘَّﻪُ ﻭَ ﺣُﺮْﻣَﺘَﻪُ ﺇِﻟَّﺎ ﻛَﺎﻥَ ﺣَﻘّﺎً ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻋَﺰَّ ﻭَ ﺟَﻞَّ ﺃَﻥْ ﻳَﺠْﻌَﻠَﻪُ ﻣِﻦْ ﻋُﺘَﻘَﺎﺋِﻪِ ﻭَ ﻃُﻠَﻘَﺎﺋِﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﻓَﺈِﻥْ ﻣَﺎﺕَ ﻓِﻲ ﻳَﻮْﻣِﻪِ ﻭَ ﻟَﻴْﻠَﺘِﻪِ ﻣَﺎﺕَ ﺷَﻬِﻴﺪﺍً ﻭَ ﺑُﻌِﺚَ ﺁﻣِﻨﺎً ﻭَ ﻣَﺎ ﺍﺳْﺘَﺨَﻒَّ ﺃَﺣَﺪٌ ﺑِﺤُﺮْﻣَﺘِﻪِ ﻭَ ﺿَﻴَّﻊَ ﺣَﻘَّﻪُ ﺇِﻟَّﺎ ﻛَﺎﻥَ ﺣَﻘّﺎً ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻋَﺰَّ ﻭَ ﺟَﻞَّ ﺃَﻥْ ﻳُﺼْﻠِﻴَﻪُ ﻧَﺎﺭَ ﺟَﻬَﻨَّﻢَ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻥْ ﻳَﺘُﻮﺏَ ”.
“ ﻭَ ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺹ ﻣَﻦْ ﻣَﺎﺕَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ ﺃَﻭْ ﻟَﻴْﻠَﺔَ ﺍﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ ﺭَﻓَﻊَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﻋَﺬَﺍﺏَ ﺍﻟْﻘَﺒْﺮِ ”.
“ ﻭَ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﺼَّﺎﺩِﻕُ ﻉ ﻣَﻦْ ﻣَﺎﺕَ ﻣَﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﺯَﻭَﺍﻝِ ﺍﻟﺸَّﻤْﺲِ ﻣِﻦْ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺨَﻤِﻴﺲِ ﺇِﻟَﻰ ﺯَﻭَﺍﻝِ ﺍﻟﺸَّﻤْﺲِ ﻣِﻦْ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ ﺃَﻣِﻦَ ﻣِﻦْ ﺿَﻐْﻄَﺔِ ﺍﻟْﻘَﺒْﺮِ ”.
“ ﻭَ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﺑُﻮ ﺟَﻌْﻔَﺮٍ ﻉ ﻟَﻴْﻠَﺔُ ﺍﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ ﻟَﻴْﻠَﺔٌ ﻏَﺮَّﺍﺀُ ﻭَ ﻳَﻮْﻣُﻬَﺎ ﻳَﻮْﻡٌ ﺃَﺯْﻫَﺮُ ﻭَ ﻟَﻴْﺲَ ﻋَﻠَﻰ ﻭَﺟْﻪِ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻳَﻮْﻡٌ ﺗَﻐْﺮُﺏُ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺸَّﻤْﺲُ ﺃَﻛْﺜَﺮَ ﻣُﻌْﺘَﻘﺎً ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﻣِﻦْ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ ﻭَ ﻣَﻦْ ﻣَﺎﺕَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ ﻛَﺘَﺐَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟَﻪُ ﺑَﺮَﺍﺀَﺓً ﻣِﻦْ ﻋَﺬَﺍﺏِ ﺍﻟْﻘَﺒْﺮِ ﻭَ ﻣَﻦْ ﻣَﺎﺕَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ ﺃُﻋْﺘِﻖَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭ ”ِ.

Wallahu Ta'alaa A'lam..

Penjelasan Tentang Taubatnya Pendosa Sebelum Sakaratul Maut

July 26, 2017

Benangmerahdasi.com -Aqidah Nahdliyah (Tentang taubatnya pendosa sebelum sakaratul maut)

Aqidah Nahdliyah
No; 00260
Hallo Benangmerah
wa: 081384451265

Pertanyaan:
Pada saat sakartulmaut, seorang pelacur membaca kalimat syahadat, apakah ia bisa masuk surga?

Jawaban:
Imam Muslim bin al Hujjaj, Abu al Hasan al Qusyairi al Nasuaburi di dalam kitabnya (Shahih Muslim) menyebutkan sebuah hadits yang menyatakan: Telah bercerita kepadakau Zuhair bin Harb, dan Ahmad bn Khirasy, keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami (Zuhair bin Harb) dan (Ahmad bin Khirasy) keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami (Abd ash -Shamad bin Abd al Warits) telah menceritakan kepada (bapakku) dia berkata, telah menceritakan kepada kami (Husain al -Mmu'allim) dari (Ibnu Buraidah) bahwa (Yahya bin Ya'mar) telah menceritakan kepadanya, bahwa (Abu al-Aswad ad-Dailami) telah meceritakan kepada, bahwa (Abu Dzar) telah menceritakan kepadanya, dia berkata, ''Aku mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam yang saat itu sedang tidur, dan beliau saat itu memakai jubah putih. Kemudian saat aku mendatanginya (lagi), beliau masih tidur, kemudian ketika aku mendatanginya lagi beliau telah bangun, Aku lantas duduk dengan menghadap ke arahnya, beliay lantas bersabda:''Tidaklah seorang hamba mengatakan, 'Tidak ada tuhan(yang berhak di sembah) selain Allah" kemudian ia meninggal dengan berpegang teguh pada hal tersebut, melainkan ia pasti masuk surga."Aku bertanya ,''Walaupun ia berzina dan mencuri."Beliau menjawab: ''Walaupun ia berzina dan mencuri,''Aku bertanya, ''Walaupun ia berzina dan mencuri. 'Tiga kali.
Kemudian pada kalimat keempatnya beliau berkata: ''Meskipun Abu Dzar kurang setuju."

Dalam mengomentari hadits tersebut di atas, Imam Abu Zakariya Muhyiddin Yahya bin Syafar al Nawawi di dalam kitabnya (Syarh Nawawi 'Ala Muslim) menyatakan bahwa hukum Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam (tersebut) adalah atas orang yang meninggal dalam keadaan menyekutukan Allah (musyrik) dengan masuk neraka, Sedang orang yang meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan Allah denga masuk surga. Semua orang muslim telah sepakat bahwa orang musyrik, masuk kedalam neraka dan kekal didalamnya, tidak ada perbedaan orang yahudi dan nashrani, juga antara penyembah brahala dan jenis kekufuran yang lain (dan seterusnya). Sedang masuknya orang yang meninggal tidak dalam menyekutukan Allah kedalam surga adalah suatu hal yang telah di pastikan, namun jika ia tidak memiliki dosa besar, dan jika ia memiliku dosa besar, maka ia berada di bawah kehendak nya (Allah).

Jika ia dima'afkan, maka ia akan masuk surga, jika tidak maka ia akan di siksa kemudian dikeluarkan dari neraka dan dikekalkan di dalam surga(wallahu a'alam).

Adapun Sabda Nabi ''walaupun ia berzina dan mencuri'' adalah hujah bagi ahlus sunah bahwa sesungguhnya orang-orang yang memiliki dosa besar tidak dipastikan masuk neraka, sesungguhnya jika mereka masuk neraka, mereka akan di keluarkan dan diahiri denga kekal di dalam surga.

Dalam kitab yang sama, Imam Nawawi menegaskan bawha orang yang memiliki (dosa) kema'siatan yang besar, dan ia meninggal sebelum bertobat, maka ia berada didalam kehendak Allah. Jika Allah menghendaki, ia akan di ampuni dan dimasukkan ke dalam surga dan menjadikannya sebagaimana pembagian yang pertama. Dan jika Allah menghendaki, ia akan di siksa dengan kadar yang di kehendakinya, lali di masukkan ke surga.

Maka tidak ada seorangpun yang meninggal dalam keadaan meng-esa-kan Allah kekal di neraka walaupun ia melakukan kema'siatan, sebagaimana orang yang meninggal dalam keadaan kufur tidak akan masuk surga  walaupun ia telah melakukan kebajikan. Ini merupakan sebuah ringkasan yang telah di sepakati oleh madzab yang benar yang berkaitan dengan masalah ini.

Dari pemaparan tersebut di atas, dapat diketahui bahwa pelaku kema'siatan yang pada sa'at sekarat maut  mengucapkan dua kalimah syahadat, pada akhirnya ia akan masuk kedalam surga dan kekal di dalamnya, Wallahu a'lam bis shawab.

Dasar pengambilan (1) Oleh al -Ustadz Ibnu Malik:

حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، وَأَحْمَدُ بْنُ خِرَاشٍ، قَالَا: حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ عَبْدِ الْوَارِثِ، حَدَّثَنَا أَبِي، قَالَ: حَدَّثَنِي حُسَيْنٌ الْمُعَلِّمُ، عَنِ ابْنِ بُرَيْدَةَ، أَنَّ يَحْيَى بْنَ يَعْمَرَ حَدَّثَهُ أَنَّ أَبَا الْأَسْوَدِ الدِّيلِيَّ حَدَّثَهُ أَنَّ أَبَا ذَرٍّ حَدَّثَهُ، قَالَ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ نَائِمٌ عَلَيْهِ ثَوْبٌ أَبْيَضُ، ثُمَّ أَتَيْتُهُ فَإِذَا هُوَ نَائِمٌ، ثُمَّ أَتَيْتُهُ وَقَدِ اسْتَيْقَظَ فَجَلَسْتُ إِلَيْهِ، فَقَالَ: " مَا مِنْ عَبْدٍ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، ثُمَّ مَاتَ عَلَى ذَلِكَ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ " قُلْتُ: وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ؟ قَالَ: «وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ» قُلْتُ: وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ؟ قَالَ: «وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ» ثَلَاثًا، ثُمَّ قَالَ فِي الرَّابِعَةِ: «عَلَى رَغْمِ أَنْفِ أَبِي ذَرٍّ» قَالَ: فَخَرَجَ أَبُو ذَرٍّ وَهُوَ يَقُولُ: وَإِنْ رَغِمَ أَنْفُ أَبِي ذَرٍّ . صحيح مسلم (1/ 95)
Dasar pengambilan (2) oleh al -Ustadz Tamam Reyadi:

وَأَمَّا حُكْمُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى مَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِدُخُولِ النَّارِ وَمَنْ مَاتَ غَيْرَ مُشْرِكٍ بِدُخُولِهِ الْجَنَّةَ فقد فَقَدْ أَجْمَعَ عَلَيْهِ الْمُسْلِمُونَ فَأَمَّا دُخُولُ الْمُشْرِكِ النَّارَ فَهُوَ عَلَى عُمُومِهِ فَيَدْخُلُهَا وَيَخْلُدُ فِيهَا وَلَا فَرْقَ فِيهِ بَيْنَ الْكِتَابِيِّ الْيَهُودِيِّ وَالنَّصْرَانِيِّ وَبَيْنَ عَبَدَةِ الْأَوْثَانِ وَسَائِرِ الْكَفَرَةِ .........الى ان قال وَأَمَّا دُخُولُ مَنْ مَاتَ غَيْرَ مُشْرِكٍ الْجَنَّةَ فَهُوَ مَقْطُوعٌ لَهُ بِهِ لَكِنْ إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبَ كَبِيرَةٍ مَاتَ مُصِرًّا عَلَيْهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ أَوَّلًا وَإِنْ كَانَ صَاحِبَ كَبِيرَةٍ مَاتَ مُصِرًّا عَلَيْهَا فَهُوَ تَحْتَ الْمَشِيئَةِ فَإِنْ عُفِيَ عَنْهُ دَخَلَ أَوَّلًا وَإِلَّا عُذِّبَ ثُمَّ أُخْرِجَ مِنَ النَّارِ وَخُلِّدَ فِي الْجَنَّةِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ وَأَمَّا قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ فَهُوَ حُجَّةٌ لِمَذْهَبِ أَهْلِ السَّنَةِ أَنَّ أَصْحَابَ الْكَبَائِرِ لَا يُقْطَعُ لَهُمْ بِالنَّارِ وَأَنَّهُمْ إِنْ دَخَلُوهَا أُخْرِجُوا مِنْهَا وَخُتِمَ لَهُمْ بِالْخُلُودِ فِي الْجَنَّةِ وَقَدْ تَقَدَّمَ هَذَا كُلُّهُ مَبْسُوطًا والله أعلم . شرح النووي على مسلم (2/ (97(

Dasar pengambilan (3) Oleh al-Ustadz Tamam Reyadi:

وَأَمَّا مَنْ كَانَتْ لَهُ مَعْصِيَةٌ كَبِيرَةٌ وَمَاتَ مِنْ غَيْرِ تَوْبَةٍ فَهُوَ فِي مَشِيئَةِ اللَّهِ تَعَالَى فَإِنْ شَاءَ عَفَا عَنْهُ وَأَدْخَلَهُ الْجَنَّةَ أَوَّلًا وَجَعَلَهُ كَالْقِسْمِ الْأَوَّلِ وَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ الْقَدْرَ الَّذِي يُرِيدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى ثُمَّ يُدْخِلُهُ الْجَنَّةَ فَلَا يَخْلُدُ فِي النَّارِ أَحَدٌ مَاتَ عَلَى التَّوْحِيدِ وَلَوْ عَمِلَ مِنَ الْمَعَاصِي مَا عَمِلَ كَمَا أَنَّهُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ أَحَدٌ مَاتَ عَلَى الْكُفْرِ وَلَوْ عَمِلَ مِنْ أَعْمَالِ الْبِرِّ مَا عَمِلَ هَذَا مُخْتَصَرٌ جَامِعٌ لِمَذْهَبِ أَهْلِ الْحَقِّ فِي هَذِهِ الْمَسْأَلَةِ .
شرح النووي على مسلم (1/ 217)

Daftar Pustaka:
1. Shahih Muslim. lll/372
2.Syarh Nawawi'Ala Muslim. ll/97
3. Syarh Nawawi 'Ala Muslim. 1/217

Sumber:
MTTM (majelis taklim tanah merah Madura)



Penjelasan Tentang: Hukum Membawa Pulang makanan yang Disuguhkan

July 23, 2017


Benangmerahdasi.com
-
Aqidah akhlak (tentang membawa makanan yang di suguhkan)

Aqidah akhlak
No: 00258
Halo benang merah
WA: 081384451265


Bagaimana hukum membawa pulang makan yang di suguhkan?

Imam Abu Zakariya Muhyiddin Yahya bin Syaraf al -Nawawi didalam kitabnya (Raudlah al Thalibin Wa U'mdah al Muftin) menjelaskan seputar permasalahan yang berkaitan dengan jamuan. Beliau menyebut permasalahan yang ke2 adalah: Apakah tamu dapat memiliki sesuatu yang (disuguhkan) untuk dimakan?.
Dalam hal ini ada dua pendapat. Imam al Qaffal menyatakan "Tidak (dapat memiliki), bahkan hal itu tercampur  denga izin pemilik, dan pemilik boleh menarik kembali jika tidak dimakan''.

Mayoritas Ulama' menyatakan "Iya (dapat dimiliki)''. Dan sebatas apa kepemilikannya..?

Dalam hal ini terdapat beberapa setatement, sebagian pendapat menyatakan ''dengan meletakkan  dihadapannya'', sebagian yang lain menyatakan ''dengan mengambil'', sebagian yang lain menyatakan ''dengan meletakkan didalam mulut'', sebagian yang lain menyatakan ''dengan menelan setelah jelas kepemilikan dengan diletakkan di hadapannya''.

Imam al Mutawali melemahkan pendapat selain yang selain terakhir. Dan mengacu pada pendapat-pendapat tersebut, maka dimungkinkan untuk melakukan penarikan kembali.

Al -Nawawi juga mengutip pernyataan penulis kitab ''al Bayan'' yang menyatakan ''ketika diungkapkan bahwa ia (tamu) dapat memilikinya (suguhan) dengan mengambil atau dengan meletakkan di dalam mulut, maka apakah ia memiliki keleluasaan untuk memperbolehkan kepada orang lain dan mengelola dengan selain hal-hal tersebut? Dalam hal ini ada 2 pendapat:

 Pendapat yang benar (shahih) dan mayoritas Ulama'menyatakan tidak boleh, sebagaimana ketidak bolehaan meminjamkan sesuatu yang di pinjam. Namun Syaikh Abu Hamid, Imam al Qadli, dan Imam Abu al Thayyib menyatakan boleh melakukan yang ia kehendaki, baik menjual, memberikan dan lain sebagainya, karena telah menjadi miliknya.

Permasalahan yang ketiga adalah: Tidak diperbolehkan bagi tamu mengelola suguhan selain dimakan. Maka tidak diperbolehkan membawa kecuali dengan kerelaan pemilik. Dan mengenai hal itu,  Ulama' berselisih opini dengan kadar dan jenis  suguhan yaang dibawa juga kondisi tuan rumah dan undangan. Jika ragu bahwa ia akan dima'afkan, maka pendapat yang benar (shahih) menyatakan haram. Tamu juga tidak boleh memberi pengemis juga kucing, namu diperbolehkan saling menyuapi satu dengan yang lain..

Imam Ibnu Qasim al-Ghazali di dalam kitabnya (Hasyiyah al Banjuri) juga menuturkan bahwa tidak boleh mengelola sesuatu yang disuguhkan dengan selain makanannya, karena memakannya adalah suatu hal yang telah diizini secara kovesi, maka tidak boleh memberi peminta , tidak  juga kucing kecuali dengan izin pemiliknya atau diyakini kerelaanya.

Imam Muhammad al Khatib al Syarbini di dalam kitabnya (Mughni al Muhtaj) juga  menambahkan  bahwa diperbolehkan bagi tamu mengambil sesuatu yang diyakini adanya kerelaan tuan rumah. Yang dimaksud dengan kalimat "diyakini"adalah suatu hal yang meliputi praduga, karena jamuan berporos atas kebaikan hati, dan ketika hal itu telah terindikasi atas sebuah pertanda, maka tuntutanya telah di teteapkan.

Dari pemaparan tersebut di atas, dapat di ketahuai bahwa hukum membawa pulang makanan/ suguhan yang di suguhkan adalah tidak boleh kecuali denga izin atau adanya indikasi kerelaan tuan rumah atau memang pada umumnya seguhan tersebut untuk dibawa pulang, maka hukumnya adalah boleh.

Wallahu a'lam bis showab.

Dasar pengambilan (1) oleh -Ustadz Imam Al -Bukhori:

الثانية: هل يملك الضيف ما يأكله؟ وجهان. قال القفال: لا بل هو إتلاف بإذن المالك، وللمالك أن يرجع ما لم يأكل.
وقال الجمهور: نعم. وبم يملك؟ فيه أوجه. قيل: بالوضع بين يديه، وقيل: بالأخذ، وقيل: بوضعه في الفم، وقيل: بالازدراد يتبين حصول الملك قبيله. وضعف المتولي ما سوى الوجه الأخير. وعلى الأوجه ينبني التمكن من الرجوع.

قلت: قال صاحب «البيان» : إذا قلنا: يملكه بالأخذ أو بالوضع في الفم، فهل للآخذ إباحته لغيره والتصرف فيه بغير ذلك؟ وجهان.


الصحيح [وقول الجمهور] لا يجوز كما لا يعير المستعار. وقال الشيخ أبو حامد والقاضي أبو الطيب: يجوز أن يفعل ما يشاء من البيع والهبة وغيرهما؛ لأنه ملكه. قال ابن الصباغ: هذا لا يجيء على أصلهما. والله أعلم.
الثالثة: ليس للضيف التصرف في الطعام بما سوى الأكل، فلا يجوز أن يحمل معه منه شيئا، إلا إذا أخذ ما يعلم رضى المالك به، ويختلف ذلك بقدر المأخوذ وجنسه، وبحال المضيف والدعوة.
فإن شك في وقوعه في محل المسامحة، فالصحيح التحريم، وليس للضيف إطعام السائل والهرة، ويجوز أن يلقم الأضياف بعضهم بعضا، إلا إذا فاوت بينهم في الطعام، فليس لمن خص بنوع أن يطعموا منه غيرهم، ويكره للمضيف أن يفعل ذلك. روضة الطالبين وعمدة المفتين (7/ 338)

Dasar pengambilan (2) oleh al-Ustadz Imam Al-Bukhori:

ولا يتصرف فيما قدم له بغير أكل, لأنه مأذون فيه عرفا, فلا يطعم منه سائلا ولا هرة إلا بإذن صاحبه أو علم رضاه . حاشية الباجورى على فتح القريب- 2 - 128

Dasar pengambilan (3) oleh al-Ustadz Imam Al- Bukhori:

) وله ) أي الضيف ( أخذ ما يعلم رضاه ) أي المضيف ( به ) والمراد بالعلم ما يشمل الظن لأن مدار الضيافة على طيب النفس فإذا تحقق ولو بالقرينة رتب عليه مقتضاه . ويختلف ذلك باختلاف الأحوال وبمقدار المأخوذ وبحال المضيف وبالدعوة فإن شك في وقوعه في محل المسامحة فالصحيح في أصل الروضة التحريم قال في الإحياء وإذا علم رضاه ينبغي له مراعاة النصفة مع الرفقة فلا ينبغي أن يأخذ إلا ما يخصه أو يرضون به عن طوع لا عن حياء . مغني المحتاج - (ج 3 / ص 249)

Dasar pengambilan (4) oleh al-Ustadz Imam Al-Bukhori:

فائدة : يملك الضيف ما ازدرده أي ملكاً مراعى ، بمعنى أنه إذا أكله أكل ملكه ، ولا يتم ملكه إلا بازدراده ، فلو حلف لا يأكل طعام زيد فضيفه زيد وأكل لم يحنث ، لأنه إنما أكل ملكه لا ملك زيد ، نعم ما يقع من تفرقة نحو لحم على الأضياف يملكه ملكاً تاماً بوضع يده عليه ، وكذا الضيافة المشروطة على أهل الذمة يملكها بوضعها بين يديه ، فله الارتحال بها والتصرف فيها بما شاء ، قاله (م ر) اهـ بج على الإقناع. . بغية المسترشدين - (ج 1 / ص 449)

Dasar pengambilan (5) oleh al-Ustadz Ibnu Syarief:

هل يتصرف الضيف بالطعام؟ ولا يتصرف الضيف في الطعام بما سوى الأكل المأذون فيه عرفاً، فلا يطعم السائل والهرة ولا يبيعه ولا يهبه ولا يحمل شيئاً معه. وقيل إن قلنا بملكه بالتناول جاز، حكاه في البيان. ويستثنى تلقيم الأضياف بعضهم بعضاً، إلا إذا فاوت بينهم في الإطعام، فليس لمن خص بنوع أن يطعموا منه غيرهم، ويكره للضيف أن يفعل ذلك . فص الخواتم فيما قيل في الولائم


Daftar Pustaka:

1. Raudlah al Thalibin Wa 'Umudah al Muftin. Vll/338
2. Hasyiyah al Bajuri. ll/128
3.Mughni al Muhtaj. lll/249
4. Bughyah al Mustarsyidin. l/449
5. Fasshu al Khawati.m.ll/118

Hukumnya Melihat Aurat Secara tidak Sengaja

July 14, 2017

BenangmerahDasi.com
-Aqidah dan Fiqih (tentang maksiat yang tidak disengaja)

Aqidah dan Fiqih
No: 00256
Hallo Benang merah
WA:081384451265


Diskripsi
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Saat saya sedang naik kendaraan di jalan raya , tanpa sengaja saya di salip oleh pasangan muda-mudi yang berboncengan naik sepeda motor. Nah, si wanita yang di bonceng (maaf) terlihat jelas belahan pantatnya dan saya melihatnya.
Pertanyaan:
Apakah ketidak sengajaan saya termasuk dosa dan zina mata..?? mohon penjelasanya

Jawaban:
 Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh

الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ

Apakah ketidak sengajaan melihat aurat dikatakan zina mata yang berdosa..?
Imam Abu Dawud Sulaiman bin Azy'ats al Sajistani di dalam kitabnya (Sunan Abi Dawud menyebutkan sebuah sebuah hadits yang menyatakan telah bercerita kepada kami Isma'il bin Musa al-Fazari, Telah bercerita kepada kami Syarik dari Abi Rabi'ah al Ayadi dari Abi Buraidah dari bapaknya, Beliau berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda terhadap Sayyidina Ali ''Wahai Ali, jangan engkau ikuti pandangan (pertama) dengan pandangan (berikutnya), sesungguhnya yang pertama adalah bagimu, namun tidak yang berikutnya''.  Dalam mengomentari hadits tersebut diatas, Imam Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al Mubarakfuri di dalam kitabnya (Tuhfah al Ahwadzi) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sabda Nabi "Jangan engkau ukuti pandangan dengan pandangan'' adalah jangan menjadikan padangan berikutnya setelah pandangan pertama. Sabda Nabi ''Sesungguhnya yang pertama adalah bagimu''ketika tidak ada unsur kesengajaan. Sabda Nabi'' Namun tidak yang berikutnya'' karena (pandangan) yang berikutnya adalah dengan pilihanmu, maka hal itu tidak baik atas dirimu.

Imam al Mala Ali al Qari' di dalam kitabnya (Mirqatu al Mafatih) menambahkan dengan mengutip pernyataan Imam al Thibi yang mengatakan bahwa hadits tersebut mengindikasikan sesungguhnya (pandangan) yang pertama adalah menguntungkan, sedang yang kedua merugikan. Karena orang yang memandang ketika ia menahan ia akan mengendalikan pandangannya, dan tidak mengikuti dengan yang kedua, maka ia berpahala. Imam Abu Zakariya Muhyiddin Yahya bin Syaraf al Nawawi di dalam kitabnya (Syarh al Nawawi'Ala Shahih Muslim) juga menambahkan bahwa artinya pandangan secara tiba-tiba adalah jatuhnya pandangan kepada wanita lain tanpa ada unsur kesengajaan, maka tidak ada dosa atas dirinya, namun ia harus segera memalingkannya seketika itu juga, dan jika ia melangsungkan pandangannya, maka ia berdosa. Hal ini berdasarkan hadits yang menyatakan bahwa "Sesungguhnya Rasullullah Shallallahu 'alaihi wa salam memerintahkan kepadaku(Jarir bin Abdillah) agar memalingkan pandanganku", juga firman Allah, ''Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha mengerahui apa yang mereka perbuat'' (QS. al Nuur;30).

Secara eksplist maupun implisit, pemaparan tersebut di atas menujukan bahwa hukum melihat aurat secara tidak sengaja adalah tidak berdosa dan bukan merupakan zina mata dengan syarat segera memalingkan pandangan dan tidak mengulang. Jika seseorang berlama-lama karena berasumsi ia berada dalam pandangan pertama sehingga ia melangsungkan, maka ia berdosa. Wallahu a'lam bis shawab.
Dasar pengambilan (1)


حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ مُوسَى الْفَزَارِىُّ أَخْبَرَنَا شَرِيكٌ عَنْ أَبِى رَبِيعَةَ الإِيَادِىِّ عَنِ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لِعَلِىٍّ « يَا عَلِىُّ لاَ تُتْبِعِ النَّظْرَةَ النَّظْرَةَ فَإِنَّ لَكَ الأُولَى وَلَيْسَتْ لَكَ الآخِرَةُ ». سنن أبى داود - (ج 2 / ص 212)

Dasar pengambilan (2)


قوله ( لا تتبع النظرة النظرة ) من الاتباع أي لا تعقبها إياها ولا تجعل أخرى بعد الأولى ( فإن لك الأولى ) أي النظرة الأولى إذا كانت من غير قصد ( وليست لك الاخرة ) أي النظرة الاخرة لأنها باختيارك فتكون عليك . تحفة الأحوذي - (ج 8 / ص 50)

Dasar pengambilan  (3)

قال الطيبي رحمه الله دل على أن الأولى نافعة كما أن الثانية ضارة لأن الناظر إذا أمسك عنان نظره ولم يتبع الثانية أجر . مرقاة المفاتيح شرح مشكاة المصابيح - (ج 10 / ص 58)

Dasar pengambilan (4)

ومعنى نظر الفجأة أن يقع بصره على الأجنبية من غير قصد فلاإثم عليه فى أول ذلك ويجب عليه أن يصرف بصره فى الحال فان صرف فى الحال فلا إثم عليه وان استدام النظر أثم لهذا الحديث فانه صلى الله عليه و سلم أمره بأن يصرف بصره مع قوله تعالى قل للمؤمنين يغضوا من أبصارهم . شرح النووي على مسلم - (ج 14 / ص 139)

Daftar Pustaka;
1. Sunan Abi Dawud. II/212
2. Thufah Ahwadzi. VIII/50
3. Mirqatu al Mafatih. X/58
4. Syarh al Nawawi 'Ala Shahih Muslim. XIV/ 139

Penjelasa Fiqih Tentang Makanan atau Minuman Bekas Ulama'

June 29, 2017

BenangmerahDasi - NO:00254 AQIDAH AKHLAQ [ tentang makanan atau minuman bekas Ulama]

PERTANYAAN
1. apakah memang ad anjuran dlam islam bahwa meminum bekas basuhan kiayi itu bisa dapat barokah?
2. kalau memng ada contoh dari nabi kita tolong share hadistnya.

JAWABAN:

الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ

Apakah mengkais berkat dari sisa minuman seorang Ulama’ memang diajarkan di dalam Islam?
Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf al-Nawawi di dalam kitabnya (Syarh al-Nawawi ‘Ala Muslim) menyebutkan sebuah Hadits yang menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melaksanakan shalat diwaktu pagi, maka datanglah pelayan Madinah dengan membawa wadah yang berisi air.

Maka tidaklah didatangkan air melainkan Rasulullah membenamkan tangannya di air tersebut. Dan setiap kali mereka datang di pagi yang dingin, Rasulullah membenamkan tangannya. Dalam sebuah riwayat, saya melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, sedang tukang cukur mencukur rambutnya dan sahabat-sahabat beliau melaksanakan tawaf bersama beliau, maka mereka tidak menghendaki untuk meletakkan sehelai rambut (Nabi) kecuali di tangan seseorang.
Dalam riwayat yang lain, sesungguhnya seorang perempuan yang terdapat sesuatu di dalam akalnya, maka ia berkata “Wahai utusan Allah, sesungguhnya saya ada perlu dengan engkau”. Maka Rasulullah menjawab “Lihatlah aku, hingga aku penuhi kebutuhanmu”.

Maka Rasulullah bersamanya dalam beberapa waktu hingga terpenuhi kebutuhannya. Hadits-hadits tersebut menunjukkan kemunculan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama manusia dan upaya pendekatan mereka kepada beliau agar para ahli hak sampai pada hak-hak mereka dan membimbing mereka dengan menyaksikan perbuatan dan gerakan-gerakan Rasulullah untuk kemudian diikuti. Dan demikian seyogyanya para abdi masyarakat (bersikap), karena di dalam Hadits-hadits tersebut mencerminkan kesabaran Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam atas kesulitan dalam dirinya demi kemaslahatan kaum Muslimin dan memenuhi kebutuhannya atau bertabarruk dengan membenamkan tangannya di dalam air sebagaimana yang telah dikemukakan.

Hadits tersebut juga mengindikasikan tentang mengharap berkat pada sisa orang-orang shalih dan penjelasan mengenai pengkaisan berkat yang dilakukan para sahabat dari sisa-sisa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta pengharapan berkat dari pembenaman tangan Rasulullah yang mulia di dalam wadah juga dari rambut beliau.

Imam Abu al-Husain; Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi di dalam kitabnya (Shahih Muslim) menyebutkan sebuah Hadits yang menyatakan telah bercerita kepada kami Amr bin Muhammad bin Bakir al-Naqid, telah bercerita kepada kami Sufyan bin ‘Uyainah dari Muhammad bin al-Mungkadiri, beliau mendengar sahabat Jabir bin Abdullah berkata “Pada saat saya sedang sakit, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi saya bersama sahabat Abu Bakar dengan berjalan kaki. Maka beliau (Nabi) memejamkan mata saya lalu beliau berwudlu’ kemudian menuangkan pada saya air wudlu’nya, maka saya sembuh”.

Dalam mengomentari Hadits tersebut, Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf al-Nawawi di dalam kitabnya (Syarh al-Nawawi ‘Ala Muslim) menjelaskan bahwa Hadits tersebut mengindikasikan pengharapan berkat dari bekas orang-orang shalih, sisa-sisa makanan dan minuman juga tempat makan dan minum mereka.

Dengan demikian, dapat diketahui secara pasti bahwa mengkais dan mengaharap berkat dari sisa-sisa makanan, minuman atau tempat makan dan minum orang-orang shalih diajarkan di dalam Islam dengan berlandaskan Hadits-hadits terkait yang diantaranya telah kami paparkan sebagaimana tersebut di atas. Wallahu a’lam bis shawab.

Dasar pengambilan (1)

( باب قربه صلى الله عليه و سلم من الناس ( وتبركهم به وتواضعه لهم ) قوله [ 2324 ] ( كان رسول الله صلى الله عليه و سلم إذا صلى الغداة جاء خدم المدينة بآنيتهم فيها الماء فما يؤتى باناء الا غمس يده فيها فربما جاءوه في الغداة الباردة فيغمس يده فيها ) وفي الرواية الأخرى [ 2325 ] ( رأيت رسول الله صلى الله عليه و سلم والحلاق يحلقه وأطاف به أصحابه فما يريدون أن تقع شعرة إلا في يد رجل ) وفي الآخر [ 2326 ] ( ان امرأة كانت في عقلها شيء فقالت يا رسول الله ان لي اليك حاجة فقال ياأم فلان انظري أي السكك شئت حتى أقضي لك حاجتك فخلا معها في بعض الطرق حتى فرغت من حاجتها ) في هذه الأحاديث بيان بروزه صلى الله عليه و سلم للناس وقربه منهم ليصل أهل الحقوق إلى حقوقهم ويرشد مسترشدهم ليشاهدوا أفعاله وحركاته فيقتدي بها وهكذا ينبغي لولاة الأمور وفيها صبره صلى الله عليه و سلم على المشقة في نفسه لمصلحة المسلمين واجابته من سأله حاجة أو تبريكا بمس يده وادخالها في الماء كما ذكروا وفيه التبرك بآثار الصالحين وبيان ما كانت الصحابة عليه من التبرك بآثاره صلى الله عليه و سلم وتبركهم بإدخال يده الكريمة في الآنية وتبركهم بشعره الكريم وإكرامهم اياه إن يقع شيء منه إلا في يد رجل سبق إليه وبيان تواضعه بوقوفه مع المرأة الضعيفة. شرح النووي على مسلم - (ج 15 / ص 82)

Dasar pengambilan (2)

حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ بُكَيْرٍ النَّاقِدُ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ مَرِضْتُ فَأَتَانِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَبُو بَكْرٍ يَعُودَانِى مَاشِيَيْنِ فَأُغْمِىَ عَلَىَّ فَتَوَضَّأَ ثُمَّ صَبَّ عَلَىَّ مِنْ وَضُوئِهِ . صحيح مسلم - (ج 5 / ص 60)

Dasar pengambilan (3)

قوله ( فأغمى على فتوضأ ثم صب على من وضوئه فأفقت ) الوضوء هنا بفتح الواو الماء الذي يتوضأ به وفيه التبرك بآثار الصالحين وفضل طعامهم وشرابهم ونحوهما وفضل مؤاكلتهم ومشاربتهم ونحو ذلك وفيه ظهور آثار بركة رسول الله صلى الله عليه و سلم. شرح النووي على مسلم - (ج 11 / ص 55)

Dasar pengambilan (4)

قوله حدثنا الحكم هو بن عتيبة تصغير عتبة بالمثناة ثم الموحدة كان من الفقهاء الكوفيين وهو تابعي صغير وحديث أبي جحيفة المذكور ستأتي مباحثه في باب الستره في الصلاة وقوله يأخذون من فضل وضوئه كأنهم اقتسموا الماء الذي فضل عنه ويحتمل أن يكونوا تناولوا ما سأل من أعضاء وضوئه صلى الله عليه و سلم وفيه دلاله بينه على طهارة الماء المستعمل قوله وقال أبو موسى هو الأشعري وهذا الحديث طرف من حديث مطول أخرجه المؤلف في المغازي وأوله عن أبي موسى قال كنت عند النبي صلى الله عليه و سلم بالجعرانة ومعه بلال فأتاه أعرابي فذكر الحديث وعرف منه تفسير المبهمين في قوله اشربا وهما أبو موسى وبلال وقد ذكر المؤلف طرفا منه أيضا بإسناده في باب الغسل والوضوء في المخضب كما سيأتي بعد قليل قوله ومج فيه أي صب ما تناوله من الماء في الإناء والغرض بذلك ايجاد البركه بريقه المبارك. فتح الباري - ابن حجر - (ج 1 / ص 295)

Sumner : MTTM Madura.

Penjelasan Fiqih Tentang Hukum Hujatan di Media Sosial

June 28, 2017

BenangmerahDasi -AQIDAH AKHLAQ [ tentang hujatan di medsos ]

PERTANYAAN
BAGAIMANA HUKUMNYA MENGHUJAT [ berkata kotor] TERHADAP SESEORANG DAN ATAU LEMBAGA DI MEDIA SOSIAL ?


JAWABAN

الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ

Bagaimanakah hukum menghujat di Media Sosial?

Imam Muhammad bin Yazid di dalam kitabnya (Sunan Ibnu Majah) menyebutkan sebauh Hadits yang menyatakan: Telah bercerita kepada kami Muhammad Abdullah bin Namir, telah bercerita kepada kami ‘Affan, telah bercerita kepada kami Syu’bah dari A’masy, telah bercerita kepada kami Hisyam bin ‘Imar, telah bercerita kepada kami Isa bin Yunus, telah bercerita kepada kami al-A’masy dari Abi Wail dari Abdullah, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Mencaci orang Muslim adalah fasiq dan membunuhnya adalah kufur”.

Imam Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim di dalam kitabnya (Tuhfah al-Ahwadzi) menjelaskan bahwa sabda Nabi (سباب) dengan terbaca kasrah huruf “sin”nya berarti mencaci. Beliau juga mengutip pernyataan Imam Ibrahim al-Harbi yang menyatakan bahwa kata “السباب” lebih keras daripada kalimat “السب” yaitu menyebutkan tentang seseorang dengan aib yang ada padanya atau tidak. Imam yang lain menyatakan bahwa “السباب” adalah sebagaimana pembunuhan. Adpaun sabda Nabi (فسوق) secara etimlogi berarti keluar, sedang secara terminology adalah keluar dari kepatuhan terhadap Allah dan Rasulullah dan hal ini lebih fatal daripada kemaksiatan.

Imam Abdullah Hasan Ba’alawi di dalam kitabnya (Mirqat Suud u al-Tasdiq) juga menjelaskan bahwa diantara maksiat lisan adalah mencaci sahabat (dan seterusnya) dan mencaci maki, yaitu mensifati orang lain dengan sesuatu yang hina. Mencaci dan melaknat baik terhadap benda, hewan dan sesama manusia adalah suatu hal yang tercela. Mencemooh orang Muslim adalah haram juga setiap ungkapan yang menyakitkan.

Ba’alawi juga menambahkan bahwa diantara hal yang diharamkan adalah menulis sesuatu yang haram diucapkan, karena pena adalah salah satu lisan bagi manusia, dan karena tulisan merupakan extrak dari redaksi ucapan sebagaimana yang dikemukakan oleh Imam Ali. Dan maka dari itu pula, Imam al-Ghazali di dalam kitab “al-Bidayah” mengingatkan agar menjaga pena dari hal yang harus dijaga oleh lisan.

Dari pemaparan tersebut diatas, dapat diketahui bahwa hukum menghujat di Media Sosial adalah haram.

Bagaimanakah hukum membacanya?

Di dalam sebuah literatur (Sab’atu Kutub) dijelaskan bahwa tidak diperbolehkan membaca buku “al-Sirah al-Bakra”, karena didominasi sesuatu yang batil dan bohong, dan terkadang keduanya terkumpul, maka seluruhnya adalah haram sekira tidak bisa difilter dan dibedakan. Dari hal itu pula dapat diketahui tentang keharaman membaca buku “Nuzhah al-Majalis” dan lain sebagainya, yakni dari hal-hal yang terkontaminasi sesuatu yang batil sekira tidak dapat difilter.

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa hukum membaca tulisan yang berisi hujatan dan lain sebagainya di media-media sosial adalah diperinci sebagai berikut:

• Jika mampu memfilter dan membedakan antara yang hak dan batil sehingga tidak terperangkap di dalamnya, maka hukum membacanya adalah boleh.

• Jika tidak demikian, sehingga termakan dan terperangkap di dalamnya, maka hukum membacanya adalah haram. Wallahu a’lam bis shawab.
Dasar pengambilan (1)

حدثنا محمد بن عبد الله بن نمير حدثنا عفان حدثنا شعبة عن الأعمش . ح وحدثنا هشام بن عمار حدثنا عيسى بن يونس حدثنا الأعمش عن أبي وائل عن عبد الله قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( سباب المسلم فسوق وقتاله كفر ) . سنن ابن ماجه - (ج 1 / ص 27)

Dasar pengambilan (2)

قوله ( سباب المسلم ) بكسر السين وتخفيف الموحدة أي سبه وشتمه وهو مصدر قال إبراهيم الحربي السباب أشد من السب وهو أن يقول في الرجل ما فيه وما ليس فيه يريد بذلك عيبه وقال غيره السباب هنا مثل القتال فيقتضي المفاعلة ( فسوق ) الفسق في اللغة الخروج وفي الشرع الخروج عن طاعة الله ورسوله وهو في عرف الشرع أشد من العصيان. تحفة الأحوذي - (ج 6 / ص 100)

Dasar pengambilan (3)

(ومنها) أي من معاصي اللسان (سب الصحابة) ـــ إلى أن قال ـــ (والشتم) وهو وصف الغير بما فيه نقص أو إزدراء (والسب) ـــ إلى أن قال ـــ (واللعن) إما لحيوان أو جماد أو إنسان، وكل ذلك مذموم ـــ إلى أن قال ـــ (والإستهزاء) أي السخرية (بالمسلم) وهذا محرم مهما كان مؤذيا ـــ إلى أن قال ـــ (وكل كلام مؤذ له) أي للمسلم كإفشاء السر. إهــ. مرقاة صعود التصديق في شرح سلم التوفيق ص ٦٨-٦٩ مكتبة الهداية سورابايا

Dasar pengambilan (4)

(وكتابة ما يحرم النطق به) لأن القلم أحد اللسانين للإنسان لأن الكتابة به تدل على عبارة اللسان كما قاله علي النبتيتي، ولذلك قال الغزالي في البداية : فاحفظ القلم عما يجب حفظ اللسان منه. إهــ. مرقاة صعود التصديق في شرح سلم التوفيق ص ٧٥ مكتبة الهداية سورابايا

Dasar pengambilan (5)

(و) منها (كتابة ما يحرم النطق به) قال فى البداية لأن القلم أحد اللسانين فاحفظه عما يجب حفظ اللسان منه أى من غيبة وغيرها فلا يكتب به ما يحرم النطق به من جميع ما مر وغيره. وفى الخطبة وكاللسان فى ذلك كله أى ما ذكر من آفات اللسان القلم إذ هو أحد اللسانين بلا جرم أى شك بل ضرره أعظم وأدوم فليصن الإنسان قلمه عن كتابة الحيل والمخادعات ومنكرات حادثات المعاملات. إسعاد الرفيق الجزء الثانى ص: 105

Dasar pengambilan (6)

لايجوز قراءة سيرة البكرى لان غالبها باطل وكذب وقد اختلط فحرام الكل حيث لامميز ومن ذلك تعلم حرمة قراءة نزهة المجالس ونحوها مما اختلط الباطل فيه بغيره حيث لامميز.. سبعة كتب ٢٠٠

TAHLILAN (Tawasul ilegal/diam-diam menyelipkan nama keluarga)

June 07, 2017

BenangmerahDasi  -AQIDAH NAHDLIYAH [Tawasul ilegal/diam-diam menyelipkan nama keluarga]

Aqidah Nahdliyah
No: 00247
Hallo Benangmerah
Wa

DESKRIPSI
Tahlilan merupakan adat yang sudah melekat erat di masyarakat terutama kalangan pesantren. Biasanya dilakukan rutin setiap malam jum’at, namun pada hari-hari tertentu tak jarang pula tahlilan diadakan untuk mengirim do’a dengan diawali tawasul kepada keluarga sohibul hajah yang telah meninggal.

Nama keluarganya ditulis dan disetorkan pada pak Kyai. Biasanya pada acara tahlilan ada hidangan makanan, minuman dan juga berkat untuk dibawa pulang. Panggil saja pak tono. Dia adalah seorang kyai kampung yang biasa memimpin tahlilan di sekitar desa karangasem. Namun, tanpa sepengetahuan orang lain, saat tawasul ia menambahkan nama-nama keluarganya sendiri yang telah meninggal dengan
suara lirih.
“Mumpung ono ambeng karo jamaah akeh, tak elokne pisan” gumamnya dihati.

PERTANYAAN
Apakah dapat dibenarkan tindakan Pak Tono yang diam-diam menambahkan nama keluarganya seperti dalam deskripsi, dan berdoa untuk hajatnya sendiri?

JAWABAN:
Tidak diperbolehkan karena Pak Tono dianggap telah menyalahi amanah yang dibebankan kepadanya.
Referensi:

إسعاد الرفيق الجزء الثاني ص: 105
ومنها الخيانة فى كل ما ائتمن فيه كوديعة ومرهون ومستأجر وغير ذلك وهى من الكبائر وهى ضد النصيحة فتشمل الأفعال والأقوال والأحوال
حاشية الجمل على المنهج الجزء الثالث صـ 594 – 595
ولو أهدى إليه شيئا على أن يقضى له حاجة فلم يفعل لزمه رده إن بقى وإلا فبدله كما قاله الأسطخرى فإن فعلها حل أى وإن تعين عليه تخليصه أى بناء على الأصح أنه يجوز أخذ العوض على الواجب العينى إذا كان فيه كلفة خلافا لما يوهمه كلام الأذرعى وغيره هنا اهـ شرح م ر قال ع ش قوله لزمه رده أى فلو بذلها لشخص ليخلص له محبوسا مثلا فسعى فى خلاصه ولم يتفق له ذلك وجب عليه رد الهدية لصاحبها لأن مقصوده لم يحصل نعم لو أعطاه ليشفع له فقط سواء قبلت شفاعته أو لا ففعل لم يجب الرد فيما يظهر لأنه فعل ما أعطاه لأجله اهـ
عمدة المفتي والمستفتي الجزء الأول صـ : 533-534 “دار المنهاج”
إذا تدارس جماعة ثم قالو لأحدهم أذنّا لك في إهداء ثواب القراءة على ما هو معروف الآن جاز ذلك وعبارة ابن زياد الوضّاحي : إذا طلبوا منه بسبب تميزه بسبب من أسباب الإجابة فحسن وإلا فالأولى أن يدعو كل واحد منهم هذا في التبرع وأما إذا كانت بأجرة أو وظيفة فلا بد من الدعاء من كل أحد وفي فتاوى عبد الله بن عمر بامخرمة إذا اجتمع جماعة للتهليل والقراءة للميت فلا بد من دعاء كل أحد ولو صبيا ولا يكفي إذنهم لواحد انتهى قال شيخنا وإذا درس رجل مع آخر فثواب كل منهما له يختص به وهما مشتركان في ثواب الإجتماع لتلاوة كتاب الله تعالى وليس للمعلم قبول شهادة الصبي على آخر ولو مميزا فلا يعزر المشهود عليه وإن اعتقد صدق المميز كما يفيده كلام ابن حجر في تحرير المقال
الفتاوي الكبرى الجزء الثاني ص: 38
( وسئل ) نفع الله به عن كيفية التصدق بثواب القراءة هل يكون ذلك على الترتيب كأن يقول اللهم أوصل ثواب ما قرأته وأجر ما تلوته إلى روح فلان ثم إلى روح فلان وهكذا كما في وقف الترتيب ويقدم الأقرب فالأقرب وبعدهم من شاء أو التشريك كأوصل اللهم ثواب ما ذكر إلى روح فلان وفلان أو هما سيان في الحكم بينوا لنا ما في ذلك من نص أو قياس ؟ ( فأجاب ) بقوله إيصال عين ثواب ما قرأه إلى غيره غير مراد وإنما المراد الدعاء بأن الله تعالى يتفضل ويوصل مثله إلى المدعو له فلفظة المثل إن صرح بها فواضح وإلا فهي مرادة وحذف لفظها وإرادة معناها شائع في كلامهم في الوصية والبيع وغيرهما . وإذا تقرر أن المراد الدعاء بإيصال مثل ثواب القراءة اتضح أنه لا فرق بين أن يأتي بالمدعو لهم مرتبين أو مجموعين بالعطف بالواو أو بدونه كأوصل ثواب ذلك إلى المسلمين أو الأشراف أو أهل بلد كذا ألا ترى أنك لو قلت اللهم اغفر لفلان وفلان أو لفلان ثم فلان أو للمسلمين كنت داعيا ومؤديا لسنة الدعاء الخاص أو العام في الكل فكذلك فيما نحن فيه نعم في النفس توقف من الإتيان بالترتيب لأن فيه نوع تحكم في الدعاء فينبغي أنه خلاف الأدب إذ اللائق في الأدب أن يفوض وقت إعطاء المطلوب للغير إلى مشيئة الله تعالى وأما التنصيص على طلب أن إعطاء فلان قبل فلان وفلان قبل فلان ففيه نوع قلة أدب كما لا يخفى على موفق .
موسوعة اليوسفية ص 310
وفى باب الإجارة للفتاوى شيخ الإسلام زكريا الأنصاري ما نصه : وسئل عن إجارة من يقرأ لحي أو ميت بوصية أو نذر أو غيرها حتمة هل يصح ذلك من غير تعيين زمان أو مكان أو لابد من التعيين حتى يمتنع ذلك فى من أوصى بالقراءة ثم مات غريقا أو لا يعرف له قبر ؟ وإذا قلتم بالأول فهل تصح الإجارة لقراءة قرآن بالتعيين المذكور او لا ؟ وإذا فرغ القارئ من القراءة فى ما صورة ما يدعو به ؟ هل يقول : اللهم اجعل ثواب ما قرأته لفلان أو مثل ثوابه ؟ وهل يهديه أو لا للأنبياء والصالحين ثم للمستأجر له أو يهديه أو لا له ثم لهم ؟فأجاب : بأن الإجارة تصح لقراءة ختمة من غير تقدير بالزمان وتصح قراء قرآن بتقدير ذلك سواء عين مكانا ام لا وقد أفتى القاضى حسين بصحتها بقراءة القراءن على رأس القبر مدة كالإجارة للأذان وتعليم القرآن. قال الرافعي والواجه تنزيله على ما ينفع المستأجر له اما بالدعاء عقب القراءة وهو بعدها أقرب إجابة وأكثر بركة واما بجعل ما حصل من الأجر له والمختار كما قاله النووي صحة الإجارة مطلقا كما هو ظاهر كلام القاضى لأن محل القراء محل بركة وتنزيل الرحمة وهذا مقصود بنفع المستأجر له، وبذلك علم أنه لا فرق بين القراءة على القبر وغيره وصورة ما يدعو به ” اللهم اجعل مثل ثواب ذلك …. الخ” إذ المعنى على مثل ثواب ذلك كما لو وصى لزيد بنصيب ابنه فانه يصح على معنى مثل نصيب ابنه وإن كان المعنى على ذلك فله ان يهدي ثواب ذلك للأنبياء والصالحين ثم للمستأجر له بل هو أولى لما فيه من التبرك بتقديم من يطلب بركته وهو أحب للمستأجر غالبا.
بغية المسترشدين – (ج 1 / ص 100)
(مسألة : ك) : المفهوم من كلام كثير من المتأخرين أن الإمام يطيل الأذكار حيث أراد ، والحق كما قاله الأسنوي وأقره الشيخ زكريا أنه يختص الذكر والدعاء بحضرة المأمومين ، ولم أر من نبه على أقل الكمال ، والظاهر أنه موكول إلى نظر الإمام ، ويختلف باختلاف الأزمان والأحوال ، ولا فرق بين الصبح وغيرها
رد المختار الجزء الثاني ص:243
ويقرأ يس وفي الحديث “من قرأ الإخلاص أحد عشر مرة ثم وهب أجرها للأموات أعطي من الأجر بعدد الأموات”
(تنبيه) صرح علماؤنا في باب الحج عن الغير بأن للإنسان أن يجعل ثواب عمله لغيره صلاة أو صوما أو صدقة أو غيرها كذا في الهداية بل في زكاة التتارخانية عن المحيط : الأفضل لمن يتصدق نفلا أن ينوي لجميع المؤمنين والمؤمنات لأنها تصل إليهم ولا ينقص من أجره شيء اهـ هو مذهب أهل السنة والجماعة لكن استثنى مالك والشافعي العبادات البدنية المحضة كالصلاة والتلاوة فلا يصل ثوابها إلى الميت عندهما بخلاف غيرها كالصدقة والحج وخالف المعتزلة في الكل وتمامه في فتح القدير أقول : ما مر عن الشافعي هو المشهور عنه والذي حرره المتأخرون من الشافعية وصول القراءة للميت إذا كانت بحضرته أو دعا له عقبها ولو غائبا لأن محل القراءة تنزل الرحمة والبركة والدعاء عقبها أرجى للقبول , ومقتضاه أن المراد انتفاع الميت بالقراءة لا حصول ثوابها له ولهذا اختاروا في الدعاء : اللهم أوصل مثل ثواب ما قرأته إلى فلان وأما عندنا فالواصل إليه نفس الثواب وفي البحر : من صام أو صلى أو تصدق وجعل ثوابه لغيره من الأموات والأحياء جاز ويصل ثوابها إليهم عند أهل السنة والجماعة كذا في البدائع ثم قال : وبهذا علم أنه لا فرق بين أن يكون المجعول له ميتا أو حيا والظاهر أنه لا فرق بين أن ينوي به عند الفعل للغير أو يفعله لنفسه ثم بعد ذلك يجعل ثوابه لغيره لإطلاق كلامهم وأنه لا فرق بين الفرض والنفل اهـ وفي جامع الفتاوى : وقيل : لا يجوز في الفرائض اهـ
فتح المعين بهامش إعانة الطالبين الجزء الثالث ص : 220-222
ومعنى نفعه بالدعاء حصول المدعو به له إذا استجيب واستجابته محض فضل من الله تعالى أما نفس الدعاء فهو للداعي لأنه شفاعة أجرها للشافع ومقصودها للمشفوع له نعم دعاء الولد يحصل ثوابه للوالد الميت لأن عمل ولده لتسببه في وجوده من جملة عمله كما صرح به خبر: ينقطع عمل ابن آدم إلا من ثلاث ثم قال أو ولد صالح يدعو له جعل دعاءه من عمل الوالد أما القراءة فقد قال النووي في شرح مسلم المشهور من مذهب الشافعي أنه لا يصل ثوابها إلى الميت فقال بعض أصحابنا ثوابها للميت بمجرد قصده بها وعليه الأئمة الثلاثة واختاره كثيرون من أئمتنا واعتمده السبكي وغيره فقال والذي دل عليه الخبر بالاستنباط أن بعض القرآن إذا قصد به نفع الميت نفعه وبين ذلك وحمل جمع عدم الوصول الذي قاله النووي على ما إذا قرأ لا بحضرة الميت ولم ينو القارئ ثواب قراءته له أو نواه ولم يدع وقد نص الشافعي والأصحاب على ندب قراءة ما تيسر عند الميت والدعاء عقبها أي لأنه حينئذ أرجى للإجابة ولأن الميت تناله بركة القراءة كالحي الحاضر قال اين الصلاح وينبغي الجزم بنفع اللهم أوصل ثواب ما قرأته أي مثله فهو المراد وإن لم يصرح به لفلان لأنه إذا نفعه الدعاء بما ليس للداعي فما له أولى ويجري هذا في سائر الأعمال من صلاة وصوم وغيرهما اهـ
إعانة الطالبين الجزء الثاني ص : 221
والحاصل أنه إذا نوى ثواب قراءة له أو دعا عقبها بحصول ثوابها أو قرأ عند قبره حصل له مثل ثواب قراءته وحصل للقارئ أيضا الثواب

Hasil Keputusan Bahtsul Masail Kubro LBM PP Lirboyo 22-23 Maret 2017.

Fiqih Tentang Bunuh Diri Dengan Sebab Sakit Keras yang Kronis

June 07, 2017


BENANG MERAH NO:00242

FIQIH AQIDAH
No: 00242
[tentang bunuh diri]

Hallo Benang merah
WA: 081384451265

PERTANYAAN
BUNUH DIRI DENGAN SEBAB SAKIT KERAS YANG KRONIS APAKAH MASUK NERAKA ?
JAWABAN
Orang yg mati bunuh diri masuk ke dalam kehendak Allah, tidak bisa langsung divonis kafir dan masuk neraka.
Dijelaskan di kitab syarah Nawawi 'ala muslim (1/299) :
.
باب الدليل على أن قاتل نفسه لا يكفرعَنْ جَابِرٍ اَنَّ الطُّفَيْلَ بْنَ عَمْرٍو الدَّوْسِيَّ اَتَى النَّبِيَّ ص فَقَال
َ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، هَلْ لَكَ فِى حِصْنٍ حَصِيْنٍ وَ مَنْعَةٍ؟ )قَالَ حِصْنٌ كَانَ لِدَوْسٍ فِى اْلجَاهِلِيَّةِ( فَاَبَى ذلِكَ النَّبِيُّ ص لِلَّذِى ذَخَرَ اللهُ لِـْلاَنْصَارِ. فَلَمَّا هَاجَرَ النَّبِيُّ ص اِلَى اْلمَدِيْنَةِ هَاجَرَ اِلَيْهِ الطُّفَيْلُ بْنُ عَمْرٍو وَ هَاجَرَ مَعَهُ رَجُلٌ مِنْ قَوْمِهِ. فَاجْتَوَوُا اْلمَدِيْنَةَ فَمَرِضَ فَجَزِعَ فَاَخَذَ مَشَاقِصَ لَهُ، فَقَطَعَ بِهَا بَرَاجِمَهُ،فَشَخَبَتْ يَدَاهُ حَتَّى مَاتَ. فَرَآهُ الطُّفَيْلُ بْنُ عَمْرٍو فِى مَنَامِهِ. فَرَآهُوَ هَيْئَتُهُ حَسَنَةٌ. وَ رَآهُ مُغَطِّيًا يَدَيْهِ فَقَالَ لَهُ: مَا صَنَعَ بِكَ رَبُّكَ؟ فَقَالَ غَفَرَلِى بَهِجْرَتِى اِلَى نَبِيِّهِ ص. فَقَالَ: مَا لِى اَرَاكَ مُغَطِّيًا يَدَيْكَ؟ قَالَ قِيْلَ لِى. لَنْ نُصْلِحَ مِنْكَ مَا اَفْسَدْتَ. فَقَصَّهَا الطُّفَيْلُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ ص.فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. اَللّهُمَّ وَ لِيَدَيْهِ فَاغْفِرْ. مسلم

Bab: tentang dalil bahwa orang yg membunuh dirinya tidak dihukumi kafir
Dari Jabir, bahwa Ath-Thufail binAmr Ad-Dausiy datang kepada Nabi shollallohu alaihi wasallam lalu berkata,
“Ya Rasulullah, apakah engkau mau berada dalam benteng yg kokoh dan kuat ?”. (Benteng itu milik keluarga Daus di zaman Jahiliyah). Rasulullah shollallohualaihi wasallam menolak untuk itu, karena sudah ada yg disimpankan Allah pada golongan Anshor.

Ketika Nabi shollallohu alaihi wasallam hijrah ke Madinah, Ath-Thufail bin Amr juga hijrah ke sana disertai seseorang dari kaumnya. Ternyata mereka tidak kerasan tinggal di Madinah. Kemudian orang yg menyertai Ath-Thufail bin Amr tersebut sakit. Dia tidak sabar dengan sakitnya, maka diambilnya anak panah bermata lebar miliknya. Dengan itu dia potong ruas-ruas jarinya, sehingga kedua tangannya mengalirkan darah dengan deras, sehingga mati.

Suatu hari Ath-Thufail bin Amr memimpikan orang itu. Dalam mimpinya Ath-Thufail melihat orang tersebut dalam keadaan baik, tetapi dia menutupi kedua tangannya. Lalu Ath-Thufail bertanya,
“Apa tindakan Tuhanmu terhadapmu ?”.
Orang itu menjawab, “Dia mengampuniku karena hijrahku kepada Nabi-Nya shollallohu alaihi wasallam”.
Ath-Thufail bertanya lagi, “Kenapa aku lihat engkau menutupi kedua tanganmu ?”.
Orang itu menjawab, “Dikatakan kepadaku: “Kami tidak akan memperbaiki dirimu apa yg telah engkau rusak”.
Kemudian Ath-Thufail menceritakan mimpinya kepada Rasulullah shollallohu alaihi wasallam lalu beliau berdoa, “Ya Allah, untuk kedua tangannya, maka ampunilah dia”. (HR. Muslim).
Penjelasan imam Nawawy tentang hadits diatas:

:أما أحكام الحديث ففيه حجة لقاعدة عظيمة لأهل السنة أن من قتل نفسه أو ارتكب معصية غيرها ومات من غير توبة فليس بكافر ، ولا يقطع له بالنار ، بل هو في حكم المشيئة . وقد تقدم بيان القاعدة وتقريرها . وهذا الحديث شرح للأحاديث التي قبله الموهم ظاهرها تخليد قاتل النفس وغيره من أصحاب الكبائر في النار ، وفيه إثبات عقوبة بعض أصحاب المعاصي فإن هذا عوقب في يديه ففيه رد على المرجئة القائلين بأن المعاصي لا تضر . والله أعلم .

Adapun hukum-hukum dalam hadis ini, maka di dalamnya terdapat hujjah bagi qoidah yg agung untuk kelompok ahlus sunnah wal jama'ah bahwa orang yg membunuh dirinya atau melakukan ma'siyat lainnya kemudian meninggal tanpa bertaubat maka tidak dihukumi kafir dan tidak dipastikan masuk neraka, tetapi dia masuk kedalam hukum kehendak Allah.

Dan hadits ini adalah penjelasan bagi hadist-hadist sebelumnya yg disalah pahami makna dhohirnya, yaitu langgengnya orang yg bunuh diri dan pemilik dosa besar di dalam neraka. Dalam hadits juga ada penetapan hukuman bagi sebagian orang yg berma'siyat, karena orang ini dihukum sebab kedua tangannya.

dalam hadits terdapat penolakan terhadap kaum murji'ah yg berpendapat bahwa maksiyat itu tidak membahayakan.
Orang yg mati bunuh diri tidak mengeluarkan dia dari islam. Dan seandainya dia masuk neraka maka dia tidak akan kekal di dalamnya.
Intaha
Oleh: fathur-elzirozy

شَيْءٌ لِّلهِ الفَاتِحَ Tentang Bacaan

May 12, 2017

BenangmerahDasi -Tentang Bacaan شَيْءٌ لِّلهِ الفَاتِحَ


Dalam setiap acara tahlilan, dhiba'an dan barzanji seringkali kita jumpai seorang yang berlaku sebagai pemimpin berkata شيء لله الفاتحة. Entah kalimat itu disebutkan sebelum membaca al-Fatihah sebagai agenda pembukaan atau dibacakan setelah menyebutkan rentetan nama arwah yang akan do'akan. <>

Secara bahasa klimat شيء لله الفاتحة adalah dua kalimat yang berbeda. kalimat pertama terdiri dari شيء لله yang bermakna bawa"Semua dilakukan karena Allah" dan kalimat kedua adalah الفاتحة yaitu al-Fatihah sebagai nama surat pembuka al-Qu'an. Oleh karena itu, jika digabungan maka kalimat شيء لله الفاتحة dapat diartikan bahwa 'semua yang kita lakukan hanyalah karena Allah, (begitu juga dengan bacaan) al-fatihah'.Sebenarnya

tidak ada anjuran untuk mengucapkan kalimat tersebut, juga tidak ada larangan untuk meninggalkannya. Dalam Kitab Bughyatul Mustarsyidin terdapat pernyataan yang menyebutkan bahwa kalimat "شيء لله الفاتحة" hanyalah sebuah tradisi,

يا فلان شيء لله غير عربية لكنها من مولدات أهل العرف

Hai Fulan, kalimat "شيء لله" bukanlah bahasa arab, melainkan lahir dari sebuah tradisi.

Sedangkan sebuah tradisi bisa dijadikan hukum dengan catatan tidak bertentangan dengan Syari'at Islam yang berlandaskan Al Quran dan Hadits. Demikian dalam qaidah fiqhiyyah disebutkan:العادة محكمة Kebiasaan atau tradisi itu bisa dijadikan landasan hukum .

kaifiyyah membaca surat Yasin & do'a malam nisfu sya'ban

May 12, 2017

BenangmerahDasi - Amaliah nahdiyah (kaifiyyah membaca surat Yasin & do'a malam nisfu sya'ban)

Pertama :

Dari Kitab Kanzunnajah Wassuruur fil Ad’yah Allatii Tasyrahushshuduur karya Syeikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Quds (Kudus) Beliau berkata (di halaman 47-48):

وَقَدْ جُمِعَ دُعَاءٌ مَأْثُوْرٌ مُنَاسِبٌ لِلْحَالِ خَاصٌّ بِلَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ مَشْهُوْرٌ، يَقْرَؤُهُ الْمُسْلِمُوْنَ تِلْكَ اللَّيْلَةَ الْمَيْمُوْنَةَ فُرَادَى وَجَمْعًا فِيْ جَوَامِعِهِمْ وَغَيْرِهَا، يُلَقِّنُهُمْ أَحَدُهُمْ ذَلِكَ الدُّعَاءَ، أَوْ يَدْعُوْ وَهُمْ يُؤَمِّنُوْن كَمَا هُوَ مَعْلُوْمٌ.

Telah dikumpulkan doa ma`tsur dan masyhur yang sesuai dengan keadaan khusus di malam Nashfu Sya’ban. Doa tsb dibaca kaum muslimin pada malam yang berkah, sendirian atau bersama-sama di masjid-masjid mereka dan di tempat lain. Salah satu dari mereka menuntun doa tsb atau dia berdoa sementara yang lainnya mengamininya.

وَكَيْفِيَّتُهُ: تَقْرَأُ أَوَّلًا قَبْلَ ذَلِكَ الدُّعَاءِ بَعْدَ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ سُوْرَةَ يَسٍ ثَلَاثًااَلْأُوْلَي : بِنِيَّةِ طُوْلِ الْعُمْرِ . اَلثَّانِية : بِنِيَّةِ دَفْعِ الْبَلَاءِ اَلثَّالِثَةُ : بِنِيَّةِ الْاِسْتِغْنَاءِ عَنِ النَّاسِ

Adapun tata caranya sbb: Setelah usai shalat maghrib, sebelum membaca doa kamu baca surat Yasin tiga kali
Bacaan Yasin Pertama : Diniati agar diberi panjang umur
Bacaan Yasin Kedua : Diniati agar terhindar dari bala
Bacaan Yasin Ketiga : Diniati agar tidak menggantungkan diri dengan orang lain

وَكُلَّمَا تَقْرَأُ السُّوْرَةَ مَرَّةً تَقْرَأُ بَعْدَهَا اَلدُّعَاءَ مَرَّةً

Setiap selesai membaca Surat Yasin kamu iringi dengan membaca Do’a Nishfu Sya’ban

وَهَذَا هُوَ الدُّعَاءُ الْمُبَارَكُ

:Inilah doa yang mubarok (diberkahi) tsb :

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِوَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَـحْبِهِ وَسَـلَّـمَاَللَّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلاَ يُمَنُّ عَلَيْهِ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالْإِكْرَامِ يَا ذَا الطَوْلِ وَالْإِنْعَامِ، لَا إلَهَ اِلَّا اَنْتَ ظَهْرَ اللاَّجِِيْنَ وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأْمَنَ الْخَائِفِيْنَ. اَللَّهُمَّ اِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُوْمًا أَوْ مَطْرُوْدًا أَوْ مُقْتَرًا عَلَيَّ فِي الرِّزْقِ فَامْحُ الَّلهُمَّ بِفَضْلِكَ شَقَاوَتِيْ وَحِرْمَانِي وَطَرْدِيْ وَاِقْتَارَ رِزْقِيْ وَأَثْبِتْنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الْكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ، فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِيْ كِتَابِكَ اْلـمُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ اْلـمُرْسَلِ: (يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ) اِلَهِيْ بِالتَّجَلِّي اْلاَعْظَمِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْباَنَ اْلـمُكَرَّمِ الَّتِيْ يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيْمٍ وَيُبْرَمُ، أَسْأَلُكَ أَنْ تَكْشِفَ عَنَّا مِنَ الْبَلاَءِ مَا نَعْلَمُ وَمَا لَا نَعْلَمُ وَمَا اَنْتَ بِهِ أَعْلَمُ، اِنَّكَ أَنْتَ اْلأَعَزُّ اْلاَكْرَمُ وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Kedua:
Riwayat dari Imam Dairobi. Dalam Kitab Kanzunnajah (halaman 48-49) dituturkan:

وَقَالَ الْعَلَّامَةُ الدَّيْرَبِيُّ فِيْ مُجَرَّبَاتِهِ؛ وَمِنْ خَوَاصِّ سُوْرَةِ يس كَمَا قَالَ بَعْضُهُمْ أَنْ تَقْرَأَهَا لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ الأُوْلَى بِنِيَّةِ طُوْلِ اْلعُمْرِ وَالثَّانِيَةُ بِنيَّةِ دَفْعِ الْبَلاَءِ وَالثَّالِثَةُ بِنِيَّةِ اْلإسْتِغْنَاءِ عَنِ النَّاسِ

Imam Dairobi berkata dalam kitab Mujarrobat: Diantara khasiat Surat Yasin, sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama, kamu membacanya tiga kali pada malam Nishfu Sya’ban
Pertama: Diniati agar diberi panjang umur
Kedua: Diniati agar terhindar dari bala
Ketiga: Diniati agar tidak menggantungkan diri dengan orang lain

ثُمَّ تَدْعُوْ بِهَذَا الدُّعَاءِ (عَشْرَ مَرَّاتٍ) يَحْصُلُ الْمُرَادُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى، وَهُوَ:

Kemudian kamu membaca doa ini sepuluh kali. Insya Allah apa yang dikehendaki akan berhasil. Doanya ialah:

إِلَهِيْ جُوْدُك دَلَّنِيْ عَلَيكَ وَإِحْسَانُكَ قَرَّبَنِي إِلَيكَ، أَشْكُوْ إِلَيْكَ مَا لَا يَخفَى عَلَيْكَ وَأَسْأَلُكَ مَا لَا يَعْسُرُ عَلَيْكَ إِذْ عِلمُكَ بِحَالِيْ يَكْفِيْ عَنْ سُؤَالِيْ يَا مُفَرِّجَ كُرَبِ الْمَكْرُوْبِيْنَ فَرِّجْ عَنِّيْ مَا أَنَا فِيْهِ لَا إِلهَ إِلَّا أَنْتَ سُبحَانَكَ إِنِّيْ كُنُتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجِّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِيْنَ.اَللَّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْهِ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ يَا ذَا الطَّوْلِ وَالْإِنْعَامِ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ ظَهْرَ اللاَّجِيْنَ وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأْمَنَ الْخَائِفِيْنَ وَكَنْزَ الطَّالِبِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبتَنِيْ عِندَكَ فِيْ أُمِّ الْكِتَابِ شَقِيًّا أَو مَحرُوْمًا أَوْ مَطْرُوْدًا أَوْ مُقْتَرًا عَلَيَّ فِي الرِّزقِ فَامْحُ عَنِّيْ بِفَضْلِكَ شَقَاوَتِيْ وَحِرمَانِيْ وَطَرْدِيْ وَإِقْتَارَ رِزْقِيْ وَأَثْبِتْنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الْكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِيْ كِتَابِكَ الْمُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبيِّكَ الْمُرْسَلِ يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاء وَيُثْبِتُ وَ عِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَاب. وَأَسْأَلُكَ اللَّهُمَّ بِحَقِّ التَّجَلِّي الْأَعْظَمِ فِيْ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمِ الَّتِيْ يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيْمٍ وَ يُبْرَمُ أَنْ تَكْشِفَ عَنِّيْ مِنَ الْبَلَاءِ مَا أَعلَمُ وَمَا لَا أَعْلَمُ فَاغْفِرْ لِيْ مَا أَنْتَ بِهِ أَعلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ الْأَعَزُّ الْأَكْرَمُ وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Ketiga:
Riwayat dari Quthbuzzamaan Syeikh Hasan bin Abdullah Ba’alawi Al Haddad. Dalam Kitab Kanzunnajah (halaman 50 s/d 54) dituturkan:

دُعَاءُ شَعْبَانَ الْمَشْهُوْرُ هُوَ دُعَاءٌ عَظِيْمُ النَّفْعِ، فِيْهِ فَوَائِدُ عَظِيْمَةٌ وَأَدْعِيَةٌ جَلِيْلَةٌ، وَبَعْضُهُ قَدْ وَرَدَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُقْرَأُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، وَقَرِيْبُ الْمَغْرِبِ أَحْسَنُ وَأَوْلَى، جَمَعَهُ سَيِّدُنَا بَرَكَةُ الْوُجُوْدِ وَعُمْدَةُ الْمُحَقِّقِيْنَ وَحَاوِيْ أَسْرَارِ آبَائِهِ الصَّالِحِيْنَ، اَلْعَارِفُ بِاللهِ قُطْبُ الزَّمَانِ، اَلسَّيِّدُ الشَّرِيْفُ بَدْرُ الدِّيْنِ اَلشَّيْخُ اَلْحَسَنُ بْنُ الْقُطْبِ عَبْدِ اللهِ بْنِ بَاعَلَوِيٍّ اَلْحَدَّادُ، نَفَعَ بِهِ وَبِعُلُوْمِهِ آمِينْ.

Doa Sya’ban yang masyhur adalah doa yang agung faedahnya. Di dalamnya banyak faedah yang agung dan doa yang mulia. Sebagian doa datang dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Doa tsb dibaca pada malam Nishfu Sya’ban. Dekat dengan Maghrib lebih bagus. Doa tsb dikumpulkan oleh Sayyidunaa Barakatul Wujuud Wa ‘Umdatul Muhaqqiqiin wa Haawi Asraari Abaa`ihiishshaalihiin Al Arif Billaah Quthbuzzamaan Assayyid Asysyariaf Badruddin Asysyaikh Al Hasan bin Al Quthb Abdullah bin Ba’alawi Al Haddaad, Nafa’a Bihii wa Bi’uluumihii, Amin

وَهَذِهِ طَرِيْقُه: تَقْرَأُ أَوَّلَهُ سُوْرَةَ يس (ثَلَاثَ مَرَّاتٍ) اَلْأُوْلَى بِنِيَّةِ طُوْلِ الْعُمْرِ مَعَ التَّوْفِيْقِ لِلطَّاعَةِ،اَلثَّانِيَةُ بِنِيَّةِ الْعِصْمَةِ مِنَ الْآفَاتِ وَالْعَاهَاتِ وَنِيَّةِ سَعَةِ الرِّزْقِ،اَلثَّالِثَةُ لِغِنَى الْقَلْبِ وَحُسْنِ الْخَاتِمَةِ،

Caranya: Pada awal doa kamu baca Surat Yasin tiga kali
Bacaan Yasin Pertama: Diniati agar diberi panjang umur dengan mendapatkan taufiq untuk thaat
Bacaan Yasin Kedua: Diniati agar terhindar dari marabahaya dan penyakit, serta diniati agar dilapangkan rizqi
Bacaan Yasin Ketiga: Diniati agar hatinya kaya, dan agar diberi husnul khatimah

ثُمَّ تَقْرَأُ الدُّعَاءَ، وَهُوَ هَذَا:

Kemudian kamu baca doa, yaitu:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِاَللَّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْهِ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ يَا ذَا الطَّوْلِ وَالْإِنْعَامِ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ ظَهْرَ اللاَّجِيْنَ وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأْمَنَ الْخَائِفِيْنَ اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبتَنِيْ عِندَكَ فِيْ أُمِّ الْكِتَابِ شَقِيًّا أَو مَحرُوْمًا أَوْ مُقَتَّرًا عَلَيَّ فِي الرِّزقِ فَامْحُ مِنْ أُمِّ الْكِتَابِ شَقَاوَتِيْ وَحِرمَانِيْ وَتَقْتِيْرَ رِزْقِيْ وَأَثْبِتْنِيْ عِنْدَكَ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِيْ كِتَابِكَ الْمُنْزَلِ عَلَى نَبيِّكَ الْمُرْسَلِ يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاء وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَاب. إِلَهِيْ بالتَّجَلِّي الْأَعْظَمِ فِيْ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمِ الَّتِيْ يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيْمٍ وَ يُبْرَمُ اِكْشِفْ عَنِّيْ مِنَ الْبَلَاءِ مَا أَعلَمُ وَمَا لَا أَعْلَمُ فَاغْفِرْ لِيْ مَا أَنْتَ بِهِ أَعلَمُاَللَّهُمَّ اجْعَلْنِيْ مِنْ أَعْظَمِ عِبَادِكَ حَظًّا وَنَصِيْبًا فِيْ كُلِّ شَيْءٍ قَسَمْتَهُ فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ مِنْ نُوْرٍ تَهْدِي بِهِ، أَوْ رَحْمَةٍ تَنْشُرُهَا، أَوْ رِزْقٍ تَبْسُطُهُ، أَوْ فَضْلٍ تَقْسِمُهُ عَلَى عِبَادِكَ الْمُؤْمِنِيْنَ، يَا اَللهُ يَا اَللهُ يَا اَللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ.اَللَّهُمَّ هَبْ لِيْ قَلْبًا تَقِيًّا نَقِيًّا مِنَ الشِّرْكِ بَرِيًّا، لَا كَافِرًا وَلَا شَقِيًّا، وَقَلْبًا سَلِيْمًا خَاشِعًا ضَارِعًا. اَللَّهُمَّ امْلأْ قَلْبِيْ بِنُوْرِكَ وَأَنْوَارِ مُشَاهَدَتِكَ وَجَمَالِكَ وَكَمَالِكَ وَمَحَبَّتِكَ وَعِصْمَتِكَ وَقُدْرَتِكَ وَعِلْمِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
هَذَا أَقَلُّهُ. وَأَكْمَلُهُ:

Doa di atas adalah minimal. Doa yang lebih sempurna adalah sbb:

إِلَهِيْ تَعَرَّضَ إِلَيْكَ فِيْ هذِهِ اللَّيْلَةِ الْمُتَعَرِّضُوْنَ، وَقَصَدَكَ وَأَمَّلَ مَعْرُوْفَكَ وَفَضْلَكَ الطَّالِبُوْنَ، وَرَغَبَ إِلَى جُوْدِكَ وَكَرَمِكَ الرَّاغِبُوْنَ وَلَكَ فِي هذِهِ اللَّيْلَةِ نُفَحَاتٌ، وعَطَايَا وَجَوَائِزُ وَمَوَاهِبُ وَهَبَّاتٌ، تَمُنُّ بِهَا عَلَى مَنْ تَشَاءُ مِنْ عِبَادِكَ وَتَخُصُّ بِهَا مَنْ أَحْبَبْتَهُ مِنْ خَلْقِكَ، وَتَمْــنَعُ وَتَحْرُمُ مَنْ لَمْ تَسْبِقْ لَهُ الْعِنَايَةُ مِنْكَ،
فَأَسْأَلُكَ يَا اللهُ بِأَحَبِّ الأَسْمَاءِ إِلَيْكَ، وَأَكْرَمِ الْأَنْبِيَاءِ عَلَيْكَ، أَنْ تَجْعَلَنِيْ مِمَّنْ سَبَقَتْ لَهُ مِنْكَ الْعِنَايَةُ، وَاجْعَلْنِيْ مِنْ أَوْفَرِ عِبَادِكَ وَاجْزَلِ خَلْقِكَ حَظًّا وَنَصِيْبًا وَقِسْمًا وَهِبَةً وَعَطِيَّةً فِيْ كُلِّ خَيْرٍ تَقْسِمُهُ فِيْ هذِهِ اللَّيْلَةِ أَوْ فِيْمَا بَعْدَهَا مِنْ نُوْرٍ تَهْدِيْ بِهِ أَوْ رَحْمَةٍ تَنْشُرُهَا أَوْ رِزْقٍ تَبْسُطُهُ أَوْ ضُرٍّ تَكْشِفُهُ أَوْ ذَنْبٍ تَغْفِرُهُ أَوْ شِدَّةٍ تَدْفَعُهَا أَوْ فِتْنَةٍ تَصْرِفُهَا أَوْ بَلَاءٍ تَرْفَعُهُ، أَوْ مُعَافَاةٍ تَمُنُّ بِهَا أَوْ عَدُوٍّ تَكْفِيْهِ فَاكْفِنِيْ كُلَّ شَرٍّ وَوَفِّقْنِيَ اللَّهُمَّ لِمَكَارِمِ الْأَخْلَاقِ وَارْزُقْنِيَ الْعَافِيَةَ وَالْبَرَكَةَ وَالسَّعَةَ فِي الْأَرْزَاقِ وَسَلِّمْنِيْ مِنَ الرِّجْزِ وَالشِّرْكِ وَالنِّفَاقِ
اَللَّهُمَّ إِنَّ لَكَ نَسَمَاتِ لُطْفٍ إِذَا هَبَّتْ عَلَى مَرِيْضِ غَفْلَةٍ شَفَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ نَفَحَاتِ عَطْفٍ إِذَا تَوَجَّهَتْ إِلَى أَسِيْرِ هَوًى أَطْلَقَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ عِنَايَاتِ إِذَا لَاحَظَتْ غَرِيْقًا فِيْ بَحْرِ ضَلَالَةٍ أَنْقَذَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ سَعَادَاتٍ إِذَا أَخَذَتْ بِيَدِ شَقِيٍّ أَسْعَدَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ لَطَائِفَ كَرَمٍ إِذَا ضَاقَتِ الْحِيْلَةُ لِمُذْنِبٍ وَسَعَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ فَضَائِلَ وَنِعَمًا إِذَا تَحَوَّلَتْ إِلَى فَاسِدٍ أَصْلَحَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ نَظَرَاتِ رَحْمَةٍ إِذَا نَظَرَتْ بِهَا إِلَى غَافِلٍ أَيْقَظَتْهُ،
فَهَبْ لِيَ اللَّهُمَّ مِنْ لُطْفِكَ الْخَفِيِّ نَسَمَةً تَشْفِيْ مَرْضَ غَفْلَتِي، وَانْفَحْنِيْ مِنْ عَطْفِكَ الوَفِيِّ نَفْحَةً طَيِّبَةً تُطْلِقُ بِهَا أَسْرِي مِنْ وَثَاقِ شَهْوَتِيْ، وَالْحَظْنِيْ وَاحْفَظْنِيْ بِعَيْنِ عِنَايَتِكَ مُلَاحَظَةً تُنْقِذُنِيْ بِهَا وَتُنْجِيْنِيْ بِهَا مِنْ بَحْرِ الضَّلَالَةِ, وَآتِنِيْ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، تُبَدِّلُنِي بِهَا سَعَادَةً مِنْ شَقَاوَةٍ وَاسْمَعْ دُعَائِيْ، وَعَجِّلْ إِجَابَتِيْ، وَاقْضِ حَاجَتِيْ وَعَافِنِيْ، وَهَبْ لِيْ مِنْ كَرَمِكَ وَجُوْدِكَ الْوَاسِعِ مَا تَرْزُقُنِيْ بِهِ الْإِنَابَةَ إِلَيْكَ مَعَ صِدْقِ اللَّجَأِ وَقَبُوْلِ الدُّعَاِء، وَأَهِّلْنِيْ لِقَرْعِ بَابِكَ لِلدُّعَاءِ يَا جَوَادُ، حَتَّى يَتَّصِلَ قَلْبِيْ بِمَا عِنْدَكَ، وَتُبَلِّغُنِيْ بِهَا إِلَى قَصْدِكَ يَا خَيْرَ مَقْصُوْدٍ، وَأَكْرَمَ مَعْبُوْدٍ اِبْتِهَالِيْ وَتَضَرُّعِيْ فِيْ طَلَبِ مَعُوْنَتِكَ وَأَتَّخِذُكَ يَا إِلَهِيْ مَفْزَعًا وَمَلْجَأً أَرْفَعُ إِلَيْكَ حَاجَتِيْ وَمَطَالِبِيْ وَشَكَوَايَ، وَأُبْدِي إِلَيْكَ ضُرِّي، وَأُفَوِّضُ إِلَيْكَ أَمْرِي وَمُنَاجَاتِيْ، وَأَعْتَمِدُ عَلَيْكَ فِيْ جَمِيْعِ أُمُوْرِيْ وَحَالَاتِيْ
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ وَهذِهِ اللَّيْلَةَ خَلْقٌ مِنْ خَلْقِكَ فَلَا تَبْلُنِيْ فِيْهَا وَلَا بَعْدَهَا بِسُوْءٍ وَلَا مَكْرُوْهٍ، وَلَا تُقَدِّرْ عَلَيَّ فِيْهَا مَعْصِيَّةً وَلَا زَلَّةً، وَلَا تُثْبِتْ عَلَيَّ فِيْهَا ذَنْبًا، وَلَا تَبْلُنِيْ فِيْهَا إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ، وَلَا تُزَيِّنْ لِيْ جَرَاءَةً عَلَى مَحَارِمِكَ وَلَا رُكُوْنًا إِلَى مَعْصِيَتِكَ، وَلَا مَيْلاً إِلَى مُخَالَفَتِكَ، وَلَا تَرْكًا لِطَاعَتِكَ، وَلَا اِسْتِخْفَافًا بِحَقِّكَ، وَلَا شَكًّا فِيْ رِزْقِكَ، فَأَسْأَلُكَ اللَّهُمَّ نَظْرَةً مِنْ نَظَرَاتِكَ وَرَحْمَةً مِنْ رَحْمَاتِكَ، وَعَطِيَّةً مِنْ عَطِيَّاتِكَ اللَّطِيْفَةِ، وَارْزُقْنِيْ مِنْ فَضْلِكَ، وَاكْفِنِيْ شَرَّ خَلْقِكَ، وَاحْفَظْ عَلَيَّ دِيْنَ الْإِسْلَامِ، وَانْظُرْ إِلَيْنَا بِعَيْنِكَ الَّتِيْ لَا تَنَامُ، وَآتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (ثلاثا)
إِلَهِيْ بِالتَّجَلِّي الأَعْظَمِ فِيْ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ الشَّهْرِ الأَكْرَمِ، الَّتِيْ يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيْمٍ وَيُبْرَمُ، اِكْشِفْ عَنَّا مِنَ الْبَلَاءِ مَا نَعْلَمُ وَمَا لَا نَعْلَمُ، وَاغْفِرْ لَنَا مَا أَنْتَ بِهِ أَعْلَمُ (ثلاثا)
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا تَعْلَمُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُ مِنْ كُلِّ مَا تَعْلَمُ، إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوْبِ. اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَاَ تَعْلَمُ وَمَا لَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا أَعْلَمُ وَمَا لَا أَعْلَمُ. اَللَّهُمَّ إِنَّ الْعِلْمَ عِنْدَكَ وَهُوَ عَنَّا مَحْجُوْبٌ، وَلَا نَعْلَمُ أَمْرًا نَخْتَارُهُ لِأَنْفُسِنَا، وَقَدْ فَوَّضْنَا إِلَيْكَ أُمُوْرَنَا، وَرَفَعْنَا إِلَيْكَ حَاجَاتِنَا، وَرَجَوْنَاكَ لِفَاقَاتِنَا وَفَقْرِنَا، فَارْشُدْنَا يَا اَللهُ، وَثَبِّتْنَا وَوَفِّقْنَا إِلَى أَحَبِّ الْأُمُوْرِ إِلَيْكَ وَأَحْمَدِهَا لَدَيْكَ، فَإِنَّكَ تَحْكُمُ بِمَا تَشَاءُ وَتَفْعَلُ مَا تُرِيْدُ، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظَيْمِ
سُبْحَانَ رَبِكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Keempat:

Dituturkan oleh Sayyid Murtadha Azzabidi dalam Kitab Ithaafissadaatil Muttaqin, Syarh Ihyaa` Uluumiddin juz 3 halaman 424:

وَقَدْ تَوَارَث الْخَلَفُ عَنِ السَّلَفِ فِيْ إِحْيَاءِ هَذِهِ اللَّيْلَةِ بِصَلَاةِ سِتِّ رَكَعَاتٍ بَعْدَ صَلَاة الْمَغْرِبِ

Ulama khalaf telah mewarisi para ulama salaf dalam menghidupkan malam Nishfu Sya'ban dengan melakukan shalat enam rakaat setelah shalat Maghrib

كُلُّ رَكْعَتَيْنِ بِتَسْلِيْمَةٍ يَقْرَأُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ مِنْهَا بِالْفَاتِحَةِ مَرَّةً وَالْإِخْلَاصِ سِتَّ مَرَّاتٍ

Tiap dua rakaat dengan satu salaman. Setiap satu rakaat membaca surat Al Fatihah satu kali dan Surat Al Ikhlas enam kali

بَعْدَ الْفَرَاغِ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ يَقْرَأُ سُوْرَةَ يس مَرَّةً وَيَدْعُوْ اَلدُّعَاءَ الْمَشْهُوْرَ بِدُعَاءِ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ

Usai shalat dua rakaat, membaca Surat Yasin satu kali dan berdoa dengan doa yang telah masyhur yaitu doa malam nisfu sya'ban

وَيَسْأَلُ اللهَ تَعَالَى اَلْبَرَكَةَ فِي الْعُمْرِ
Bacaan pertama dengan berdoa memohon kepada Allah agar diberi keberkahan didalam umurnya

ثُمَّ فِي الثَّانِيَةِ اَلْبَرَكَةَ فِي الرِّزْقِ
Bacaan kedua memohon agar agar diberi keberkahan didalam rizkinya

ثُمَّ فِي الثَّالِثَةِ اَلْبَرَكَةَ فِيْ حُسْنِ الْخَاتِمَةِ
Bacaan ketiga memohon agar diberi keberkahan mendapat predikat husnul Khatimah

وَذَكَرُوْا أَنَّ مَنْ صَلَّى هَكَذَا بِهَذِهِ الْكَيْفِيَّةِ أُعْطِيَ جَمِيْعَ مَا طَلَبَ

Ulama menuturkan bahwa barangsiapa yang melaksanakan shalat seperti tata cara tersebut, akan diberi segala apa yang diinginkan

وَهَذِهِ الصَّلَاةُ مَشْهُوْرَةٌ فِيْ كُتُبِ الْمُتَأَخِّرِيْنَ مِنَ السَّادَةِ الصُّوْفِيَّةِ وَلَمْ أَرَ لَهَا وَلَا لِدُعَائِهَا مُسْتَنَدًا صَحِيْحًا فِي السُّنَّةِ اِلَّا اَنَّهُ مِنْ عَمَلِ الْمَشَايِخِ

Shalat ini masyhur didalam kitab-kitab ulama mutaakhkhirin dari Saadat Shufiyyah. Aku belum melihat sandaran yang shahih dari Assunnah mengenai shalat ini dan doanya, hanya saja hal itu adalah termasuk dari amaliyah para Masyayikh.

Penutup :

Perihal Membaca Surat Yasin pada Malam Nishfu Sya’banDikutip dari Kitab SYAHRU SYA’BAAN MAA DZAA FIIH?, karya Sayyid Dr. Muhammad bin Alawi Al Maaliki, halaman 23 :

قِرَاءَةُ يس لِقَضَاءِ الْحَوَائِجِقِرَاءَةُ يس بِنِيَّةِ طَلَبِ الْخَيْرِ الدُّنْيَوِيِّ وَالْأُخْرَوِيِّ أَوْ قَرِاءَةُ الْقُرْآنِ كُلِّهِ لِذَلِكَ لَا حَرَجَ فِيْهِ وَلَيْسَ بِمَمْنُوْعٍ .
وَقَدِ ادَّعَى بَعْضُهُمْ أَنَّ ذَلِكَ حَرَامٌ أَوْ مَمْنُوْعٌ أَوْ بِدْعَةٌ سَيِّئَةٌ إِلَى آخِرِ الْقَائِمَةِ الْمَعْرُوْفَةِ الْمَشْهُوْرَةِ فِيْ هَذَا الْبَابِ وَالَّتِيْ نَسْمَعُهَا مُطْلَقَةً فِيْ كُلِّ مُسْتَحْدَثٍ جَدِيْدٍ دُوْنَ شَرْطٍ أَوِ احْتِرَازٍ أَوْ تَقْيِيْدٍ ، وَهَذَا نَصُّ كَلَامِهِمْ : مَا يَفْعَلُهُ عَامَّةُ النَّاسِ مِنْ قِرَاءَةِ سُوْرَةِ يس ثَلَاثَ مَرَّاتٍ : مَرَّةٌ بِنِيَّةِ طُوْلِ الْعُمُرِ مَعَ التَّوْفِيْقِ لِلطَّاعَةِ ، اَلثَّانِيَةُ بِنِيَّةِ الْعِصْمَةِ مِنَ الْآفَاتِ وَالْعَاهَاتِ وَنِيَّةِ سَعَةِ الرِّزْقِ ، اَلثَّالِثَةُ لِغِنَى الْقَلْبِ وَحُسْنِ الْخَاتِمَةِ ، وَالصَّلَاةُ الَّتِيْ يُصَلُّوْنَـهَا بَيْنَ الدُّعَاءِ ، وَالصَّلَاةُ بِنِيَّةٍ خَاصَّةٍ لِقَضَاءِ حَاجَةٍ مُعَيَّنَةٍ ، كُلُّ ذَلِكَ بَاطِلٌ لَا أَصْلَ لَهُ وَلَا تَصِحُّ الصَّلَاةُ إِلَّا بِنِيَّةٍ خَالِصَـةٍ للهِ تَعَالَى لَا لِأَجْلِ غَرَضٍ مِنَ الْأَغْرَاضِ ، قَالَ تَعَالَى : ﴿ وَمَا أُمِرُوْا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ﴾ سورة البينة ، آية 5 . هَذَا كَلَامُ الْمُنْكِرِيْنَ .
أَقُوْلُ : إِنَّ هَذِهِ الدَّعْوَى هِيَ بِنَفْسِهَا بَاطِلَةٌ لِأَنَّـهَا مَبْنِيَّةٌ عَلَى قَوْلٍ لَا دَلِيْلَ عَلَيْهِ ، وَفِيْهِ تَحَكُّمٌ وَتَحْجِيْرٌ لِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ . وَالْحَقُّ أَنَّهُ لَا مَانِعَ أَبَدًا مِنِ اسْتِعْمَالِ الْقُرْآنِ وَالْأَذْكَارِ وَالْأَدْعِيَةِ لِلْأَغْرَاضِ الدُّنْيَوِيَّةِ وَالْمَطَالِبِ الشَّخْصِيَّةِ وَالْحَاجَاتِ وَالْغَايَاتِ وَالْمَقَاصِدِ بَعْدَ إِخْلَاصِ النِّيَّةِ للهِ فِيْ ذَلِكَ ، فَالشَّرْطُ هُوَ إِخْلَاصُ النِّيَّةِ فِي الْعَمَلِ للهِ تَعَالَى . وَهَذَا مَطْلُوْبٌ فِيْ كُلِّ شَيْئٍ مِنْ صَلَاةٍ وَزَكَاةٍ وَحَجٍّ وَجِهَادٍ وَدُعَاءٍ وَقِرَاءَةِ قُرْآنٍ ، فَلَا بُدَّ فِيْ صِحَّةِ الْعَمَلِ مِنْ إِخْلَاصِ النِّيَّةِ للهِ تَعَالَى ، وَهُوَ مَطْلُوْبٌ لَا خِلَافَ فِيْهِ بَلْ إِنَّ الْعَمَلَ إِذَا لَمْ يَكُنْ خَالِصًا للهِ تَعَالَى فَإِنَّهُ مَرْدُوْدٌ ، قَالَ تَعَالَى : ﴿ وَمَا أُمِرُوْا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ﴾ ، لَكِنْ لَا مَانِعَ مِنْ أَنْ يُضِيْفَ الْإِنْسَانُ إِلَى عَمَلِهِ مَعَ إِخْلَاصِهِ مَطَالِبَهُ وَحَاجَاتِهِ الدِّيْنِيَّةَ وَالدُّنْيَوِيَّةَ ، اَلْحِسِّيَّةَ وَالْمَعْنَوِيَّةَ ، اَلظَّاهِرَةَ وَالْبَاطِنَةَ .
وَمَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ يس أَوْ غَيْرَهَا مِنَ الْقُرْآنِ للهِ تَعَالَى طَالِبًا اَلْبَرَكَةِ فِي الْعُمُرِ وَالْبَرَكَةَ فِي الْمَالِ وَالْبَرَكَةَ فِي الصِّحَّةِ فَإِنَّهُ لَا حَرَجَ عَلَيْهِ . وَقَدْ سَلَكَ سَبِيْلَ الْخَيْرِ ( بِشَرْطِ أَنْ لَا يَعْتَقِدَ مَشْرُوْعِيَّةَ ذَلِكَ بِخُصُوْصِهِ ) فَلْيَقْرَأْ يس ثَلَاثًا أَوْ ثَلَاثِيْنَ مَرَّةً أَوْ ثَلَاثَمِائَةِ مَرَّةٍ ، بَلْ لِيَقْرَأْ الْقُرْآنَ كُلَّهُ للهِ تَعَالَى خَالِصًا لَهُ مَعَ طَلَبِ قَضَاءِ حَوَائِجِهِ وَتَحْقِيْقِ مَطَالِبِهِ وَتَفْرِيْجِ هَمِّهِ وَكَشْفِ كَرْبِهِ وَشِفَاءِ مَرَضِهِ وَقَضَاءِ دَيْنِهِ ، فَمَا الْحَرَجُ فِيْ ذَلِكَ ؟ وَاللهُ يُحِبُّ مِنَ العَبْدِ أَنْ يَسْأَلَهُ كُلَّ شَيْئٍ حَتَّى مِلْحَ الطَّعَامِ وَإِصْلَاحَ شَسْعِ نَعْلِهِ وَكَوْنُهُ يُقَدَّمُ بَيْنَ يَدَيْ ذَلِكَ سُوْرَةُ يس أَوِ الصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا هُوَ إِلَّا مِنْ بَابِ التَّوَسُّلِ بِالْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ وَبِالْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَذَلِكَ مُتَّفَقٌ عَلَى مَشْرُوْعِيَّتِهِ

Wallaahu A’lamu bishshawaab. Semoga bermanfaat. Sekian dan terima kasih.
 
Copyright © benangmerahdasi.com. Designed by OddThemes & VineThemes