Penjelasan Fiqih Tentang Hukum Hujatan di Media Sosial


BenangmerahDasi -AQIDAH AKHLAQ [ tentang hujatan di medsos ]

PERTANYAAN
BAGAIMANA HUKUMNYA MENGHUJAT [ berkata kotor] TERHADAP SESEORANG DAN ATAU LEMBAGA DI MEDIA SOSIAL ?


JAWABAN

الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ

Bagaimanakah hukum menghujat di Media Sosial?

Imam Muhammad bin Yazid di dalam kitabnya (Sunan Ibnu Majah) menyebutkan sebauh Hadits yang menyatakan: Telah bercerita kepada kami Muhammad Abdullah bin Namir, telah bercerita kepada kami ‘Affan, telah bercerita kepada kami Syu’bah dari A’masy, telah bercerita kepada kami Hisyam bin ‘Imar, telah bercerita kepada kami Isa bin Yunus, telah bercerita kepada kami al-A’masy dari Abi Wail dari Abdullah, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Mencaci orang Muslim adalah fasiq dan membunuhnya adalah kufur”.

Imam Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim di dalam kitabnya (Tuhfah al-Ahwadzi) menjelaskan bahwa sabda Nabi (سباب) dengan terbaca kasrah huruf “sin”nya berarti mencaci. Beliau juga mengutip pernyataan Imam Ibrahim al-Harbi yang menyatakan bahwa kata “السباب” lebih keras daripada kalimat “السب” yaitu menyebutkan tentang seseorang dengan aib yang ada padanya atau tidak. Imam yang lain menyatakan bahwa “السباب” adalah sebagaimana pembunuhan. Adpaun sabda Nabi (فسوق) secara etimlogi berarti keluar, sedang secara terminology adalah keluar dari kepatuhan terhadap Allah dan Rasulullah dan hal ini lebih fatal daripada kemaksiatan.

Imam Abdullah Hasan Ba’alawi di dalam kitabnya (Mirqat Suud u al-Tasdiq) juga menjelaskan bahwa diantara maksiat lisan adalah mencaci sahabat (dan seterusnya) dan mencaci maki, yaitu mensifati orang lain dengan sesuatu yang hina. Mencaci dan melaknat baik terhadap benda, hewan dan sesama manusia adalah suatu hal yang tercela. Mencemooh orang Muslim adalah haram juga setiap ungkapan yang menyakitkan.

Ba’alawi juga menambahkan bahwa diantara hal yang diharamkan adalah menulis sesuatu yang haram diucapkan, karena pena adalah salah satu lisan bagi manusia, dan karena tulisan merupakan extrak dari redaksi ucapan sebagaimana yang dikemukakan oleh Imam Ali. Dan maka dari itu pula, Imam al-Ghazali di dalam kitab “al-Bidayah” mengingatkan agar menjaga pena dari hal yang harus dijaga oleh lisan.

Dari pemaparan tersebut diatas, dapat diketahui bahwa hukum menghujat di Media Sosial adalah haram.

Bagaimanakah hukum membacanya?

Di dalam sebuah literatur (Sab’atu Kutub) dijelaskan bahwa tidak diperbolehkan membaca buku “al-Sirah al-Bakra”, karena didominasi sesuatu yang batil dan bohong, dan terkadang keduanya terkumpul, maka seluruhnya adalah haram sekira tidak bisa difilter dan dibedakan. Dari hal itu pula dapat diketahui tentang keharaman membaca buku “Nuzhah al-Majalis” dan lain sebagainya, yakni dari hal-hal yang terkontaminasi sesuatu yang batil sekira tidak dapat difilter.

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa hukum membaca tulisan yang berisi hujatan dan lain sebagainya di media-media sosial adalah diperinci sebagai berikut:

• Jika mampu memfilter dan membedakan antara yang hak dan batil sehingga tidak terperangkap di dalamnya, maka hukum membacanya adalah boleh.

• Jika tidak demikian, sehingga termakan dan terperangkap di dalamnya, maka hukum membacanya adalah haram. Wallahu a’lam bis shawab.
Dasar pengambilan (1)

حدثنا محمد بن عبد الله بن نمير حدثنا عفان حدثنا شعبة عن الأعمش . ح وحدثنا هشام بن عمار حدثنا عيسى بن يونس حدثنا الأعمش عن أبي وائل عن عبد الله قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( سباب المسلم فسوق وقتاله كفر ) . سنن ابن ماجه - (ج 1 / ص 27)

Dasar pengambilan (2)

قوله ( سباب المسلم ) بكسر السين وتخفيف الموحدة أي سبه وشتمه وهو مصدر قال إبراهيم الحربي السباب أشد من السب وهو أن يقول في الرجل ما فيه وما ليس فيه يريد بذلك عيبه وقال غيره السباب هنا مثل القتال فيقتضي المفاعلة ( فسوق ) الفسق في اللغة الخروج وفي الشرع الخروج عن طاعة الله ورسوله وهو في عرف الشرع أشد من العصيان. تحفة الأحوذي - (ج 6 / ص 100)

Dasar pengambilan (3)

(ومنها) أي من معاصي اللسان (سب الصحابة) ـــ إلى أن قال ـــ (والشتم) وهو وصف الغير بما فيه نقص أو إزدراء (والسب) ـــ إلى أن قال ـــ (واللعن) إما لحيوان أو جماد أو إنسان، وكل ذلك مذموم ـــ إلى أن قال ـــ (والإستهزاء) أي السخرية (بالمسلم) وهذا محرم مهما كان مؤذيا ـــ إلى أن قال ـــ (وكل كلام مؤذ له) أي للمسلم كإفشاء السر. إهــ. مرقاة صعود التصديق في شرح سلم التوفيق ص ٦٨-٦٩ مكتبة الهداية سورابايا

Dasar pengambilan (4)

(وكتابة ما يحرم النطق به) لأن القلم أحد اللسانين للإنسان لأن الكتابة به تدل على عبارة اللسان كما قاله علي النبتيتي، ولذلك قال الغزالي في البداية : فاحفظ القلم عما يجب حفظ اللسان منه. إهــ. مرقاة صعود التصديق في شرح سلم التوفيق ص ٧٥ مكتبة الهداية سورابايا

Dasar pengambilan (5)

(و) منها (كتابة ما يحرم النطق به) قال فى البداية لأن القلم أحد اللسانين فاحفظه عما يجب حفظ اللسان منه أى من غيبة وغيرها فلا يكتب به ما يحرم النطق به من جميع ما مر وغيره. وفى الخطبة وكاللسان فى ذلك كله أى ما ذكر من آفات اللسان القلم إذ هو أحد اللسانين بلا جرم أى شك بل ضرره أعظم وأدوم فليصن الإنسان قلمه عن كتابة الحيل والمخادعات ومنكرات حادثات المعاملات. إسعاد الرفيق الجزء الثانى ص: 105

Dasar pengambilan (6)

لايجوز قراءة سيرة البكرى لان غالبها باطل وكذب وقد اختلط فحرام الكل حيث لامميز ومن ذلك تعلم حرمة قراءة نزهة المجالس ونحوها مما اختلط الباطل فيه بغيره حيث لامميز.. سبعة كتب ٢٠٠

Share this:

Post a Comment

 
Copyright © benangmerahdasi.com. Designed by OddThemes & VineThemes