KAJIAN KITAB

AZWAJA

ASBABUN NUZUL

Latest Updates

Showing posts with label Fathul Mu'in. Show all posts
Showing posts with label Fathul Mu'in. Show all posts

Kajian Ilmu Fiqih Kitab Fathul Mu'in Tentang Syarat Wudhu dan Fardlunya Wudhlu

February 08, 2018


Kajian Ilmu Fiqih Kitab Fathul Tentang Mu'in Syarat Wudhu dan Fadlunya Wudhlu
Kajian Ilmu Fiqih Kitab Fathul Tentang Mu'in Syarat Wudhu dan Fadlunya Wudhlu

Benangmerahdasi  -Kajian Ilmu Fiqih Kitab Fathul Mu'in

Kajian : Ilmu fiqih
Kitab : fathul Mu'in,
Syaikh Zaenuddin Almalibary
Nomor : 012
Oleh : Daviq Muntaqy

(و) خامسها : (دخول وقت لدائم حدث) كسلس ومستحاضة.
ويشترط له أيضا ظن دخوله، فلا يتوضأ - كالمتيمم - لفرض أو نفل مؤقت قبل وقت فعله، ولصلاة جنازة قبل الغسل، وتحية قبل دخول المسجد، وللرواتب المتأخرة قبل فعل الفرض،

ولزم وضوآن أو تيممان على خطيب دائم الحدث، أحدهما : للخطبتين والآخر بعدهما لصلاة جمعة، ويكفي واحد لهما لغيره،
ويجب عليه الوضوء لكل فرض - كالتيمم وكذا غسل الفرج وإبدال القطنة التي بفمه والعصابة، وإن لم تزل عن موضعها.
وعلى نحو سلس مبادرة بالصلاة، فلو أخر لمصلحتها كانتظارجماعة أو جمعة وإن أخرت عن أول الوقت وكذهاب إلى مسجد لم يضره.

(وفروضه ستة) أحدها: (نية) وضوء أو أداء (فرض وضوء) أو رفع حدث لغير دائم حدث، حتى في الوضوء المجدد أو الطهارة عنه، أو الطهارة لنحو الصلاة، مما لا يباح إلا بالوضوء، أو استباحة مفتقر إلى وضوء كالصلاة ومس المصحف.
ولا تكفي نية استباحة ما يندب له الوضوء، كقراءة القرآن أو الحديث، وكدخول مسجد وزيارة قبر.
والاصل في وجوب النية خبر، إنما الاعمال بالنيات.
أي إنما صحتها لاكمالها.

( Hamisy i'anah Juz 1 hal 46~48 )
--------------------------------------------------------------------
(و) خامسها : (دخول وقت لدائم حدث) كسلس ومستحاضة.

Nomer 5 dari syaratnya wudlu adalah :
masuknya waktu bagi orang yg selalu hadast seperti orang yang beser dan wanita istihadloh.

ويشترط له أيضا ظن دخوله، فلا يتوضأ - كالمتيمم - لفرض أو نفل مؤقت قبل وقت فعله، ولصلاة جنازة قبل الغسل، وتحية قبل دخول المسجد، وللرواتب المتأخرة قبل فعل الفرض.

Disyaratkan pula baginya untuk dzon (menyangka dengan kuat) masuknya waktu, maka seperti halnya orang yang bertayammum, ia tidak boleh berwudlu :
Untuk sholat fardlu atau sholat sunnah yang memiliki waktu SEBELUM (masuk) waktu pelaksanaannya,
Untuk sholat jenazah SEBELUM dimandikan,
Untuk sholat tahiyyatul masjid SEBELUM masuk ke masjid
dan Untuk sholat sunah rawatib yang diakhirkan dari sholat fardlunya SEBELUM melaksanakan sholat fardlu.

ولزم وضوآن أو تيممان على خطيب دائم الحدث، أحدهما : للخطبتين والآخر بعدهما لصلاة جمعة، ويكفي واحد لهما لغيره،

Dan wajib dua wudlu atau dua tayammum
bagi khotib yg langgeng hadastnya.
Satu untuk 2 khutbah dan satu yang lain untuk sholat jumatnya.
Dan bagi selainnya cukup satu wudlu untuk khotbah dan sholat.

ويجب عليه الوضوء لكل فرض - كالتيمم وكذا غسل الفرج وإبدال القطنة التي بفمه والعصابة، وإن لم تزل عن موضعها.

Dan wajib atasnya berwudlu untuk setiap fardlu sebagaimana tayammum, Begitu pula wajib mencuci farji dan mengganti kapas yang ada di mulut farji dan membalutnya, meskipun tidak bergeser dari tempatnya.

وعلى نحو سلس مبادرة بالصلاة، فلو أخر لمصلحتها كانتظارجماعة أو جمعة وإن أخرت عن أول الوقت وكذهاب إلى مسجد لم يضره.

Dan wajib bagi semisal orang yang beser  untuk men segera kan sholat,
Lalu jika ia mengakhirkan untuk kemaslahatan sholat spt menunggu pelaksanaan jamaah atau jum'at, (meskipun pelaksanaannya di akhirkan dari awal waktu) dan seperti berangkat ke masjid, maka semua itu tidak apa apa baginya.

(وفروضه ستة) أحدها: (نية) وضوء أو أداء (فرض وضوء) أو رفع حدث لغير دائم حدث، حتى في الوضوء المجدد أو الطهارة عنه، أو الطهارة لنحو الصلاة، مما لا يباح إلا بالوضوء، أو استباحة مفتقر إلى وضوء كالصلاة ومس المصحف.
Baca Juga: Syarat dan ketentuan dalam berwudlu

Fardlunya wudlu ada 6.

1. Niat.

(Yang di ucapkan dalam hatinya adalah) :
Niat berwudlu, atau niat melakukan fardlunya wudlu, atau niat menghilangkan hadast bagi selain da'imul hadast,
(Niat2 seperti itu harus di lakukan) bahkan untuk wudlu yg di perbaharui. atau niat bersuci dari hadast,
atau niat bersuci untuk melakukan hal2 yang tidak diperbolehkan kecuali dengan menggunakan wudlu semisal sholat.
atau niat diperbolehkannya melakukan hal yang membutuhkan wudlu seperti sholat dan memegang mushaf.

ولا تكفي نية استباحة ما يندب له الوضوء، كقراءة القرآن أو الحديث، وكدخول مسجد وزيارة قبر.
والاصل في وجوب النية خبر، إنما الاعمال بالنيات.
أي إنما صحتها لاكمالها.

Dan tidaklah mencukupi, niat untuk diperbolehkannya melakukan perkara yang wudlu disunahkan untuknya.
Seperti membaca Alqur'an, Hadist, masuk masjid dan ziarah kubur.
Dasar dari wajibnya niat adalah hadist Innamal A'maalu binniyat,(sesungguhnya sahnya Amal hanyalah dengan niat).
Maksud (dari hasr) adalah Sahnya Amal dan bukan sempurnanya amal.

Bersambung....
______________

DASI Dagelan Santri Indoensia 

Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in Syarat dan Ketentuan dalam Berwudhu

January 18, 2018
Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in Tentang syarat dan ketentuan dalam berwudhu serta hukum kotoran yang berada di bawah kuku saat berwudu


Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in Syarat dan Ketentuan dalam Berwudhu
Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in Syarat dan Ketentuan dalam Berwudhu

Benangmerahdasi 
-Kajian Ilmu Fiqih kitab Fathul Mu'in

Kajian : Ilmu fiqih
Kitab : fathul Mu'in,
Syaikh Zaenuddin Almalibary
Nomor : 011
Oleh : Daviq Muntaqy
....................................
والماء القليل إذا تنجس يطهر ببلوغه قلتين ولو بماء متنجس - حيث لا تغير به، والكثير يطهر بزوال تغيره بنفسه أو بماء زيد عليه أو نقص عنه وكان الباقي كثيرا.

Air sedikit ketika najis bisa kembali suci dengan mencapai ukuran dua kullah meski dengan (ditambahkan) air mutanajis sekira memang tidak ada perubahan.
Air banyak (yg najis) bisa kembali suci dengan sebab hilang perubahannya,
baik hilang dengan sendirinya atau sebab air yang di tambahkan kepadanya,
Atau dengan sebab di kurangi sementara air yg tersisa masih mencapai dua kullah (banyak).

(و) ثانيها: (جري ماء على عضو) مغسول، فلا يكفي أن يمسه الماء بلا جريان لانه لا يسمى غسلا.

Nomer 2 dari syarat wudlu :
Mengalirnya air di atas anggota yg dibasuh.
Sehingga tidaklah cukup menempelkan air ke anggota tanpa mengalir, karena hal tersebut tidak di namakan membasuh.

(و) ثالثها: (أن لا يكون عليه) أي على العضو (مغير للماء تغيرا ضارا) كزعفران وصندل، خلافا لجمع.

Nomer 3 dari syarat wudlu :
Hendaknya di atas anggota tidak terdapat perkara yang dapat merubah air dengan perubahan yg membahayakan (dapat menghilangkan kemutlakan air) seperti minyak za'faron atau minyak cendana.
Berbeda dengan pendapat sebagian ulama yg mengatakan dimaafkannya sesuatu yang ada diatas anggota.

(و) رابعها : (أن لا يكون على العضو حائل) بين الماء والمغسول، (كنورة) وشمع ودهن جامد وعين حبر وحناء، بخلاف دهن جار أي مائع - وإن لم يثبت الماء عليه - وأثر حبر وحناء.

Nomer 4 dari syarat wudlu :
Hendaknya tidak ada penghalang antara air dan anggota yg dibasuh seperti kapur, lilin, minyak padat, materi tinta dan pacar/inai.
Baca Juga: Kajian Fiqih Hukum air yang terkena najis berdasarkan jumlahnya

Berbeda dengan minyak yg cair, meskipun menjadikan air tidak menempel di anggota,
dan atsar (bekas) dari tinta dan pacar.

وكذا يشترط - على ما جزم به كثيرون - أن لا يكون وسخ تحت ظفر يمنع وصول الماء لما تحته، خلافا لجمع منهم الغزالي والزركشي وغيرهما، وأطالوا في ترجيحه وصرحوا بالمسامحة عما تحتها من الوسخ دون نحو العجين وأشار الاذرعي وغيره إلى ضعف مقالتهم.

Begitu pula di syaratkan (menurut pendapat yg mantap di pegang banyak ulama) Hendaknya tidak ada kotoran dibawah kuku yang bisa menghalangi sampainya air pada apa yg ada dibawahnya.
Berbeda dengan pendapat sekelompok ulama, diantaranya Imam Alghozali, Imam Azzarkasyi dan lainnya.

Mereka mentarjih hal teresbut secara panjang lebar dan mereka menjelaskan bahwa :
kotoran (daki) dibawah kuku hukumnya dimaafkan, tapi tidak dimaafkan semisal adonan roti.
Imam Al adzro'i dan lainnya mengisyaratkan lemahnya pendapat mereka.

وقد صرح في التتمة وغيرها، بما في الروضة وغيرها، من عدم
المسامحة بشئ مما تحتها حيث منع وصول الماء بمحله.

Imam Almutawalli dalam kitab tatimmah menjelaskan tentang keterangan yg ada dalam kitab Ar raudloh dan lainnya, yaitu :

tidak di maafkannya sesuatu yg ada dibawah kuku (baik daki atau adonan) sekira mencegah sampainya air ke tempat dibawah sesuatu tsb.

وأفتى البغوي في وسخ حصل من غبار بأنه يمنع صحة الوضوء، بخلاف ما نشأ من بدنه وهو العرق المتجمد.
وجزم به في الانوار.

Imam Albaghowi berfatwa tentang kotoran yg berasal dari debu,
Bahwasanya itu bisa mencegah sahnya wudlu. Berbeda dengan kotoran yang berasal dari badannya sendiri yaitu keringat yg mengeras.

Syekh Yusuf Alardabily mantap dengan fatwa tsb dalam kitabnya Al Anwar.

Bersambung..

DASI Dagelan Santri indonesia

Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in (Hukum Air yang Terkena Najis Berdasarkan Jumlahnya)

January 11, 2018
Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in (Hukum Air yang Terkena Najis Berdasarkan Jumlahnya)
Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in (Hukum Air yang Terkena Najis Berdasarkan Jumlahnya)

Benangmerahdasi -Kajian Ilmu fiqih

Kitab : fathul Mu'in,
Syaikh Zaenuddin Almalibary
Nomor : 010
Oleh : Daviq Muntaqy.

(أو بنجس) وأن قل التغير.
(ولو كان) الماء (كثيرا) أي قلتين أو أكثر في صورتي التغيير بالطاهر والنجس.

Atau (yg tidak berubah) sebab tercampur najis meskipun sedikit perubahannya.
Meskipun airnya banyak, maksudnya seukuran dua kullah atau lebih dalam dua contoh perubahan sebab tercampuri perkara suci dan najis.

والقلتان بالوزن : خمسمائة رطل بغدادي تقريبا، وبالمساحة في المربع: ذراع وربع طولا وعرضا وعمقا، بذراع اليد المعتدلة.
وفي المدور : ذراع من سائر الجوانب بذراع الآدمي، وذراعان عمقا بذراع النجار، وهو ذراع وربع.

Ukuran Air dua kullah dalam timbangan adalah kira2 500 kati baghdad,
Dan dalam ukuran wadah persegi empat adalah 1 1/4 dziro' disemua sisinya (panjangx lebar x tinggi) dengan dziro' yg normal.

Dan dalam wadah bundar (tabung) adalah satu dziro' dari semua sisi dengan ukuran dziro' manusia dan tinggi 2 dziro' dgn dziro' tukang kayu yaitu seukuran 1 1/4 dziro'.

ولا تنجس قلتا ماء ولو احتمالا، كأن شك في ماء أبلغهما أم لا، وإن تيقنت قلته قبل بملاقاة نجس ما لم يتغير به، وإن استهلكت النجاسة فيه.
ولا يجب التباعد من نجس في ماء كثير.

Air dua kullah (meskipun tidak yakin, seperti ragu2 apakah air mencapai dua kullah atau tidak dan meski di yakini sedikitnya sebelum itu) tidak menjadi najis sebab kejatuhan najis, selama tidak berubah dan meskipun najis larut di dalamnya.
Dan tidak wajib menjauhi najis dalam air yg banyak.

ولو بال في البحر مثلا فارتفعت منه رغوة فهي نجسة إن تحقق أنها من عين النجاسة، أو من المتغير أحد أوصافه بها، وإلا فلا.

Apabila seseorang kencing di air banyak lalu ada busa air naik (nyiprat) darinya maka cipratan tersebut dihukumi najis jika nyata2 berasal dari materi air kencing (najis),
Atau dari air yg berubah salah satu sifatnya sebab air kencing.
Dan jika tidak nyata dari air kencing maka tidak dihukumi najis.

ولو طرحت فيه بعرة، فوقعت من أجل الطرح قطرة على شئ لم تنجسه،

Apabila kotoran kering di jatuhkan ke air banyak lalu karenanya ada percikan air jatuh pada suatu benda maka tidak menajiskannya.

وينجس قليل الماء - وهو ما دون القلتين - حيث لم يكن واردا بوصول نجس إليه يرى بالبصر المعتدل، غير معفو عنه في الماء، ولو معفوا عنه في الصلاة، كغيره من رطب ومائع، وإن كثر.

Air sedikit yaitu yg kurang dua kullah (sekiranya bukan mendatangi)  menjadi najis dengan sebab tercampur najis yang terlihat dengan mata normal serta bukan najis yg di makfuw dalam air meski di makfuw dalam sholat, Sama hukumnya dengan air sedikit adalah perkara yg basah dan benda cair meskipun banyak.
Baca Juga: Kajian Fiqih kitab Fathul Mu'in tentang pengertian air mutlak dan perkara yang merubahnya
لا بوصول ميتة لا دم لجنسها سائل عند شق عضو منها، كعقرب ووزع، إلا إن تغير ما أصابته
- ولو يسيرا - فحينئذ ينجس.

Tidak najis dgn tercampuri bangkai yg tidak ada darah mengalir untuk jenisnya saat memotong anggota badannya spt kalajengking dan cicak, terkecuali jika air yg tercampurinya menjadi berubah meski sedikit,
Maka pada saat itu air dihukumi najis.

لا سرطان وضفدع فينجس بهما، خلافا لجمع، ولا بميتة كان نشؤها من الماء كالعلق، ولو طرح فيه ميتة من ذلك نجس، وإن كان الطارح غير مكلف، ولا أثر لطرح الحي مطلقا.

Bukan bangkainya kepiting dan katak, maka air najis oleh keduanya. berbeda dgn pendapat sebagian ulama.

Dan tidak najis pula oleh bangkai yg hidupnya di air seperi lintah.
Apabila bangkai2 tadi sengaja di masukkan ke air maka air menjadi najis, meskipun yg melakukan bukan mukallaf,
dan tidak ada pengaruh memasukkan binatang hidup secara mutlak.

واختار كثيرون من أئمتنا مذهب مالك: أن الماء لا ينجس مطلقا إلا بالتغير، والجاري كراكد وفي القديم: لا ينجس قليله بلا تغير، وهو مذهب مالك.
قال في المجموع: سواء كانت النجاسة مائعة أو جامدة.

Banyak dari imam2 kita memilih madzhab Imam Malik yg mengatakan : bahwasanya air tidak najis secara mutlak kecuali jika berubah.
Hukum air mengalir sama dengan air yg diam.
Dalam qaul qadim dikatakan : air sedikit tidak najis tanpa berubah dan itu merupakan madzhab imam Malik.

Imam Nawawi dalam kitab Majmuk berkata : baik najisnya beruba cair maupun padat.

Bersambung...

DASI Dagelan Santri Indonesia

Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in (Pengertian air mutlak dan perkara yang mengubahnya)

December 27, 2017
Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in (Pengertian Air mutlak)
Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in (Pengertian Air mutlak)

Benangmerahdasi - Kajian Ilmu Fiqih

Kajian : Ilmu fiqih
Kitab : fathul Mu'in,
Syaikh Zaenuddin Almalibary
Nomor : 009
Oleh : Daviq Muntaqy.

(و) غير (متغير) تغيرا (كثيرا) بحيث يمنع إطلاق اسم الماء عليه، بأن تغير أحد صفاته من طعم أو لون أو ريح،
ولو تقديريا أو كان التغير بما على عضو المتطهر في الاصح،
Dan <air mutlak adalah> bukan Air yg berubah dengan perubahan yg banyak, sekiranya mencegah penamaan air muthlak atasnya.
Dengan gambaran berubah satu dari sifat sifatnya; rasa, warna dan baunya.
Meskipun dengan perubahan yang dikira2kan (taqdiri).
atau meskipun berubahnya disebabkan sesuatu yg ada pada anggota menurut qaul yg ashoh.

وإنما يؤثر التغير إن كان (بخليط) أي مخالطا للماء،
وهو ما لا يتميز في رأي العين (طاهر) وقد (غني) الماء (عنه) كزعفران، وثمر شجر نبت قرب الماء، وورق طرح ثم تفتت، لا تراب وملح ماء وإن طرحا فيه.
Dan perubahan tsb mempengaruhi <terhadap kemampuan mensucikan> jika disebabkan oleh perkara yang larut dengan air (mukhalit).
mukhalit adalah perkara yang <ketika bercampur dgn air> tidak dapat dibedakan dalam pandangan mata,
Yang suci dan air mudah terhindar (tidak butuh) darinya, seperti za'faron, buah pepohonan yg tumbuh didekat air, dan daun2 yg sengaja dimasukkan ke air lalu hancur,
Bukan debu atau garam,meskipun keduanya sengaja di masukkan ke dalam air.
Baca juga: Kajian Fiqih kitab fathul mu'in penjelasan tentang air musta'mal

ولا يضر تغير لا يمنع الاسم لقلته ولو احتمالا، بأن شك أهو كثير أو قليل.
Dan tidak apa apa perubahan yang tidak sampai mencegah penamaan air mutlak karena sedikitnya perubahan,
meskipun secara ikhtimal (tidak yakin) seperti ragu ragu apakah perubahannya banyak atau sedikit.
وخرج بقولي بخليط المجاور، وهو ما يتميز للناظر، كعود ودهن ولو مطيبين، ومنه البخور وإن كثر وظهر نحو ريحه، خلافا لجمع.
Dikecualikan dengan "khalit" adalah mujawir, yaitu perkara yang bisa dibedakan <dari air> oleh yang melihat,
Seperti kayu, minyak meskipun di beri wewangian,
Dan termasuk dari mujawir adalah asap, meskipun banyak dan jelas baunya,
Berbeda dengan pendapat sekelompok ulama.
ومنه أيضا ماء أغلي فيه نحو بر وتمر حيث لم يعلم انفصال عين فيه مخالطة، بأن لم يصل إلى حد بحيث له اسم آخر كالمرقة، ولو شك في شئ أمخالط هو أم مجاور، له حكم المجاور.
Termasuk mujawir pula,
Air yang di dalamnya dipanaskan gandum atau kurma sekira tidak ada materi dari gandum dan kurma yang terpisah dan larut (mukhalathoh) didalamnya.

Dengan sekira tidak sampai pada batasan disebut dgn nama lain, seperti dinamakan kuah.
Apabila dia ragu2 apakah sesuatu itu tergolong mukhalit atau mujawir maka dihukumi mujawir.
وبقولي غني عنه ما لا يستغنى عنه، كما في مقرة وممره، من نحو طين وطحلب متفتت وكبريت، وكالتغير بطول المكث أو بأوراق متناثرة بنفسها وإن تفتتت وبعدت الشجرة عن الماء.
Dan dikecualikan dgn ucapanku "ghaniya anhu", adalah sesuatu yang air sulit terhindar (butuh bercampur) darinya, seperti perkara yg ada di tempat diamnya air dan tempat alirannya,
Dan (juga) seperti perubahan sebab lamanya diam atau sebab dedaunan pohon yang jatuh dengan sendirinya meski hancur dan tempat tumbuhnya jauh dari air.

Bersambung.

Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in (Penjelasan Air Musta'mal)

December 20, 2017

Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in (Penjelasan Air Musta'mal)
Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in (Penjelasan Air Musta'mal)

Benangmerahdasi- Kajian : Ilmu fiqih

Kitab : fathul Mu'in,
Syaikh Zaenuddin Almalibary
Nomor : 008
Oleh : Daviq Muntaqy.

(فرع)
لو أدخل المتوضئ يده بقصد الغسل عن الحدث 
أولا بقصد بعد نية الجنب، أو تثليث وجه المحدث، 
أو بعد الغسلة الاولى، إن قصد الاقتصار عليها، 
بلا نية اغتراف ولا قصد أخذ الماء لغرض آخر صار مستعملا بالنسبة لغير يده فله أن يغسل بما فيها باقي ساعدها.

(Far'un)

• Apabila orang yg berwudlu memasukkan tangannya (ke air sedikit) dengan maksud basuhan untuk menghilangkan hadast,

• Atau (apabila orang yg mandi junub) memasukkan tangannya (ke air sedikit) dengan tanpa maksud setelah dia berniat,

• Atau bagi yg berwudlu setelah membasuh wajah tiga kali, atau setelah basuhan pertama jika bermaksud mencukupkan basuhan wajah hanya satu kali.

(Kesemuanya dilakukan)
tanpa niat ightiraf/nyiduk dan juga tanpa maksud mengambil air untuk tujuan yg lain, Maka air dihukumi mustakmal, untuk selain tangannya,

(adapun untuk tangannya air tidak dihukumi mustakmal)
Sehingga dia masih bisa membasuh sisa lengannya dengan air yg ada tangannya tersebut.

Nb :
niat ightiraf ini, Tempatnya  sebelum menyentuh air, Maka tidak dianggap jika dilakukan sesudahnya.
Keterangan :
Baca juga: Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in Syarat-syarat sholat dan bersuci
Syarat air musta'mal ada 4 :
1. Sedikit
2. Digunakan untuk basuhan wajib
3. Sudah terpisah dari anggota yg dibasuh
4. Tidak ada niat ightirof pada saatnya.
(Bagi yg mandi setelah niat dan bagi yg berwudlu setelah membasuh wajah).


Berdasar pemahaman dari syarat-syarat mustakmal yg empat, Ketika seorang berwudlu dengan air sedikit dan dia berwudlu dengan cara menyiduk air menggunakan tangannya,
Maka Saat yang perlu diwaspadai bisa menjadikan air mustakmal adalah saat dia memasukkan tangan ke air setelah membasuh wajah, Karena itu adalah saat dia membasuh kedua tangannya.

Memasukkan tangan ke air pada saat itu, Secara dhohirnya urutan adalah saatnya basuhan untuk menghilangkan hadasnya tangan.
Maka jika saat itu dia memasukkan tangan  ke air tidak di sertai niat ightiraf.

( ightiraf atau nyiduk disini diartikan nyiduk dengan tujuan selain basuhan utk menghilangkan hadas,
(bisa nyiduk dengan tangan kiri untuk membasuh tangan kanan atau bisa pula niat nyiduk untuk meminum air karena haus, atau ada kucing lewat dan kita akan memberinya minum)
Maka dengan terangkatnya tangan dari air, air dihukumi mustakmal.

Karena sudah terkumpul syarat mustakmal yg tiga,
Yaitu : Sedikitnya air, basuhan wajib (menghilangkan hadast), tidak ada niat ightiraf dan air sudah terpisah dari anggota.

Untuk syarat yg terakhir, Mafhumnya adalah bahwa Air yg masih menempel di tangan belum dihukumi mustakmal. sehingga masih bisa di gunakan atau dimaksimalkan untuk meratakan basuhan yg tersisa dari lengannya.

Wallahu A'lam.

Bersambung..

DASI Dagelan Santri Indonesia

Kajian Ilmu Fiqih Kitab Fathul Mu'in (No: 007)

December 09, 2017

Kajian Ilmu Fiqih Kitab Fathul Mu'in  (No: 007)
Kajian Ilmu Fiqih Kitab Fathul Mu'in  (No: 007)

Benangmerahdasi -Kajian Ilmu Fiqih

Kitab  : Fathul Mu'in
Syaikh Zainuddin Almalibary
Nomor: 007
Oleh    : Daviq Muntaqy

Kajian Ilmu Fiqih tentang Syarat-syarat Sholat dan Pengertian Air Muthlak dan Air Musta'mal

(فصل) في شروط الصلاة.
الشرط ما يتوقف عليه صحة الصلاة، وليس منها. وقدمت الشروط على الاركان لانها أولى بالتقديم، إذ الشرط ما يجب تقديمه على الصلاة واستمراره فيها.

(Fatsal)
Dalam menjelaskan syarat-syarat sholat.
Syarat (sholat) adalah perkara yang sahnya sholat digantungkan padanya namun tidak termasuk dari sholat.
Syarat-syarat sholat didahulukan penjelasannya atas rukun, karena syarat lebih berhak untuk di dahulukan dikarenakan syarat adalah perkara yang wajib didahulukan (adanya) sebelum sholat dan keberadaannya terus berlangsung didalam sholat.

(شروط الصلاة خمسة: أحدها : 
طهارة عن حدث وجنابة الطهارة: لغة)، 
النظافة والخلوص من الدنس.
وشرعا: رفع المنع المترتب على الحدث أو النجس.
Bada Juga: Kajian Ilmu Fiqih Kitab Fathul Mu'in (No: 006)
Syarat-syaratnya sholat ada lima:

1. Suci dari hadats kecil dan jinabah / hadast besar.
Artinya thoharoh (suci) secara bahasa bermakna bersih atau bebas dari kotoran.
Dan secara isthilah bermakana hilangnya (shifat) tercegah yang timbul dari hadats atau najis.

(فالاولى) أي الطهارة عن الحدث: (الوضوء) 
هو - بضم الواو - استعمال الماء في أعضاء مخصوصة 
مفتتحا بنية.
وبفتحها: ما يتوضأ به.

Adapun thoharoh yang pertama (yaitu suci dari hadats kecil) adalah wudlu.
Wudlu (dengan dhomah) adalah mengunakan air pada anggota tertentu yang diawali dengan niat.
Wudlu (dengan fathah) adalah sesuatu yang digunakan berwudlu.

وكان ابتداء وجوبه مع ابتداء وجو ب المكتوبة ليلة الاسراء.

Dan permulaan diwajibkannya wudlu adalah bersamaan dengan awal diwajibkannya sholat fardlu di malam isra'.

(وشروطه) أي الوضوء كشروط الغسل خمسة.
أحدها : (ماء مطلق)،فلا يرفع الحدث ولا يزيل النجس ولا يحصل سائر الطهارة - ولو مسنونة - إلا الماء المطلق،

Syarat-syaratnya wudlu ada lima (sebagaimana syarat mandi)

Pertama: Air muthlak.
maka selain air muthlak tidak bisa menghilangkan hadats dan najis, dan tidak pula berhasil bersuci-suci yang lain meskipun sunah kecil menggunakan air muthlak.

وهو ما يقع عليه اسم الماء بلا قيد، وإن رشح من بخار الماء الطهور المغلى، أو استهلك فيه الخليط، أو قيد بموافقة الواقع كماء البحر.

Air muthlak adalah yang padanya jatuh penamaan air dengan tanpa qayyid.
Meski menetes / merembes dari uap air suci mensucikan yang di panaskan, atau air yang sirna (hilang) didalamnya, perkara yang larut(kholit),  (tanpa menyebabkan perubahan yang menghilangkan nama air). Atau air yang diqayidi sesuai dengan tempatnya seperti air laut.

بخلاف ما لا يذكر إلا مقيدا كماء الورد،

Berbeda dengan air yang tidak disebut melainkan dengan qayid (yang lazim) seperti air mawar. (maka bukan air muthlak).

(غير مستعمل في) فرض طهارة، من (رفع حدث)
أصغر أو أكبر، ولو من طهر حنفي لم ينو، أو صبي لم يميز لطواف.

Yang dimaksud musta'mal (telah digunakan) dalam bersuci yang wajib.
Baik untuk menghilangkan hadats kecil maupun hadats besar meskipun dari bersucinya orang bermadzhab hanafi yang tidak berniat (dalam wudlunya) atau bersucinya anak yang belum tamyiz untuk melaksanakan thowaf.

(و) إزالة (نجس) ولو معفوا عنه.
(قليلا) أي حال كون المستعمل قليلا، أي دون القلتين.
فإن جمع المستعمل فبلغ قلتين فمطهر، كما لو جمع المتنجس فبلغ قلتين ولم يتغير، وإن قل بعد بتفريقه.

Dan (bukan air musta'mal) dari menghilangkan najis meskipun najis yang dimakfuw.
Dalam keadaan sedikitnya air yaitu di bawah ukuran dua kulah.
Sehingga, apabila ait musta'mal dikumpulkan lalu mencapai dua kulah maka air tersebut menjadi suci mensucikan kembali.
Sebagaimana halnya apabila air mutanajjis dikumpulkan lalu mencapai dua kulah serta tidak berubah.
Meskipun menjadi sedikit setelahnya dengan di pisah-pisah.

فعلم أن الاستعمال لا يثبت إلا مع قلة الماء، أي
وبعد فصله عن المحل المستعمل ولو حكما، كأن جاوز منكب المتوضئ أو ركبته، وإن عاد لمحله أو انتقل من يد لاخرى.

Maka menjadi jelas.
Bahwasanya air tidak disebut musta'mal kecuali dengan disertai sedikitnya air dan setelah terpisah dari tempat penggunaannya, meski terpisah hanya dalam hukumnya saja seperti air melewati pundak atau lutut yang orang yang berwudlu meski kembali ketempatnya semula atau pindah dari satu tangan ke tangan lainnya.

Keterangan:
Syarat air musta'mal ada 4:

1. Sedikit
2. Digunakan untuk basuhan wajib
3. Sudah terpisah dari anggota yang dibasuh
4. Tidak ada niat ightirof pada saatnya.
(Bagi yang mandi setelah niat dan bagi yang berwudlu setelah membasuh wajah).

نعم ، لا يضر في المحدث انفصال الماء من الكف إلى الساعد، ولا في الجنب انفصاله من الرأس إلى نحو الصدر، مما يغلب فيه التقاذف.

Iya, tidak apa-apa bagi orang yang wudlu terpisahnya air dari telapak tangan ke lengan.
Dan bagi orang yang junub terpisahnya air dari kepala ke semisal dada yaitu tempat-tempat yang air ghalib menetes ketempat tersebut.

( فرع) لو ادخل المتوضئ......

Bersambung..

Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in (No: 006)

December 09, 2017


Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in (No: 006)
Kajian Fiqih Kitab Fathul Mu'in (No: 006)

Benangmerahdasi  -Kajian Ilmu Fiqih

Kitab  : Fathul Mu'in
Syaikh Zaenuddin Almalibary
Nomor: 006
Oleh    : Daviq Muntaqy

Kewajiban Sebagai Orang Tua Terhadap Anak dan Mendidiknya

ويجب أيضا على من مر نهيه عن المحرمات وتعليمه الواجبات، ونحوها من سائر الشرائع الظاهرة، ولو سنة كسواك، وأمره بذلك.
ولا ينتهي وجوب ما مر على من مر إلا 
ببلوغه رشيدا.

Dan wajib atas orang-orang yang telah disebutkan (kedua orangtuanya, orang yang diwarisi dan memiliki budak) untuk melarang shoby (anak yang belum baliqh) dari perkara-perkara yang di haramkan, dan mengajarinya kewajiban-kewajiban dan hukum-hukum syariat dhohir lainnya, meskipun sunnah dan memerintahkan untuk mengerjakan kewajiban-kewajiban diatas tidaklah berhenti (atas orang-orang yang telah disebutkan) kecuali si anak telah baligh serta pintar.

وأجرة تعليمه ذلك - كالقرآن والآداب - في ماله ثم على أبيه ثم على أمه.

Adapun untuk biaya mengajarkan hal-hal tersebut (seperti mengajari Al Qur'an dan etika) itu dari hartanya si anak, kemudian atas ayahnya kemudian ibunya.

(تنبيه) ذكر السمعاني في زوجة صغيرة ذات أبوين أن وجوب ما مر عليهما فالزوج، وقضيته وجوب ضربها.
Baca juga: Kajian Fiqih No:  005
(Pepiling)

Imam Assam'ani menuturkam dalam persoalan isteri yang masih kecil dan memiliki ayah dan ibu, bahwasanya kewajiban-kewajiban di atas, ditetapkan atas kedua orangtuanya lalau (kalau tidak ada orangtua) atas suami, dan konsekuwensinya adalah (hukum) wajib memukulnya.

وبه - ولو في الكبيرة - صرح جمال الاسلام البزري.
قال شيخنا: وهو ظاهر إن لم يخش نشوزا.
وأطلق الزركشي الندب.

Dan (Jamalul Islam) Syekh Albazary menjelaskan tentang wajibnya memukul, bahkan meskipun terhadap isteri yang sudah besar.
Syaekhuna Ibnu Hajar, berkata:
Bahwa wajibnya memukul terhadap dhomir jika tidak takut akan nusyuznya istri.
Sementara Imam Az zarkasyi menghukumi sunah secara muthlak.

(وأول واجب) حتى على الامر بالصلاة كما قالوا (على الآباء) ثم على من مر (تعليمه) أي المميز (أن نبينا محمدا (ص) بعث بمكة) وولد بها (ودفن بالمدينة) ومات بها

Dan kewajiban pertama (sebagaimana di katakan para ulama) atas ayah lalu atas orang-orang yang telah di sebutkan adalah mengajari anaknya yang tamyiz,
Bahwasanya Nabi kita Muhammad SAW itu di utus sebagai Nabi dan di lahirkan di kota Makah, dan wafat serta di kuburkan di kora Madinah.

(فصل) فى شروط الصلاة.. 

Bersambung..
 
Copyright © benangmerahdasi.com. Designed by OddThemes & VineThemes