Penjelasan Tentang: Hukum Membawa Pulang makanan yang Disuguhkan



Benangmerahdasi.com
-
Aqidah akhlak (tentang membawa makanan yang di suguhkan)

Aqidah akhlak
No: 00258
Halo benang merah
WA: 081384451265


Bagaimana hukum membawa pulang makan yang di suguhkan?

Imam Abu Zakariya Muhyiddin Yahya bin Syaraf al -Nawawi didalam kitabnya (Raudlah al Thalibin Wa U'mdah al Muftin) menjelaskan seputar permasalahan yang berkaitan dengan jamuan. Beliau menyebut permasalahan yang ke2 adalah: Apakah tamu dapat memiliki sesuatu yang (disuguhkan) untuk dimakan?.
Dalam hal ini ada dua pendapat. Imam al Qaffal menyatakan "Tidak (dapat memiliki), bahkan hal itu tercampur  denga izin pemilik, dan pemilik boleh menarik kembali jika tidak dimakan''.

Mayoritas Ulama' menyatakan "Iya (dapat dimiliki)''. Dan sebatas apa kepemilikannya..?

Dalam hal ini terdapat beberapa setatement, sebagian pendapat menyatakan ''dengan meletakkan  dihadapannya'', sebagian yang lain menyatakan ''dengan mengambil'', sebagian yang lain menyatakan ''dengan meletakkan didalam mulut'', sebagian yang lain menyatakan ''dengan menelan setelah jelas kepemilikan dengan diletakkan di hadapannya''.

Imam al Mutawali melemahkan pendapat selain yang selain terakhir. Dan mengacu pada pendapat-pendapat tersebut, maka dimungkinkan untuk melakukan penarikan kembali.

Al -Nawawi juga mengutip pernyataan penulis kitab ''al Bayan'' yang menyatakan ''ketika diungkapkan bahwa ia (tamu) dapat memilikinya (suguhan) dengan mengambil atau dengan meletakkan di dalam mulut, maka apakah ia memiliki keleluasaan untuk memperbolehkan kepada orang lain dan mengelola dengan selain hal-hal tersebut? Dalam hal ini ada 2 pendapat:

 Pendapat yang benar (shahih) dan mayoritas Ulama'menyatakan tidak boleh, sebagaimana ketidak bolehaan meminjamkan sesuatu yang di pinjam. Namun Syaikh Abu Hamid, Imam al Qadli, dan Imam Abu al Thayyib menyatakan boleh melakukan yang ia kehendaki, baik menjual, memberikan dan lain sebagainya, karena telah menjadi miliknya.

Permasalahan yang ketiga adalah: Tidak diperbolehkan bagi tamu mengelola suguhan selain dimakan. Maka tidak diperbolehkan membawa kecuali dengan kerelaan pemilik. Dan mengenai hal itu,  Ulama' berselisih opini dengan kadar dan jenis  suguhan yaang dibawa juga kondisi tuan rumah dan undangan. Jika ragu bahwa ia akan dima'afkan, maka pendapat yang benar (shahih) menyatakan haram. Tamu juga tidak boleh memberi pengemis juga kucing, namu diperbolehkan saling menyuapi satu dengan yang lain..

Imam Ibnu Qasim al-Ghazali di dalam kitabnya (Hasyiyah al Banjuri) juga menuturkan bahwa tidak boleh mengelola sesuatu yang disuguhkan dengan selain makanannya, karena memakannya adalah suatu hal yang telah diizini secara kovesi, maka tidak boleh memberi peminta , tidak  juga kucing kecuali dengan izin pemiliknya atau diyakini kerelaanya.

Imam Muhammad al Khatib al Syarbini di dalam kitabnya (Mughni al Muhtaj) juga  menambahkan  bahwa diperbolehkan bagi tamu mengambil sesuatu yang diyakini adanya kerelaan tuan rumah. Yang dimaksud dengan kalimat "diyakini"adalah suatu hal yang meliputi praduga, karena jamuan berporos atas kebaikan hati, dan ketika hal itu telah terindikasi atas sebuah pertanda, maka tuntutanya telah di teteapkan.

Dari pemaparan tersebut di atas, dapat di ketahuai bahwa hukum membawa pulang makanan/ suguhan yang di suguhkan adalah tidak boleh kecuali denga izin atau adanya indikasi kerelaan tuan rumah atau memang pada umumnya seguhan tersebut untuk dibawa pulang, maka hukumnya adalah boleh.

Wallahu a'lam bis showab.

Dasar pengambilan (1) oleh -Ustadz Imam Al -Bukhori:

الثانية: هل يملك الضيف ما يأكله؟ وجهان. قال القفال: لا بل هو إتلاف بإذن المالك، وللمالك أن يرجع ما لم يأكل.
وقال الجمهور: نعم. وبم يملك؟ فيه أوجه. قيل: بالوضع بين يديه، وقيل: بالأخذ، وقيل: بوضعه في الفم، وقيل: بالازدراد يتبين حصول الملك قبيله. وضعف المتولي ما سوى الوجه الأخير. وعلى الأوجه ينبني التمكن من الرجوع.

قلت: قال صاحب «البيان» : إذا قلنا: يملكه بالأخذ أو بالوضع في الفم، فهل للآخذ إباحته لغيره والتصرف فيه بغير ذلك؟ وجهان.


الصحيح [وقول الجمهور] لا يجوز كما لا يعير المستعار. وقال الشيخ أبو حامد والقاضي أبو الطيب: يجوز أن يفعل ما يشاء من البيع والهبة وغيرهما؛ لأنه ملكه. قال ابن الصباغ: هذا لا يجيء على أصلهما. والله أعلم.
الثالثة: ليس للضيف التصرف في الطعام بما سوى الأكل، فلا يجوز أن يحمل معه منه شيئا، إلا إذا أخذ ما يعلم رضى المالك به، ويختلف ذلك بقدر المأخوذ وجنسه، وبحال المضيف والدعوة.
فإن شك في وقوعه في محل المسامحة، فالصحيح التحريم، وليس للضيف إطعام السائل والهرة، ويجوز أن يلقم الأضياف بعضهم بعضا، إلا إذا فاوت بينهم في الطعام، فليس لمن خص بنوع أن يطعموا منه غيرهم، ويكره للمضيف أن يفعل ذلك. روضة الطالبين وعمدة المفتين (7/ 338)

Dasar pengambilan (2) oleh al-Ustadz Imam Al-Bukhori:

ولا يتصرف فيما قدم له بغير أكل, لأنه مأذون فيه عرفا, فلا يطعم منه سائلا ولا هرة إلا بإذن صاحبه أو علم رضاه . حاشية الباجورى على فتح القريب- 2 - 128

Dasar pengambilan (3) oleh al-Ustadz Imam Al- Bukhori:

) وله ) أي الضيف ( أخذ ما يعلم رضاه ) أي المضيف ( به ) والمراد بالعلم ما يشمل الظن لأن مدار الضيافة على طيب النفس فإذا تحقق ولو بالقرينة رتب عليه مقتضاه . ويختلف ذلك باختلاف الأحوال وبمقدار المأخوذ وبحال المضيف وبالدعوة فإن شك في وقوعه في محل المسامحة فالصحيح في أصل الروضة التحريم قال في الإحياء وإذا علم رضاه ينبغي له مراعاة النصفة مع الرفقة فلا ينبغي أن يأخذ إلا ما يخصه أو يرضون به عن طوع لا عن حياء . مغني المحتاج - (ج 3 / ص 249)

Dasar pengambilan (4) oleh al-Ustadz Imam Al-Bukhori:

فائدة : يملك الضيف ما ازدرده أي ملكاً مراعى ، بمعنى أنه إذا أكله أكل ملكه ، ولا يتم ملكه إلا بازدراده ، فلو حلف لا يأكل طعام زيد فضيفه زيد وأكل لم يحنث ، لأنه إنما أكل ملكه لا ملك زيد ، نعم ما يقع من تفرقة نحو لحم على الأضياف يملكه ملكاً تاماً بوضع يده عليه ، وكذا الضيافة المشروطة على أهل الذمة يملكها بوضعها بين يديه ، فله الارتحال بها والتصرف فيها بما شاء ، قاله (م ر) اهـ بج على الإقناع. . بغية المسترشدين - (ج 1 / ص 449)

Dasar pengambilan (5) oleh al-Ustadz Ibnu Syarief:

هل يتصرف الضيف بالطعام؟ ولا يتصرف الضيف في الطعام بما سوى الأكل المأذون فيه عرفاً، فلا يطعم السائل والهرة ولا يبيعه ولا يهبه ولا يحمل شيئاً معه. وقيل إن قلنا بملكه بالتناول جاز، حكاه في البيان. ويستثنى تلقيم الأضياف بعضهم بعضاً، إلا إذا فاوت بينهم في الإطعام، فليس لمن خص بنوع أن يطعموا منه غيرهم، ويكره للضيف أن يفعل ذلك . فص الخواتم فيما قيل في الولائم


Daftar Pustaka:

1. Raudlah al Thalibin Wa 'Umudah al Muftin. Vll/338
2. Hasyiyah al Bajuri. ll/128
3.Mughni al Muhtaj. lll/249
4. Bughyah al Mustarsyidin. l/449
5. Fasshu al Khawati.m.ll/118

Share this:

Post a Comment

 
Copyright © benangmerahdasi.com. Designed by OddThemes & VineThemes