KAJIAN KITAB

AZWAJA

ASBABUN NUZUL

Latest Updates

Showing posts with label Fathul Mu'in. Show all posts
Showing posts with label Fathul Mu'in. Show all posts

Kajian Ilmu Fiqih Kitab Fathul Mu'in Tentang Syarat Wudhu dan Fardlunya Wudhlu

February 08, 2018


Kajian Ilmu Fiqih Kitab Fathul Tentang Mu'in Syarat Wudhu dan Fadlunya Wudhlu
Kajian Ilmu Fiqih Kitab Fathul Tentang Mu'in Syarat Wudhu dan Fadlunya Wudhlu

Benangmerahdasi  -Kajian Ilmu Fiqih Kitab Fathul Mu'in

Kajian : Ilmu fiqih
Kitab : fathul Mu'in,
Syaikh Zaenuddin Almalibary
Nomor : 012
Oleh : Daviq Muntaqy

(و) خامسها : (دخول وقت لدائم حدث) كسلس ومستحاضة.
ويشترط له أيضا ظن دخوله، فلا يتوضأ - كالمتيمم - لفرض أو نفل مؤقت قبل وقت فعله، ولصلاة جنازة قبل الغسل، وتحية قبل دخول المسجد، وللرواتب المتأخرة قبل فعل الفرض،

ولزم وضوآن أو تيممان على خطيب دائم الحدث، أحدهما : للخطبتين والآخر بعدهما لصلاة جمعة، ويكفي واحد لهما لغيره،
ويجب عليه الوضوء لكل فرض - كالتيمم وكذا غسل الفرج وإبدال القطنة التي بفمه والعصابة، وإن لم تزل عن موضعها.
وعلى نحو سلس مبادرة بالصلاة، فلو أخر لمصلحتها كانتظارجماعة أو جمعة وإن أخرت عن أول الوقت وكذهاب إلى مسجد لم يضره.

(وفروضه ستة) أحدها: (نية) وضوء أو أداء (فرض وضوء) أو رفع حدث لغير دائم حدث، حتى في الوضوء المجدد أو الطهارة عنه، أو الطهارة لنحو الصلاة، مما لا يباح إلا بالوضوء، أو استباحة مفتقر إلى وضوء كالصلاة ومس المصحف.
ولا تكفي نية استباحة ما يندب له الوضوء، كقراءة القرآن أو الحديث، وكدخول مسجد وزيارة قبر.
والاصل في وجوب النية خبر، إنما الاعمال بالنيات.
أي إنما صحتها لاكمالها.

( Hamisy i'anah Juz 1 hal 46~48 )
--------------------------------------------------------------------
(و) خامسها : (دخول وقت لدائم حدث) كسلس ومستحاضة.

Nomer 5 dari syaratnya wudlu adalah :
masuknya waktu bagi orang yg selalu hadast seperti orang yang beser dan wanita istihadloh.

ويشترط له أيضا ظن دخوله، فلا يتوضأ - كالمتيمم - لفرض أو نفل مؤقت قبل وقت فعله، ولصلاة جنازة قبل الغسل، وتحية قبل دخول المسجد، وللرواتب المتأخرة قبل فعل الفرض.

Disyaratkan pula baginya untuk dzon (menyangka dengan kuat) masuknya waktu, maka seperti halnya orang yang bertayammum, ia tidak boleh berwudlu :
Untuk sholat fardlu atau sholat sunnah yang memiliki waktu SEBELUM (masuk) waktu pelaksanaannya,
Untuk sholat jenazah SEBELUM dimandikan,
Untuk sholat tahiyyatul masjid SEBELUM masuk ke masjid
dan Untuk sholat sunah rawatib yang diakhirkan dari sholat fardlunya SEBELUM melaksanakan sholat fardlu.

ولزم وضوآن أو تيممان على خطيب دائم الحدث، أحدهما : للخطبتين والآخر بعدهما لصلاة جمعة، ويكفي واحد لهما لغيره،

Dan wajib dua wudlu atau dua tayammum
bagi khotib yg langgeng hadastnya.
Satu untuk 2 khutbah dan satu yang lain untuk sholat jumatnya.
Dan bagi selainnya cukup satu wudlu untuk khotbah dan sholat.

ويجب عليه الوضوء لكل فرض - كالتيمم وكذا غسل الفرج وإبدال القطنة التي بفمه والعصابة، وإن لم تزل عن موضعها.

Dan wajib atasnya berwudlu untuk setiap fardlu sebagaimana tayammum, Begitu pula wajib mencuci farji dan mengganti kapas yang ada di mulut farji dan membalutnya, meskipun tidak bergeser dari tempatnya.

وعلى نحو سلس مبادرة بالصلاة، فلو أخر لمصلحتها كانتظارجماعة أو جمعة وإن أخرت عن أول الوقت وكذهاب إلى مسجد لم يضره.

Dan wajib bagi semisal orang yang beser  untuk men segera kan sholat,
Lalu jika ia mengakhirkan untuk kemaslahatan sholat spt menunggu pelaksanaan jamaah atau jum'at, (meskipun pelaksanaannya di akhirkan dari awal waktu) dan seperti berangkat ke masjid, maka semua itu tidak apa apa baginya.

(وفروضه ستة) أحدها: (نية) وضوء أو أداء (فرض وضوء) أو رفع حدث لغير دائم حدث، حتى في الوضوء المجدد أو الطهارة عنه، أو الطهارة لنحو الصلاة، مما لا يباح إلا بالوضوء، أو استباحة مفتقر إلى وضوء كالصلاة ومس المصحف.
Baca Juga: Syarat dan ketentuan dalam berwudlu

Fardlunya wudlu ada 6.

1. Niat.

(Yang di ucapkan dalam hatinya adalah) :
Niat berwudlu, atau niat melakukan fardlunya wudlu, atau niat menghilangkan hadast bagi selain da'imul hadast,
(Niat2 seperti itu harus di lakukan) bahkan untuk wudlu yg di perbaharui. atau niat bersuci dari hadast,
atau niat bersuci untuk melakukan hal2 yang tidak diperbolehkan kecuali dengan menggunakan wudlu semisal sholat.
atau niat diperbolehkannya melakukan hal yang membutuhkan wudlu seperti sholat dan memegang mushaf.

ولا تكفي نية استباحة ما يندب له الوضوء، كقراءة القرآن أو الحديث، وكدخول مسجد وزيارة قبر.
والاصل في وجوب النية خبر، إنما الاعمال بالنيات.
أي إنما صحتها لاكمالها.

Dan tidaklah mencukupi, niat untuk diperbolehkannya melakukan perkara yang wudlu disunahkan untuknya.
Seperti membaca Alqur'an, Hadist, masuk masjid dan ziarah kubur.
Dasar dari wajibnya niat adalah hadist Innamal A'maalu binniyat,(sesungguhnya sahnya Amal hanyalah dengan niat).
Maksud (dari hasr) adalah Sahnya Amal dan bukan sempurnanya amal.

Bersambung....
______________

DASI Dagelan Santri Indoensia 

Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in Syarat dan Ketentuan dalam Berwudhu

January 18, 2018
Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in Tentang syarat dan ketentuan dalam berwudhu serta hukum kotoran yang berada di bawah kuku saat berwudu


Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in Syarat dan Ketentuan dalam Berwudhu
Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in Syarat dan Ketentuan dalam Berwudhu

Benangmerahdasi 
-Kajian Ilmu Fiqih kitab Fathul Mu'in

Kajian : Ilmu fiqih
Kitab : fathul Mu'in,
Syaikh Zaenuddin Almalibary
Nomor : 011
Oleh : Daviq Muntaqy
....................................
والماء القليل إذا تنجس يطهر ببلوغه قلتين ولو بماء متنجس - حيث لا تغير به، والكثير يطهر بزوال تغيره بنفسه أو بماء زيد عليه أو نقص عنه وكان الباقي كثيرا.

Air sedikit ketika najis bisa kembali suci dengan mencapai ukuran dua kullah meski dengan (ditambahkan) air mutanajis sekira memang tidak ada perubahan.
Air banyak (yg najis) bisa kembali suci dengan sebab hilang perubahannya,
baik hilang dengan sendirinya atau sebab air yang di tambahkan kepadanya,
Atau dengan sebab di kurangi sementara air yg tersisa masih mencapai dua kullah (banyak).

(و) ثانيها: (جري ماء على عضو) مغسول، فلا يكفي أن يمسه الماء بلا جريان لانه لا يسمى غسلا.

Nomer 2 dari syarat wudlu :
Mengalirnya air di atas anggota yg dibasuh.
Sehingga tidaklah cukup menempelkan air ke anggota tanpa mengalir, karena hal tersebut tidak di namakan membasuh.

(و) ثالثها: (أن لا يكون عليه) أي على العضو (مغير للماء تغيرا ضارا) كزعفران وصندل، خلافا لجمع.

Nomer 3 dari syarat wudlu :
Hendaknya di atas anggota tidak terdapat perkara yang dapat merubah air dengan perubahan yg membahayakan (dapat menghilangkan kemutlakan air) seperti minyak za'faron atau minyak cendana.
Berbeda dengan pendapat sebagian ulama yg mengatakan dimaafkannya sesuatu yang ada diatas anggota.

(و) رابعها : (أن لا يكون على العضو حائل) بين الماء والمغسول، (كنورة) وشمع ودهن جامد وعين حبر وحناء، بخلاف دهن جار أي مائع - وإن لم يثبت الماء عليه - وأثر حبر وحناء.

Nomer 4 dari syarat wudlu :
Hendaknya tidak ada penghalang antara air dan anggota yg dibasuh seperti kapur, lilin, minyak padat, materi tinta dan pacar/inai.
Baca Juga: Kajian Fiqih Hukum air yang terkena najis berdasarkan jumlahnya

Berbeda dengan minyak yg cair, meskipun menjadikan air tidak menempel di anggota,
dan atsar (bekas) dari tinta dan pacar.

وكذا يشترط - على ما جزم به كثيرون - أن لا يكون وسخ تحت ظفر يمنع وصول الماء لما تحته، خلافا لجمع منهم الغزالي والزركشي وغيرهما، وأطالوا في ترجيحه وصرحوا بالمسامحة عما تحتها من الوسخ دون نحو العجين وأشار الاذرعي وغيره إلى ضعف مقالتهم.

Begitu pula di syaratkan (menurut pendapat yg mantap di pegang banyak ulama) Hendaknya tidak ada kotoran dibawah kuku yang bisa menghalangi sampainya air pada apa yg ada dibawahnya.
Berbeda dengan pendapat sekelompok ulama, diantaranya Imam Alghozali, Imam Azzarkasyi dan lainnya.

Mereka mentarjih hal teresbut secara panjang lebar dan mereka menjelaskan bahwa :
kotoran (daki) dibawah kuku hukumnya dimaafkan, tapi tidak dimaafkan semisal adonan roti.
Imam Al adzro'i dan lainnya mengisyaratkan lemahnya pendapat mereka.

وقد صرح في التتمة وغيرها، بما في الروضة وغيرها، من عدم
المسامحة بشئ مما تحتها حيث منع وصول الماء بمحله.

Imam Almutawalli dalam kitab tatimmah menjelaskan tentang keterangan yg ada dalam kitab Ar raudloh dan lainnya, yaitu :

tidak di maafkannya sesuatu yg ada dibawah kuku (baik daki atau adonan) sekira mencegah sampainya air ke tempat dibawah sesuatu tsb.

وأفتى البغوي في وسخ حصل من غبار بأنه يمنع صحة الوضوء، بخلاف ما نشأ من بدنه وهو العرق المتجمد.
وجزم به في الانوار.

Imam Albaghowi berfatwa tentang kotoran yg berasal dari debu,
Bahwasanya itu bisa mencegah sahnya wudlu. Berbeda dengan kotoran yang berasal dari badannya sendiri yaitu keringat yg mengeras.

Syekh Yusuf Alardabily mantap dengan fatwa tsb dalam kitabnya Al Anwar.

Bersambung..

DASI Dagelan Santri indonesia

Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in (Hukum Air yang Terkena Najis Berdasarkan Jumlahnya)

January 11, 2018
Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in (Hukum Air yang Terkena Najis Berdasarkan Jumlahnya)
Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in (Hukum Air yang Terkena Najis Berdasarkan Jumlahnya)

Benangmerahdasi -Kajian Ilmu fiqih

Kitab : fathul Mu'in,
Syaikh Zaenuddin Almalibary
Nomor : 010
Oleh : Daviq Muntaqy.

(أو بنجس) وأن قل التغير.
(ولو كان) الماء (كثيرا) أي قلتين أو أكثر في صورتي التغيير بالطاهر والنجس.

Atau (yg tidak berubah) sebab tercampur najis meskipun sedikit perubahannya.
Meskipun airnya banyak, maksudnya seukuran dua kullah atau lebih dalam dua contoh perubahan sebab tercampuri perkara suci dan najis.

والقلتان بالوزن : خمسمائة رطل بغدادي تقريبا، وبالمساحة في المربع: ذراع وربع طولا وعرضا وعمقا، بذراع اليد المعتدلة.
وفي المدور : ذراع من سائر الجوانب بذراع الآدمي، وذراعان عمقا بذراع النجار، وهو ذراع وربع.

Ukuran Air dua kullah dalam timbangan adalah kira2 500 kati baghdad,
Dan dalam ukuran wadah persegi empat adalah 1 1/4 dziro' disemua sisinya (panjangx lebar x tinggi) dengan dziro' yg normal.

Dan dalam wadah bundar (tabung) adalah satu dziro' dari semua sisi dengan ukuran dziro' manusia dan tinggi 2 dziro' dgn dziro' tukang kayu yaitu seukuran 1 1/4 dziro'.

ولا تنجس قلتا ماء ولو احتمالا، كأن شك في ماء أبلغهما أم لا، وإن تيقنت قلته قبل بملاقاة نجس ما لم يتغير به، وإن استهلكت النجاسة فيه.
ولا يجب التباعد من نجس في ماء كثير.

Air dua kullah (meskipun tidak yakin, seperti ragu2 apakah air mencapai dua kullah atau tidak dan meski di yakini sedikitnya sebelum itu) tidak menjadi najis sebab kejatuhan najis, selama tidak berubah dan meskipun najis larut di dalamnya.
Dan tidak wajib menjauhi najis dalam air yg banyak.

ولو بال في البحر مثلا فارتفعت منه رغوة فهي نجسة إن تحقق أنها من عين النجاسة، أو من المتغير أحد أوصافه بها، وإلا فلا.

Apabila seseorang kencing di air banyak lalu ada busa air naik (nyiprat) darinya maka cipratan tersebut dihukumi najis jika nyata2 berasal dari materi air kencing (najis),
Atau dari air yg berubah salah satu sifatnya sebab air kencing.
Dan jika tidak nyata dari air kencing maka tidak dihukumi najis.

ولو طرحت فيه بعرة، فوقعت من أجل الطرح قطرة على شئ لم تنجسه،

Apabila kotoran kering di jatuhkan ke air banyak lalu karenanya ada percikan air jatuh pada suatu benda maka tidak menajiskannya.

وينجس قليل الماء - وهو ما دون القلتين - حيث لم يكن واردا بوصول نجس إليه يرى بالبصر المعتدل، غير معفو عنه في الماء، ولو معفوا عنه في الصلاة، كغيره من رطب ومائع، وإن كثر.

Air sedikit yaitu yg kurang dua kullah (sekiranya bukan mendatangi)  menjadi najis dengan sebab tercampur najis yang terlihat dengan mata normal serta bukan najis yg di makfuw dalam air meski di makfuw dalam sholat, Sama hukumnya dengan air sedikit adalah perkara yg basah dan benda cair meskipun banyak.
Baca Juga: Kajian Fiqih kitab Fathul Mu'in tentang pengertian air mutlak dan perkara yang merubahnya
لا بوصول ميتة لا دم لجنسها سائل عند شق عضو منها، كعقرب ووزع، إلا إن تغير ما أصابته
- ولو يسيرا - فحينئذ ينجس.

Tidak najis dgn tercampuri bangkai yg tidak ada darah mengalir untuk jenisnya saat memotong anggota badannya spt kalajengking dan cicak, terkecuali jika air yg tercampurinya menjadi berubah meski sedikit,
Maka pada saat itu air dihukumi najis.

لا سرطان وضفدع فينجس بهما، خلافا لجمع، ولا بميتة كان نشؤها من الماء كالعلق، ولو طرح فيه ميتة من ذلك نجس، وإن كان الطارح غير مكلف، ولا أثر لطرح الحي مطلقا.

Bukan bangkainya kepiting dan katak, maka air najis oleh keduanya. berbeda dgn pendapat sebagian ulama.

Dan tidak najis pula oleh bangkai yg hidupnya di air seperi lintah.
Apabila bangkai2 tadi sengaja di masukkan ke air maka air menjadi najis, meskipun yg melakukan bukan mukallaf,
dan tidak ada pengaruh memasukkan binatang hidup secara mutlak.

واختار كثيرون من أئمتنا مذهب مالك: أن الماء لا ينجس مطلقا إلا بالتغير، والجاري كراكد وفي القديم: لا ينجس قليله بلا تغير، وهو مذهب مالك.
قال في المجموع: سواء كانت النجاسة مائعة أو جامدة.

Banyak dari imam2 kita memilih madzhab Imam Malik yg mengatakan : bahwasanya air tidak najis secara mutlak kecuali jika berubah.
Hukum air mengalir sama dengan air yg diam.
Dalam qaul qadim dikatakan : air sedikit tidak najis tanpa berubah dan itu merupakan madzhab imam Malik.

Imam Nawawi dalam kitab Majmuk berkata : baik najisnya beruba cair maupun padat.

Bersambung...

DASI Dagelan Santri Indonesia

Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in (Pengertian air mutlak dan perkara yang mengubahnya)

December 27, 2017
Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in (Pengertian Air mutlak)
Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in (Pengertian Air mutlak)

Benangmerahdasi - Kajian Ilmu Fiqih

Kajian : Ilmu fiqih
Kitab : fathul Mu'in,
Syaikh Zaenuddin Almalibary
Nomor : 009
Oleh : Daviq Muntaqy.

(و) غير (متغير) تغيرا (كثيرا) بحيث يمنع إطلاق اسم الماء عليه، بأن تغير أحد صفاته من طعم أو لون أو ريح،
ولو تقديريا أو كان التغير بما على عضو المتطهر في الاصح،
Dan <air mutlak adalah> bukan Air yg berubah dengan perubahan yg banyak, sekiranya mencegah penamaan air muthlak atasnya.
Dengan gambaran berubah satu dari sifat sifatnya; rasa, warna dan baunya.
Meskipun dengan perubahan yang dikira2kan (taqdiri).
atau meskipun berubahnya disebabkan sesuatu yg ada pada anggota menurut qaul yg ashoh.

وإنما يؤثر التغير إن كان (بخليط) أي مخالطا للماء،
وهو ما لا يتميز في رأي العين (طاهر) وقد (غني) الماء (عنه) كزعفران، وثمر شجر نبت قرب الماء، وورق طرح ثم تفتت، لا تراب وملح ماء وإن طرحا فيه.
Dan perubahan tsb mempengaruhi <terhadap kemampuan mensucikan> jika disebabkan oleh perkara yang larut dengan air (mukhalit).
mukhalit adalah perkara yang <ketika bercampur dgn air> tidak dapat dibedakan dalam pandangan mata,
Yang suci dan air mudah terhindar (tidak butuh) darinya, seperti za'faron, buah pepohonan yg tumbuh didekat air, dan daun2 yg sengaja dimasukkan ke air lalu hancur,
Bukan debu atau garam,meskipun keduanya sengaja di masukkan ke dalam air.
Baca juga: Kajian Fiqih kitab fathul mu'in penjelasan tentang air musta'mal

ولا يضر تغير لا يمنع الاسم لقلته ولو احتمالا، بأن شك أهو كثير أو قليل.
Dan tidak apa apa perubahan yang tidak sampai mencegah penamaan air mutlak karena sedikitnya perubahan,
meskipun secara ikhtimal (tidak yakin) seperti ragu ragu apakah perubahannya banyak atau sedikit.
وخرج بقولي بخليط المجاور، وهو ما يتميز للناظر، كعود ودهن ولو مطيبين، ومنه البخور وإن كثر وظهر نحو ريحه، خلافا لجمع.
Dikecualikan dengan "khalit" adalah mujawir, yaitu perkara yang bisa dibedakan <dari air> oleh yang melihat,
Seperti kayu, minyak meskipun di beri wewangian,
Dan termasuk dari mujawir adalah asap, meskipun banyak dan jelas baunya,
Berbeda dengan pendapat sekelompok ulama.
ومنه أيضا ماء أغلي فيه نحو بر وتمر حيث لم يعلم انفصال عين فيه مخالطة، بأن لم يصل إلى حد بحيث له اسم آخر كالمرقة، ولو شك في شئ أمخالط هو أم مجاور، له حكم المجاور.
Termasuk mujawir pula,
Air yang di dalamnya dipanaskan gandum atau kurma sekira tidak ada materi dari gandum dan kurma yang terpisah dan larut (mukhalathoh) didalamnya.

Dengan sekira tidak sampai pada batasan disebut dgn nama lain, seperti dinamakan kuah.
Apabila dia ragu2 apakah sesuatu itu tergolong mukhalit atau mujawir maka dihukumi mujawir.
وبقولي غني عنه ما لا يستغنى عنه، كما في مقرة وممره، من نحو طين وطحلب متفتت وكبريت، وكالتغير بطول المكث أو بأوراق متناثرة بنفسها وإن تفتتت وبعدت الشجرة عن الماء.
Dan dikecualikan dgn ucapanku "ghaniya anhu", adalah sesuatu yang air sulit terhindar (butuh bercampur) darinya, seperti perkara yg ada di tempat diamnya air dan tempat alirannya,
Dan (juga) seperti perubahan sebab lamanya diam atau sebab dedaunan pohon yang jatuh dengan sendirinya meski hancur dan tempat tumbuhnya jauh dari air.

Bersambung.

Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in (Penjelasan Air Musta'mal)

December 20, 2017

Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in (Penjelasan Air Musta'mal)
Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in (Penjelasan Air Musta'mal)

Benangmerahdasi- Kajian : Ilmu fiqih

Kitab : fathul Mu'in,
Syaikh Zaenuddin Almalibary
Nomor : 008
Oleh : Daviq Muntaqy.

(فرع)
لو أدخل المتوضئ يده بقصد الغسل عن الحدث 
أولا بقصد بعد نية الجنب، أو تثليث وجه المحدث، 
أو بعد الغسلة الاولى، إن قصد الاقتصار عليها، 
بلا نية اغتراف ولا قصد أخذ الماء لغرض آخر صار مستعملا بالنسبة لغير يده فله أن يغسل بما فيها باقي ساعدها.

(Far'un)

• Apabila orang yg berwudlu memasukkan tangannya (ke air sedikit) dengan maksud basuhan untuk menghilangkan hadast,

• Atau (apabila orang yg mandi junub) memasukkan tangannya (ke air sedikit) dengan tanpa maksud setelah dia berniat,

• Atau bagi yg berwudlu setelah membasuh wajah tiga kali, atau setelah basuhan pertama jika bermaksud mencukupkan basuhan wajah hanya satu kali.

(Kesemuanya dilakukan)
tanpa niat ightiraf/nyiduk dan juga tanpa maksud mengambil air untuk tujuan yg lain, Maka air dihukumi mustakmal, untuk selain tangannya,

(adapun untuk tangannya air tidak dihukumi mustakmal)
Sehingga dia masih bisa membasuh sisa lengannya dengan air yg ada tangannya tersebut.

Nb :
niat ightiraf ini, Tempatnya  sebelum menyentuh air, Maka tidak dianggap jika dilakukan sesudahnya.
Keterangan :
Baca juga: Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in Syarat-syarat sholat dan bersuci
Syarat air musta'mal ada 4 :
1. Sedikit
2. Digunakan untuk basuhan wajib
3. Sudah terpisah dari anggota yg dibasuh
4. Tidak ada niat ightirof pada saatnya.
(Bagi yg mandi setelah niat dan bagi yg berwudlu setelah membasuh wajah).


Berdasar pemahaman dari syarat-syarat mustakmal yg empat, Ketika seorang berwudlu dengan air sedikit dan dia berwudlu dengan cara menyiduk air menggunakan tangannya,
Maka Saat yang perlu diwaspadai bisa menjadikan air mustakmal adalah saat dia memasukkan tangan ke air setelah membasuh wajah, Karena itu adalah saat dia membasuh kedua tangannya.

Memasukkan tangan ke air pada saat itu, Secara dhohirnya urutan adalah saatnya basuhan untuk menghilangkan hadasnya tangan.
Maka jika saat itu dia memasukkan tangan  ke air tidak di sertai niat ightiraf.

( ightiraf atau nyiduk disini diartikan nyiduk dengan tujuan selain basuhan utk menghilangkan hadas,
(bisa nyiduk dengan tangan kiri untuk membasuh tangan kanan atau bisa pula niat nyiduk untuk meminum air karena haus, atau ada kucing lewat dan kita akan memberinya minum)
Maka dengan terangkatnya tangan dari air, air dihukumi mustakmal.

Karena sudah terkumpul syarat mustakmal yg tiga,
Yaitu : Sedikitnya air, basuhan wajib (menghilangkan hadast), tidak ada niat ightiraf dan air sudah terpisah dari anggota.

Untuk syarat yg terakhir, Mafhumnya adalah bahwa Air yg masih menempel di tangan belum dihukumi mustakmal. sehingga masih bisa di gunakan atau dimaksimalkan untuk meratakan basuhan yg tersisa dari lengannya.

Wallahu A'lam.

Bersambung..

DASI Dagelan Santri Indonesia

Kajian Ilmu Fiqih Kitab Fathul Mu'in (No: 007)

December 09, 2017

Kajian Ilmu Fiqih Kitab Fathul Mu'in  (No: 007)
Kajian Ilmu Fiqih Kitab Fathul Mu'in  (No: 007)

Benangmerahdasi -Kajian Ilmu Fiqih

Kitab  : Fathul Mu'in
Syaikh Zainuddin Almalibary
Nomor: 007
Oleh    : Daviq Muntaqy

Kajian Ilmu Fiqih tentang Syarat-syarat Sholat dan Pengertian Air Muthlak dan Air Musta'mal

(فصل) في شروط الصلاة.
الشرط ما يتوقف عليه صحة الصلاة، وليس منها. وقدمت الشروط على الاركان لانها أولى بالتقديم، إذ الشرط ما يجب تقديمه على الصلاة واستمراره فيها.

(Fatsal)
Dalam menjelaskan syarat-syarat sholat.
Syarat (sholat) adalah perkara yang sahnya sholat digantungkan padanya namun tidak termasuk dari sholat.
Syarat-syarat sholat didahulukan penjelasannya atas rukun, karena syarat lebih berhak untuk di dahulukan dikarenakan syarat adalah perkara yang wajib didahulukan (adanya) sebelum sholat dan keberadaannya terus berlangsung didalam sholat.

(شروط الصلاة خمسة: أحدها : 
طهارة عن حدث وجنابة الطهارة: لغة)، 
النظافة والخلوص من الدنس.
وشرعا: رفع المنع المترتب على الحدث أو النجس.
Bada Juga: Kajian Ilmu Fiqih Kitab Fathul Mu'in (No: 006)
Syarat-syaratnya sholat ada lima:

1. Suci dari hadats kecil dan jinabah / hadast besar.
Artinya thoharoh (suci) secara bahasa bermakna bersih atau bebas dari kotoran.
Dan secara isthilah bermakana hilangnya (shifat) tercegah yang timbul dari hadats atau najis.

(فالاولى) أي الطهارة عن الحدث: (الوضوء) 
هو - بضم الواو - استعمال الماء في أعضاء مخصوصة 
مفتتحا بنية.
وبفتحها: ما يتوضأ به.

Adapun thoharoh yang pertama (yaitu suci dari hadats kecil) adalah wudlu.
Wudlu (dengan dhomah) adalah mengunakan air pada anggota tertentu yang diawali dengan niat.
Wudlu (dengan fathah) adalah sesuatu yang digunakan berwudlu.

وكان ابتداء وجوبه مع ابتداء وجو ب المكتوبة ليلة الاسراء.

Dan permulaan diwajibkannya wudlu adalah bersamaan dengan awal diwajibkannya sholat fardlu di malam isra'.

(وشروطه) أي الوضوء كشروط الغسل خمسة.
أحدها : (ماء مطلق)،فلا يرفع الحدث ولا يزيل النجس ولا يحصل سائر الطهارة - ولو مسنونة - إلا الماء المطلق،

Syarat-syaratnya wudlu ada lima (sebagaimana syarat mandi)

Pertama: Air muthlak.
maka selain air muthlak tidak bisa menghilangkan hadats dan najis, dan tidak pula berhasil bersuci-suci yang lain meskipun sunah kecil menggunakan air muthlak.

وهو ما يقع عليه اسم الماء بلا قيد، وإن رشح من بخار الماء الطهور المغلى، أو استهلك فيه الخليط، أو قيد بموافقة الواقع كماء البحر.

Air muthlak adalah yang padanya jatuh penamaan air dengan tanpa qayyid.
Meski menetes / merembes dari uap air suci mensucikan yang di panaskan, atau air yang sirna (hilang) didalamnya, perkara yang larut(kholit),  (tanpa menyebabkan perubahan yang menghilangkan nama air). Atau air yang diqayidi sesuai dengan tempatnya seperti air laut.

بخلاف ما لا يذكر إلا مقيدا كماء الورد،

Berbeda dengan air yang tidak disebut melainkan dengan qayid (yang lazim) seperti air mawar. (maka bukan air muthlak).

(غير مستعمل في) فرض طهارة، من (رفع حدث)
أصغر أو أكبر، ولو من طهر حنفي لم ينو، أو صبي لم يميز لطواف.

Yang dimaksud musta'mal (telah digunakan) dalam bersuci yang wajib.
Baik untuk menghilangkan hadats kecil maupun hadats besar meskipun dari bersucinya orang bermadzhab hanafi yang tidak berniat (dalam wudlunya) atau bersucinya anak yang belum tamyiz untuk melaksanakan thowaf.

(و) إزالة (نجس) ولو معفوا عنه.
(قليلا) أي حال كون المستعمل قليلا، أي دون القلتين.
فإن جمع المستعمل فبلغ قلتين فمطهر، كما لو جمع المتنجس فبلغ قلتين ولم يتغير، وإن قل بعد بتفريقه.

Dan (bukan air musta'mal) dari menghilangkan najis meskipun najis yang dimakfuw.
Dalam keadaan sedikitnya air yaitu di bawah ukuran dua kulah.
Sehingga, apabila ait musta'mal dikumpulkan lalu mencapai dua kulah maka air tersebut menjadi suci mensucikan kembali.
Sebagaimana halnya apabila air mutanajjis dikumpulkan lalu mencapai dua kulah serta tidak berubah.
Meskipun menjadi sedikit setelahnya dengan di pisah-pisah.

فعلم أن الاستعمال لا يثبت إلا مع قلة الماء، أي
وبعد فصله عن المحل المستعمل ولو حكما، كأن جاوز منكب المتوضئ أو ركبته، وإن عاد لمحله أو انتقل من يد لاخرى.

Maka menjadi jelas.
Bahwasanya air tidak disebut musta'mal kecuali dengan disertai sedikitnya air dan setelah terpisah dari tempat penggunaannya, meski terpisah hanya dalam hukumnya saja seperti air melewati pundak atau lutut yang orang yang berwudlu meski kembali ketempatnya semula atau pindah dari satu tangan ke tangan lainnya.

Keterangan:
Syarat air musta'mal ada 4:

1. Sedikit
2. Digunakan untuk basuhan wajib
3. Sudah terpisah dari anggota yang dibasuh
4. Tidak ada niat ightirof pada saatnya.
(Bagi yang mandi setelah niat dan bagi yang berwudlu setelah membasuh wajah).

نعم ، لا يضر في المحدث انفصال الماء من الكف إلى الساعد، ولا في الجنب انفصاله من الرأس إلى نحو الصدر، مما يغلب فيه التقاذف.

Iya, tidak apa-apa bagi orang yang wudlu terpisahnya air dari telapak tangan ke lengan.
Dan bagi orang yang junub terpisahnya air dari kepala ke semisal dada yaitu tempat-tempat yang air ghalib menetes ketempat tersebut.

( فرع) لو ادخل المتوضئ......

Bersambung..

Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in (No: 006)

December 09, 2017


Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in (No: 006)
Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in (No: 006)

Benangmerahdasi  -Kajian Ilmu Fiqih

Kitab  : Fathul Mu'in
Syaikh Zaenuddin Almalibary
Nomor: 006
Oleh    : Daviq Muntaqy

Kewajiban Sebagai Orang Tua Terhadap Anak dan Mendidiknya

ويجب أيضا على من مر نهيه عن المحرمات وتعليمه الواجبات، ونحوها من سائر الشرائع الظاهرة، ولو سنة كسواك، وأمره بذلك.
ولا ينتهي وجوب ما مر على من مر إلا 
ببلوغه رشيدا.

Dan wajib atas orang-orang yang telah disebutkan (kedua orangtuanya, orang yang diwarisi dan memiliki budak) untuk melarang shoby (anak yang belum baliqh) dari perkara-perkara yang di haramkan, dan mengajarinya kewajiban-kewajiban dan hukum-hukum syariat dhohir lainnya, meskipun sunnah dan memerintahkan untuk mengerjakan kewajiban-kewajiban diatas tidaklah berhenti (atas orang-orang yang telah disebutkan) kecuali si anak telah baligh serta pintar.

وأجرة تعليمه ذلك - كالقرآن والآداب - في ماله ثم على أبيه ثم على أمه.

Adapun untuk biaya mengajarkan hal-hal tersebut (seperti mengajari Al Qur'an dan etika) itu dari hartanya si anak, kemudian atas ayahnya kemudian ibunya.

(تنبيه) ذكر السمعاني في زوجة صغيرة ذات أبوين أن وجوب ما مر عليهما فالزوج، وقضيته وجوب ضربها.
Baca juga: Kajian Fiqih No:  005
(Pepiling)

Imam Assam'ani menuturkam dalam persoalan isteri yang masih kecil dan memiliki ayah dan ibu, bahwasanya kewajiban-kewajiban di atas, ditetapkan atas kedua orangtuanya lalau (kalau tidak ada orangtua) atas suami, dan konsekuwensinya adalah (hukum) wajib memukulnya.

وبه - ولو في الكبيرة - صرح جمال الاسلام البزري.
قال شيخنا: وهو ظاهر إن لم يخش نشوزا.
وأطلق الزركشي الندب.

Dan (Jamalul Islam) Syekh Albazary menjelaskan tentang wajibnya memukul, bahkan meskipun terhadap isteri yang sudah besar.
Syaekhuna Ibnu Hajar, berkata:
Bahwa wajibnya memukul terhadap dhomir jika tidak takut akan nusyuznya istri.
Sementara Imam Az zarkasyi menghukumi sunah secara muthlak.

(وأول واجب) حتى على الامر بالصلاة كما قالوا (على الآباء) ثم على من مر (تعليمه) أي المميز (أن نبينا محمدا (ص) بعث بمكة) وولد بها (ودفن بالمدينة) ومات بها

Dan kewajiban pertama (sebagaimana di katakan para ulama) atas ayah lalu atas orang-orang yang telah di sebutkan adalah mengajari anaknya yang tamyiz,
Bahwasanya Nabi kita Muhammad SAW itu di utus sebagai Nabi dan di lahirkan di kota Makah, dan wafat serta di kuburkan di kora Madinah.

(فصل) فى شروط الصلاة.. 

Bersambung..

Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in (No: 005)

November 10, 2017

Benangmerahdasi -Kajian  : Ilmu Fiqih

Kitab : Fathul Mu'in
(Syaikh Zaenudin Almalibary)
Nomor : 005
Oleh Daviq Muntaqy

(تنبيه) من مات وعليه صلاة فرض لم تقض ولم تفد عنه، وفي قول أنها تفعل عنه - أوصى بها أم لا حكاه العبادي عن الشافعي لخبر فيه، وفعل به السبكي عن بعض أقاربه.

(Tanbih)
Barangsiapa meninggal dunia dan atasnya ada (tanggungan) sholat fardlu, maka tidak ada qodlo dan tidak di fidyahi.
Dalam satu qaul dikatakan: bahwasanya sholat diqadla darinya, baik dia berwasiat dengannya ataupun tidak,
Qaul tersebut di ceritakan oleh Al Ubadi dari Imam Syafi'i, dan Imam Assubki mempraktekkannya untuk beberapa kerabatnya.
Baca juga: kajian kitab Fathul Mu'in No: 004
(ويؤمر) ذو صبا ذكر أو انثى (مميز) بأن صار يأكل ويشرب ويستنجي وحده.
أي يجب على كل من أبويه وإن علا، ثم الوصي.
وعلى مالك الرقيق أن يأمر(بها) أي الصلاة، ولو قضاء، وبجميع شروطها.

Anak kecil, laki-laki atau perempuan yang sudah tamyiz (dengan gambaran sudah bisa makan, minum dan istinjak secara mandiri) diperintahkan untuk sholat. Maksudnya"Wajib atas ayah ibunya (sampai keatas), lalu orang yang di wasiati, dan pemilik budak untuk memerintahkan anak kecil yang tamyiz agar mengerjakan sholat, berikut dengan segala syarat-syaratnya.
Meskipun sholat yang di qadla.

(لسبع) أي بعد سبع من السنين، أي عند تمامها، وإن ميز قبلها.
وينبغي مع صيغة الامر التهديد.

Setelah genap berusia tujuh tahun, meskipun mereka telah lebih dulu tamyiz sebelum usia tujuh tahun. Dan ( jika diperlukan) sepatutnya ucapan perintah disertai dengan menakut-nakuti.

(ويضرب) ضربا غير مبرح - وجوبا - ممن ذكر (عليها) أي على تركها - ولو قضاء - أو ترك شرط من شروطها (لعشر) أي بعد استكمالها، للحديث الصحيح: مروا الصبي بالصلاة إذا بلغ سبع سنين، وإذا بلغ عشر سنين فاضربوه عليها.

Dan anak kecil yang sudah tamyiz, wajib dipukul (dengan pukulan yang tidak menyakitkan) karene meninggalkan sholat (meskipun qadla) atau meninggalkan satu dari syaratnya sholat setelah genap berusia 10 tahun, berdasarkan hadits shohih: ''Perintahkan anak kecil dengan sholat ketika mencapai usia 7 tahun, dan ketika berusia 10 tahun pukullah karena meninggalkannya".

(كصوم أطاقه) فإنه يؤمر به لسبع ويضرب عليه لعشر كالصلاة.
وحكمة ذلك التمرين على العبادة ليتعودها فلا يتركها.

Seperti halnya puasa yang mampu dilakukannya, maka (sama halnya sholat) anak yang tamyiz di perintah mengerjakan puasa saat berusia 7 tahun dan di pukul karena genap 10 tahun.

Hikmahnya adalah melatih agar ia terbiasa mengerjakan ibadah sehingga tidak meninggalkannya.

وبحث الاذرعي في قن صغير كافر نطق بالشهادتين أنه يؤمر ندبا بالصلاة والصوم، يحث عليهما من غير ضرب ليألف الخير بعد بلوغه، وإن أبى القياس ذلك.
انتهى.

Imam Al Adzru'i membahas tentang budak kafir kecil yang mengucapkan dua kalimat syahadat, Bahwasanya sunah memerintahkannya sholat dan puasa, Mendorongnya untuk melakukan keduanya tanpa di pukul agar setelah baligh ia terbiasa mengerjakan kebaikan. Meskipun qiyas (aturan) menentang hal tersebut.

Bersambung..


Kajian Fiqih, Kitab Fathul Mu'in (No: 004)

August 16, 2017

Benangmerahdasi.com
-
Kajian Ilmu Fiqih

Kitab: Fathul Mu'in
Syaikh Zaenuddin Almalibary
No   : 004
Hari : Rabu 16/8/2017
Oleh: Daviq Muntaqy

( ويبادر ) من مر ( بفائت ) وجوبا إن فات 
بلا عذر فيلزمه القضاء فورا 
قال شيخنا أحمد بن حجر رحمه الله تعالى والذي يظهر أنه يلزمه صرف جميع زمنه 
للقضاء ما عدا ما يحتاج لصرفه فيما لا بد منه وأنه يحرم عليه التطوع. 
ويبادر به ندبا إن فات بعذر كنوم لم يتعد به ونسيان كذلك

Dan diwajibkan kepada orang yang disebut (Muslim yang mukallaf lagi suci) untuk mengqadha shalat yang tertinggal, Jika meninggalkan shalat tanpa udzur (alasan yang diterima oleh agama) maka diwajibkan kepadanya untuk mengqadha dengan segera.
Syaikhuna Ahmad bin Hajar rahimahullah berkata:

''Secara dhahir bahwa wajib terhadap seseorang yang meninggalkan shalat tanpa udzur mengunakan seluruh waktunya (selain waktu yang tidak boleh tidak untuk kebutuhannya) untuk mengqadha shalatnya''

Dan haram baginya mengerjakan shalat sunat.
Disunatkan menyegerakan qadha jika tertinggal shalatnya karena ada udzur seperti tidur yang tidak disengaja dan juga lupa.

(ويسن ترتيبه) أي الفائت، فيقضي الصبح 
قبل الظهر، وهكذا.
(وتقديمه على حاضرة لا يخاف فوتها) 
إن فات بعذر، وإن خشي فوت جماعتها - على المعتمد -.
وإذا فات بلا عذر فيجب تقديمه عليها.
أما إذا خاف فوت الحاضرة بأن يقع بعضها 
- وإن قل - خارج الوقت فيلزمه البدء بها.

Dan disunatkan mengqadha shalat yang tertinggal secata tertib, karena itu diqadhakan lebih dahulu shalat subuh sebelum zhuhur dan seterusnya.
Dan disunatkan juga mendahulukan shalat qadha (shalat diluar waktunya) atas sahalat hadhir (shalat dalam waktunya) jika tidak takut habisnya waktu shalat hadhir.
Hal ini jika tertinggal shalat yang harus diqadha disebabkan udzur (alasan yang di bolehkan oleh agama)

Sekalipun karena mendahulukan qadha dia tidak sempat melaksanakan shalat hadhir secara berjam'ah berdasarkan pendapat yang mu'tamad (kuat).

Apabila shalat yang luput (tertinggal) bukan karena uzdur maka wajib mendahulukan shalat qadha atas shalat hadhir.

Baca juga: Fathul Mu'in (No: 003)

Adapun apabila ditakutkan habis waktu untuk shalat hadhir (jika mendahulukan shalat qadha, Seperti akan  ada sebagian (sekalipun sedikit) shalat hadhir yang dulakukan diluar waktunya, maka wajib terhadap seseorang untuk memulai dengan shalat hadhir.

ويجب تقديم ما فات بغير عذر على 
ما فات بعذر.
وإن فقد الترتيب لانه سنة والبدار واجب
ويندب تأخير الرواتب عن الفوائت بعذر، 
ويجب تأخيرها عن الفوائت بغير عذر.

Dan diwajibkan mendahulukan shalat yang luput (tertinggal) dengan tanpa udzur atas shalat yang luput (tertinggal) dengan adanya udzur. sekalipun tidak terjadi tertib karena mengqadha secara tertib hukumnya sunat. Sementara menyegerakan (qadha shalat) hukumnya wajib. Disunatkan men-ta'khir-kan shalat sunat rawatib (shalat sunat yang mengiringi shalat fardhu) dan shalat yang luput (tertinggal) dengan udzur dan wajib meng-ta'khir-kan shalat sunat rawatib dari pada shalat yang luput tanpa udzur

Fathul Mu'in hal 3

Kajian Ilmu Fiqih, Kitab Fathul Mu'in (No: 003)

August 09, 2017

Benangmerahdasi.com
-
Kajian Ilmu fiqih

Kitab: Fathul Mu'in
Syaikh Zainudin Almalibary
No    : 003
Hari  : Rabu 9/9/2017
Oleh : David Muntaqy

(ويقتل) أي (المسلم) المكلف الطاهر حدا 
بضرب عنقه (إن أخرجها) أي المكتوبة عامدا (عن وقت جمع) لها، إن كان كسلا مع اعتقاد وجوبها (إن لم يتب) بعد الاستتابة، وعلى ندب الاستتابة لا يضمن من قتله قبل التوبة لكنه يأثم.
ويقتل كفرا إن تركها جاحدا وجوبها، 
فلا يغسل ولا يصلى عليه.

Dan dibunuh sebagai bentuk had (atas nama had artinya bukan sebagai kafir), Muslim yang mukallaf lagi yang suci dengan memotong lehernya, jika ia mengeluarkan shalat maktubah/fardhu dari waktu jama' bagidi shalat tersebut.

Secara sengaja karena malas mengerjakan shalat dan dia masih beri'tiqad hukum wajibnya shalat. Hal ini apabila ia belum bertaubat setelah diperintah untuk  bertaubat.
Berpinjak atas pendapat sunat perintah taubat, seseorang yang membunuh orang yang meninggalkan shalat sebelum bertaubat tidak diberatkan untuk membayar diyat, tetapi seseorang tersebut berdosa. Jika seseorang meninggalkan shalat karena mingkari kewajiban shalat maka orang tersebut dibunuh sebagai kafir, karena itu ia tidak dimandikan dan tidak dishalatkan.

Fathul Mu'in hal 3.

(قوله: حدا) أي يقتل حال كون قتله حدا، 
أي لا كفرا.
واستشكل كونه حدا بأن القتل يسقط بالتوبة والحدود لا تسقط بالتوبة.
وأجيب بأن المقصود من هذا القتل الحمل على أداء ما توجه عليه من الحق وهو الصلاة، فإذا أداه بأن صلى سقط لحصول المقصود، بخلاف سائر الحدود فإنها وضعت عقوبة على معصية سابقة فلا تسقط بالتوبة.
وقوله: بضرب عنقه، أي بنحو السيف.
ولا يجوز قتله بغير ذلك، لخبر: إذا قتلتم فأحسنوا القتلة.
واعلم أنه إذا قتل من ذكر يكون حكمه حكم المسلمين في الغسل والتكفين والصلاة عليه والدفن في مقابر المسلمين.
-(qauluh haddan)
Maksudnya dibunuh sebagai bentuk had bukan sebagai kafir.
Had meninggalkan sholat gugur dengan bertaubat sementara had-had lain tidak gugur.
Perbedaannya, Sebab tujuan sholat adalah mendorong orang untuk melakukan kewajiban sholat yang diharapkan kepadanya, sehingga ketika dia sudah melakukan kewajibannya gugurlah had, Sementara had-had yang lain diterapkan sebagai sangsi atas kesalahan sebelumnya, sehingga tidak gugur dengan tobat.

-(Dengan potong lehernya) Dengan pedang.
Sehingga tidak diperbolehkan dengan cara selainnya.
Berdasarkan hadits:

''Jika kamu membunuh, Berbuat ihsanlah dalam melakukannya''.

-(Ketahuilah)
Ketika dibunuh maka hukumnya adalah orang muslim, (tetap) Dimandikan, dikafani, disholatkan, dan di kubur di pekuburan orang-orang Islam.


(قوله: أي المكتوبة) ومثل ترك المكتوبة ترك الطهارة لها، لأن ترك الطهارة بمنزلة ترك الصلاة.
ومثل الطهارة الأركان وسائر الشروط التي لا خلاف فيها أو فيها خلاف واه، بخلاف القوي.
فلو ترك النية في الوضوء أو الغسل أو مس الذكر أو لمس المرأة وصلى متعمدا لم يقتل، كما لو ترك فاقد الطهورين الصلاة لأن جواز صلاته مختلف فيه.

-(qauluh maktubah/fardhu)
Sama halnya dengan meninggalkan sholat fardhu adalah meninggalkan bersuci karenanya.
Karena (sholat tidak sah kerenanya) sehingga meninggalkan bersuci sama saja meninggalkan sholat. Begitu juga rukun-rukun dan syarat-syarat sholat yang disepakati hukum wajibnya oleh ulama atau terdapat perbedaan tapi diselisihi oleh qoul yang lemah.
Sehingga: Jika seseorang tidak berniat ketika wudlu atau mandi, memegang dzakar atau menyentuh lawan jenis lalu secara sengaja mengerjakan sholat maka ia tidak boleh di bunuh. Sebgaiaman halnya ketika orang  yang tidak menemukan air & debu meninggalkan sholat. Ia tidak boleh dibunuh, karena hukum boleh atau tidaknya sholat dalam keadaan demikian diperselisihkan oleh Ulama.

(قوله: عامدا) خرج به ما إذا أخرجها ناسيا فلا يقتل لعذره، ومثل النسيان: ما لو أبدى عذرا في التأخير كشدة برد أو جهل يعذر به أو نحوهما من الأعذار الصحيحة أو الباطلة.

-(qauluhu secara sengaja)
Berbeda jika ia tidak mengerjakan sholat hinga keluar waktunya karena lupa, Maka tidak di bunuh karena (lupa adalah) udzurnya sholat.
Sama dengan lupa adalah jika ia memperlihatkan udzur seperti (cuaca) yang sangat dingin atau kebodohan yang ma'dzur (di toleransi), atau udzur yang shohih atau bathil lainya.

(قوله: عن وقت جمع لها) أي فلا يقتل بالظهر حتى تغرب الشمس، ولا بالمغرب حتى يطلع الفجر، هذا إن كان لها وقت جمع وإلا فيقتل بخروج وقتها، كالصبح فإنه يقتل فيها بطلوع الشمس، وفي العصر بغروبها، وفي العشاء بطلوع الفجر، فيطالب بأدائها إن ضاق الوقت ويتوعد بالقتل إن أخرجها عن وقتها بأن نقول له عند ضيق الوقت: صل فإن صليت تركناك وإن أخرجتها عن الوقت قتلناك.
وظاهر أن المراد بوقت الجمع في الجمعة ضيق وقتها عن أقل ممكن من الخطبة والصلاة لأن وقت العصر ليس وقتا لها.

-(dari waktu jamak bagi sholat tersebut)
Artinya, ia tidak dibunuh sebab meninggalkan sholat dhuhur sampai terbenamnya matahari, Sebab meninggalkan sholat maghrib sampai terbitnya fajar. Ini jika sholatnya memiliki waktu jamak. Jika tidak maka dibunuh setelah keluarnya waktu, Seperti sholat shubuh maka dengan terbitnya matahari dan sholat ashar dengan terbenamnya matahari dan sholat isya dengan terbitnya fajar.

-(Maka orang yang meninggalkan sholat, dituntut untuk mengerjakannya jika sudah sempit waktunya dan di ancam untuk di bunuh jika mengeluarkan sholat dari waktunya.
Seperti ketika waktu sholat tinggal sedikit (sempit) kita berkata kepadanya:

''Sholatlah, jika kamu sholat maka kami biarkan, Tapi jika kau mengeluarkan dari waktunya maka akan kami bunuh"

وظاهر أن المراد بوقت الجمع في الجمعة ضيق وقتها عن أقل ممكن من الخطبة والصلاة لأن وقت العصر ليس وقتا لها.

Dan Dhohir, Bahwa yang dimaksud dengan waktu jamak dalam sholat jum'at adalah (waktu yang cukup) untuk mengerjakan paling minimal mencukupinya khutbah dan sholat, Karena waktu ashar bukanlah waktu bagi jum'at.

(قوله: إن كان كسلا) أي يقتل حدا إن كان إخراجه لها كسلا أي تهاونا وتساهلا بها.
وقوله: مع اعتقاد وجوبها سيأتي محترزه.
(قوله: إن لم يتب) أي بأن لم يمتثل أمر الإمام أو نائبه ولم يصل.
وقوله: بعد الاستتابة أي بعد طلب التوبة منه.
واختلف فيها، فقيل إنها مندوبة، وقيل إنها واجبة، والمعتمد الأول.
ويفرق بينه وبين المرتد، حيث وجبت استتابته بأن تركها فيه يوجب تخليده في النار - إجماعا - بخلاف هذا ويوجد في بعض النسخ الخطية بعد قوله الاستتابة ما نصه: ندبا، وقيل واجبا، وهو الموافق لقوله بعد: وعلى ندب الخ.

-(qauluhu in kaana kaslan)\
Artinya dia dibunuh sebagai had jika meninggalkan karena malas, Yaitu menyepelekan dan menggampangkan pelaksanaan sholat sampai keluar waktunya.
Dengan tetap meyakini hukum wajibnya sholat.

- (quluhu jika tidak taubat)
Seperti tidak mau mengindahkan perintah imam atau wakilnya dan tetap tidak mengerjakan sholat. Sesudah di minta taubat. Hukum meminta taubat diperselisihkan, adanya yang mengatakan sunnah dan ada pula yang mengatakan wajib. Yang muktamad adalah sunnah.

-Dalam meminta taubat ada perbedaan antara peninggal sholat dengan orang murtad.
Meminta taubat dari orang murtad hukumnya wajib dan meminta taubat dari meninggalkan sholat hukumnya sunnah. Dikarenakan meninggalkan taubat bagi orang murtad menyebabkan dirinya kekal di neraka.


(قوله: ويقتل) أي تارك الصلاة.
فالضمير يعود على معلوم من المقام، ويصح عودة على المسلم المتقدم.
ووصفه بالإسلام مع الحكم عليه بالكفر بسبب جحده وجوبها باعتبار ما كان.
وقوله: كفرا، أي لكفره بجحده وجوبها فقط، لا به مع الترك.
إذ الجحد وحده مقتض للكفر لإنكاره ما هو معلوم من الدين بالضرورة.
وقوله: إن تركها أي بأن لم يصلها حتى خرج وقتها، أولم يصلها أصلا.
(وقوله: جاحدا وجوبها) مثله جحد وجوب ركن مجمع عليه منها، أو فيه خلاف واه.
(قوله: فلا يغسل ولا يصلى عليه) أي ولا يدفن في مقابر المسلمين لكونه كافرا.

- (di bunuh sebagai kafir)
Maksudnya sudah dihukumi kafir hanya dengan mengingkari hukum wajibnya sholat. Tidak perlu dengan ditambah meninggalkan mengerjakannya.
Karena hukum wajibnya sholat adalah perkara yang maklumun minaddin biddaruri
- (Makanya mayatnya tidak wajib di mandikan dan (haram) disholatkan), Dan tidak boleh di kubur di pekuburan orang Islam karena dirinya telah dihukumi kafir.

I'anatut Thalibin hal 30-31.
Wallahu A'lam,
Bersambung...

Tuisan di atas hanya bersumber daru Fathul Mu'in dan khasiyahnya.
Silahkan diperkaya dengan  keterangan dari kitab-kitab lain.

Kajian Ilmu Fiqih, Kiatab Fathul Mu'in (No:002)

August 04, 2017

Benangmerahdasi.com
-
Kajian : Ilmu Fikih

Kitab: Fathul Mu'in
Syaikh Zinuddin Almalibray
No   : 002
Oleh: Daviq Muntaqy

(إنما تجب المكتوبة) أي الصلوات الخمس 
(على) كل (مسلم مكلف) أي بالغ عاقل، ذكر أو غيره، (طاهر) فلا تجب على كافر أصلي وصبي ومجنون ومغمى عليه وسكران بلا تعد، لعدم تكليفهم، ولا على حائض ونفساء لعدم صحتها منهما، ولا قضاء عليهما بل تجب على مرتد ومتعد بسكر.

Sholat fardlu lima waktu, diwajibkan atas setiap orang Islam yang cukup umur, berakal, laki-laki atau lainnya, serta(dalam keadaan) suci.

Maka sholat tidak wajib  atas:

- Orang kafir asli
- Anak kecil
- Orang gila
- Orang yang pingsan dan
- Orang mabuk (tanpa kesengajaan dari ketiganya) Karena mereka tidak terbebani hukum taklif.
- Dan tidak wajib pula atas wanita yang haid dan nifas, karena sholat tidak sah dilakukan keduanya dan tidak ada kewajiban mengkodlo.
Akan tetapi wajib mengkodlo sholat atas orang murtad dan orang mabuk dengan unsur kesengajaan.

 (Qauluhu: Maka sholat tidak wajib atas orang kafir asli), yang dinafikan hanyalah kewajiban  kita untuk menuntut mereka mengerjakan sholat di dunia. Sehingga tetap tidak menafikan kewajiban sholat atas mereka dalam rangka menetapkan siksa di akhirat. Sebagai tambahan atas siksa dosa kekafira mereka karena orang kafir tetaplah di khitobi (dituntut melaksanakan) cabang-cabang syare'at karena hal tersebut mungkin dilakukan dengan cara masuk Islam.
Hal tersebut berdasarkan nash Al Qur'an:

Lam naku minal mushollin

''Kami dahulu bukan termasuk orang-orang yang mengerjakan sholat", Jawab mereka ketika ditanya, . Apa yang membuat mereka masuk kedalam neraka saqor.  Meski demikian, Orang kafir asli tidak diwajibkan mengkodlo sholat ketika masuk Islam, tujuan membuat mereka (semakin) menyukai agama Islam.

Dan juga berdasarkan Ayat:

''Katakanlah pada orang-orang kafir itu: ''Jika mereka berhenti dari kekafirannya niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu''. 1*

 Walhasil

Dari keIslaman seseorang timbul tiga konsekuwensi terhadap sholat.

1. Menunaikannya
2. Tuntutan(dari kita) untuk menunaikannya
3. Siksa di Akhirat karena meninggalkannya.

Ketidak Islaman dari awal (Kafir asli) menggugurkan dua hal pertama dan menyisakan yang ketiga.

Wanita haid atau nifas tidak wajib mengkodlo sholatnya, dan makruh hukumnya apabila mengkodlo,. Lalu sholat yang dikerjakan tidak jatuh (sebagai sholat wajib) melainkan sebagai sunah mutlak yang tidak berpahala.

(Qauluhu: Namun sholat tetap diwajibkan atas orang murtad), sehingga setelah masuk Islam kembali wajib atasnya mengkodlo sholat yang dia tinggalkan, Untuk memperberat sangsi, dan karena dirinya pernah menyanggupi melaksanakan sholat. Sehingga kewajibannya tidak gugur dengan sebab mengingkari, sebagaimana tidak gugurnya hak-hak adami. 2*

___________________________________
1* (قوله: فلا تجب على كافر) تفريع على المفهوم، والمنفي إنما هو وجوب المطالبة منا بها في الدنيا، فلا ينافي أنها تجب عليه وجوب عقاب عليها في الدار الآخرة عقابا زائدا على عقاب الكفر لأنه مخاطب بفروع الشريعة، وذلك لتمكنه منها بالإسلام، ولنص: * (لم نك من المصلين) * وإنما لم يجب القضاء عليه إذا أسلم ترغيبا له في الإسلام، ولقوله تعالى: * (قل للذين كفروا إن ينتهوا يغفر لهم ما قد سلف) *
(قوله: بلا تعد) قيد في المجنون والمغمى عليه والسكران، وإن كان ظاهر كلامه أنه قيد في الأخير، فإن حصل منهم تعد وجب عليهم قضاؤها، لأنهم بتعديهم صاروا في حكم المكلفين، فكأنه توجه عليهم الأداء فوجب القضاء نظرا لذلك

2* (قوله: بل تجب على مرتد) أي فيلزمه قضاء ما فاته فيها بعد إسلامه تغليظا عليه، ولأنه التزمها بالإسلام، فلا تسقط عنه بالجحود كحق الآدمي.
(قوله: ومتعد بسكر) أي أو جنون أو إغماء، لما تقدم آنفا.
اعانة الطالبين ١ ص ٣.

Kajian Ilmu Fiqih, Kitab Fathul mu'in (No:001)

July 26, 2017

Benangmerahdasi.com
-
Kajian Ilmu Fiqih

KitaB: Fathul mu'in
Syekh Zainuddin Almalibary
No: 001
Oleh: David Muntaqi

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الفتاح الجواد، المعين على التفقه في الدين من اختاره من العباد،
وأشهد أن لا إله الله، شهادة تدخلنا دار الخلود، وأشهد أن سيدنا محمدا ورسوله، صاحب المقام المحمود صلى الله وسلم عليه وعلى آله وأصحابه الامجاد،
صلاة وسلاما أفوز بهما يوم المعاد.


Muqodimah
Ngertiyo siro kang-mbakyuu..
Sesungguhnya tujuan dari di utusnya Rasullullah SAW adalah agar manusia menjadi baik dan teratur dalam kehidupan dunia akhirat.
Hal tersebut tidak akan berhasil kecuali dengan menjadi sempurnanya 4 potensi (Quwwah) yang ada pada diri manusia. Yaitu potensi syahwat perut, potensi syahwat farji dan potensi emosi mereka.

Untuk melatih dan memaksimalkan kemampuan akal manusia di letakkanlah seperempat masalah (bab) Unbudiyah, 

Untuk mengatur dan menyempurnakan syahwat diletakkan seperempat masalah muamalah

Untuk mengatur dan menyempurnakan syahwat kelamin diletakkan seperempat masalah perningkahan.

Dan untuk megatur dan menyempurnakan nafsu ghodhobiyah (emosi) diletakkan seperempat masalah jinayah

Lalu ditutup dengan masalah pembebasan budak sebagai harapa terbebas dari api neraka.

قال المصنف رحمه الله تعالى ونفعنا به

وبعلومه وباسراره فى الدارين .. آمين :
(باب الصلاة)
هي شرعا: أقوال وأفعال مخصوصة، مفتتحة بالتكبير مختتمة بالتسليم وسميت بذلك لاشتمالها على الصلاة لغة، وهي الدعاء.

(Bab sholat)
Pengertian sholat secara isthilah (syara') adalah:
"Ucapan-ucapan dan pekerjaan-pekerjaan tertentu yang di awali dengan takbir dan diakhiri dengan salam"
Dinamakan demikian karena (ibadah sholat) mengandung unsur ''sholat" secara bahasa yaitu berdo'a.

Ketika di ucapkan
Kata "sholat" ada dua pengertian, pengertian secara syara' (istillah) dan pengertian secara bahasa.
Yang hakiki menurut Syara' adalah yang majazi menurut bahasa.
Begitu pula sebaliknya, mirip seperti kata bakso.

Secara istilah (urf) bakso bermakna jenis makan tertentu yang terdiri dari mie, bihun, kuah , sambel. saos dan berikutnya penthol baksonya dan secara bahasa bakso. Bermakna pentholanya  atau buatan daging (meatball).

Makanan ''bakso" tersebut dinamakan dengan bakso, karena mengandung bakso secara bahasa.
Ketika kita masuk warung untuk mendapatkan semangkuk bakso lengkap , kita cukup hanya dengan mengatakan bakso tanpa menjelaskan kelengkapan seprti kuah, mie dll.
Majas mursal,
Itlaqul juz wairodatul kull.

والمفروضات العينية خمس في كل يوم وليلة، معلومة من الدين بالضرورة،
فيكفر جاحدها
Sholat yang di wajibkan secara fardlu Ain ada lima dalam sehari semalam. Sholat termasuk (maklumat minad din biddarurat) hal yag sangat mudah diketahui hukumnya baik oleh Alim atau awam. Segingga dihukumi kafir orang yang ingkar terhadap kewajibannya.

Hikmah dari sholat (5 waktu)

17 rokaat adalah:
Bahwa waktu terjaganya manusia secara umum adalah 17 jam. dengan rincian 12 jam di siang hari, 3 jam setelah terbenamnya matahari dan 2 jam sebelum fajar. maka setiap roka'at berfungsi untuk menutup kesalahan dan kesombongan yang terjadi dalam 17 jam tersebut.

ولم تجتمع هذه الخمس لغير نبينا محمد (ص)

Keliam sholat ini tidak terhimpun untuk selain Nabi kita Muhammad SAW.

Akan tetepai kelimnya tersebut untuk beberapa Nabi.
Shubuh adalah sholatnya Nabi Adam, Dhuhur Sholatnya Nabi Daud, Ashar sholatnya Nabi Sulaiman, Maghrib sholatnya Nabi Ya'qub dan Isya sholatnya Nabi Yunus Alaihimus salam,

Kelimanya di kumpulkan sebagai bentuk pengagunggan Allah kepada Nabi Muhammad SAW.

وفرضت ليلة الاسراء بعد النبوة بعشر سنين وثلاثة أشهر، ليلة سبع وعشرين من رجب، ولم تجب صبح يوم تلك الليلة لعدم العلم بكيفيتها

Sholat  di tetapkan kewajibannya di malam isra' 10 tahun 3 bulan sesudah diangkatnya beliau menjadi Nabi dimalam ke 27 dari bulan Rajab,
Hanya saja sholat shubuh di pagi harinya belum diwajibkan karena belum diketahui tata caranya.

Hikmah dari diwajibkannya
Sholat dimalam isra'  adalah keserasian antara yang dialami Nabi dengan sholat kita yang di dahului syarat bersuci. Karena ketika beliau di isra'kan, di sebelumnya terlebih dahulu (disucikan) dibersihkan lahir batinnya. Saat beliau di belah dadanya, hatinya dibasuh dengan Zamzam dan di isi penuh dengan iman dan hikmah, Begitu pula keadaan sholat kita yang di dahului oleh syarat bersuci.

Adapun sebelum isra' maka tidak ada kewajiban sholat, Kecuali adanya perintah sholat malam dengan tanpa batasan rokaat.

Menurut sebagian ulama, yang diwajib sebelum isra' adalah sholat 2 rokaat di pagi hari dan 2 rokaat di sore hari menurut Imam Syafi'i.

Sholat tersebut awalnya  diwajibkan lalu di hapus kewajibannya

سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لا اله الا انت استغفرك واتوب اليك.

*واعلم، 
رحمك الله تعالى، إن الغرض من بعثة الرسول عليه الصلاة والسلام انتظام أحوال الخلق في المعاش والمعاد، ولا تنتظم أحوالهم إلا بكمال قواهم الإدراكية وقواهم الشهوانية وقواهم الغضبية.
فوضعوا لكمال قواهم الإدراكية ربع العبادات، ولقواهم الشهوانية البطنية ربع المعاملات، ولقواهم الشهوانية الفرجية ربع النكاح، ولقواهم الشهوانية الغضبية ربع الجنايات، وختموها بالعتق رجاء العتق من النار.
وقدموا ربع العبادات لشرفها بتعلقها بالخالق، ثم المعلامات لأنها أكثر وقوعا.
1. والحكمة في كون المكتوبات سبع عشرة ركعة أن زمن اليقظة من اليوم والليلة سبع عشرة ساعة غالبا، اثنا عشر في النهار، ونحو ثلاث ساعات من الغروب، وساعتين من قبيل الفجر، فجعل لكل ساعة ركعة جبرا لما يقع فيها من التقصير.
2. (قوله: ولم تجتمع هذه الخمس لغير نبينا محمد) أي بل كانت متفرقة في الأنبياء.
فالصبح
صلاة آدم، والظهر صلاة داود، والعصر صلاة سليمان، والمغرب صلاة يعقوب، والعشاء صلاة يونس، كما سيذكره الشارح في مبحث أوقات الصلاة عن الرافعي.
3. (قوله: وفرضت ليلة الإسراء) والحكمة في وقوع فرضها تلك الليلة أنه - صلى الله عليه وسلم - لما قدس ظاهرا وباطنا، حيث غسل بماء زمزم، وملئ بالإيمان والحكمة، ومن شأن الصلاة أن يتقدمها الطهر، ناسب ذلك أن تفرض فيها.
4. ولم تكن قبل الإسراء صلاة مفروضة إلا ما وقع الأمر به من قيام الليل من غير تحديد.
وذهب بعضهم إلى أنها كانت مفروضة، ركعتين بالغداة، وركعتين بالعشي.
ونقل الشافعي عن بعض أهل العلم أنها كانت مفروضة ثم نسخت.
اه بجيرمي بتصرف.
اعانة الطالبين ١ ص ٢٩ - ٣٠


 
Copyright © benangmerahdasi.com. Designed by OddThemes & VineThemes