KAJIAN KITAB

AZWAJA

ASBABUN NUZUL

Latest Updates

Fiqih Bab Shalat (Penjelasan Tentang Hukum Fatihah yang Terlewat)

April 05, 2018


Fiqih Bab Shalat Penjelasan Tentang Hukum Fatihah yang Terlewat)
Fiqih Bab Shalat Penjelasan Tentang Hukum Fatihah yang Terlewat)

Benangmerahdasi  -Fiqih bab Sholat (Tentang fatihah yang terlewat) Penjelasan tentang Ketika seorang sudah ruku' namun ia ragu sudah membaca Al Fatihah atau belum.

BENANG MERAH
Santri DASI

NO : 00371
FIQIH BAB SHOLAT
[ Tentang Fatihah yang Terlewat ]

Hallo Benang merah
WA : 0813 8445 1265
WA : 0899 8605 999

Sail : Fauji Ibnu Munir

Pertanyaan :
Ketika seseorang sudah ruku' namun ia ragu sudah membaca Al Fatihah atau belum, apakah ia wajib mengulangi fatihah ?

Mujawib : Daviq Muntaqy, Sholeh ID, Ibnu Naum

Jawaban :

Dalam masalah ini, dapat dirinci sebagai berikut :

1. Jika sholat sendiri atau sebagai imam, maka ia wajib kembali berdiri untuk membaca fatihah jika ia sudah rukuk.

2. Bila ia sebagai makmum , maka ia tidak boleh kembali berdiri untuk membaca fatihah, melainkan ia wajib mengikuti imam. setelah imam salam ia wajib menambah rokaat.

Referensi :

1. Fathul Mu'in halaman 124

أو شك هو أي غير المأموم في ركن هل فعل أم لا كأن شك راكعا هل قرأ الفاتحة أو ساجدا هل ركع أو اعتدل أتى به فورا وجوبا إن كان الشك قبل فعله مثله أي مثل المشكوك فيه من ركعة أخرى وإلا أي وإن لم يتذكر حتى فعل مثله في ركعة أخرى أجزأه عن متروكة ولغا ما بينهما.

Selain makmum ragu ragu dalam hal rukun, apakah sudah melakukannya apa belum ? Contohnya : Ragu ragu pada saat ruku' apakah sudah membaca fatehah apa belum , atau saat sujud apakah sudah rukuk atau belum, atau saat i'tidal, maka dia saat itu juga wajib mendatangi rukun yang diragukan jika keraguan tersebut sebelum dia melakukan rukun yang semisalnya, maksudnya rukun semisal yang diragukannya dalam rokaat yang lain. Jika tidak, maksudnya jika tidak ingat hingga dia melakukan rukun yang semisal di ragukan dalam rokaat yang lain maka itu sudah mencukupi dan rukun yang ditinggalkan dan yang diantara keduanya tidak dianggap.
Baca Juga: Penjelasan tentang Hukum memejamkan mata ketika shalat
2) Nihayatuz Zain halaman 74

(أَو شكّ) غير مَأْمُوم فِي ركن هَل فعله أم لَا كَأَن شكّ فِي رُكُوعه هَل قَرَأَ الْفَاتِحَة أَو فِي سُجُوده هَل ركع أم لَا (أَتَى بِهِ) أَي بذلك الرُّكْن حَالا فَإِن مكث قَلِيلا ليتذكر بطلت صلَاته

Selain makmum ragu dalam hal rukun apakah telah melakukannya apa belum ? Contoh : misalnya ragu pada saat rukuk apakah telah membaca fatekhah. Atau dalam sujud apakah telah ruku' atau belum, maka rukun yang diragukan tersebut di datangi saat itu juga, jika diam sebentar untuk mengingat ingat maka batallah sholatnya.

3) I’anah al-Thalibin juz 1 halaman 178 - 180 :

(وَلَوْ سَهَا غَيْرُ الْمَأْمُوْمِ)فِي التَّرْتِيْبِ (بِتَرْكِ رُكْنٍ)إلى أن قال (أَوْ شَكَّ)هُوَ أَيْ غَيْرُ الْمَأْمُوْمِ فِيْ رُكْنٍ هَلْ فَعَلَ أَمْ لاَ، كَأَنْ شَكَّ رَاكِعًا هَلْ قَرَأَ الْفَاتِحَةَ أَوْ سَاجِدًا هَلْ رَكَعَ أَوِ اعْتَدَلَ (اَتَى بِهِ فَوْرًا) وُجُوْبًا (إِنْ كَانَ الشَّكُّ قَبْلَ فِعْلِ مِثْلِهِ) أَيْ فِعْلِ الْمَشْكُوْكَ فِيْهِ مِنْ رَكْعَةٍ أُخْرَى[هامش إعانة الطالبين

“Apabila selain ma’mum (munfarid atau imam) lupa tertib dengan meninggalkan rukun… atau ia ragu mengenai rukun apa sudah dikerjakan atau belum – misalnya ketika ruku’ ia ragu apa sudah membaca Fatihah, atau ketika sujud apa sudah ruku’ atau i’tidal – maka ia wajib segera mengerja-kan rukun yang diragukan tadi, apabila keraguan timbul sebelum ia mengerjakan rukun yang sama, yakni sama dengan yang diragukan dari raka’at berikutnya”.

أَمَّا مَأْمُوْمٌ عَلِمَ أَوْ شَكَّ قَبْلَ رُكُوْعِهِ وَبَعْدَ رُكُوْعِ إِمَامِهِ أَنَّهُ تَرَكَ الْفَاتِحَةَ فَيَقْرَأُهَا وَيَسْعَى خَلْفَهُ، وَبَعْدَ رُكُوْعِهِمَا لَمْ يَعُدْ إِلَى الْقِيَامِ لِقِرَاءتِهِ الْفَاتِحَةَ بَلْ يَتْبَعُ إِمَامَهُ وَيُصَلِّيْ رَكْعَةً بَعْدَ سَلاَمِ اْلإِمَامِ [هامش إعانة الطالبين

“Adapun ma’mum yang sudah mengetahui atau ragu sebelum ia ruku’ namun imam sudah ruku’, bahwa ia belum membaca Fatihah, maka ia harus membaca Fatihahnya lalu menyusul imam. Dan apabila tahunya/ragunya sesudah mereka (imam dan ma’mum) ruku’, maka tidak perlu berdiri lagi untuk membaca Fatihah, tetapi mengikuti imam dan menambah satu raka’at setelah salamnya imam”.

4) Tausyeh 'ala Ibn Qosim halaman 68

..... في قوله فالفرض اذا تركه سهوا لا ينوب عنه سجود السهو بل ان ذكره اي الفرض وهو في الصلاة أتى به ان لم يكن مأموما ولم يفعل مثل الركن المتروك فإن فعل مثله قام مقامه وتدارك الباقي وتمت صلاته وما بعد المتروك الى المثل المفعول لغو أما المأموم فيدارك بعد سلام امامه بركعة. او ذكره اي الركن المتروك بعد السلام والزمان الذي بين سلامه وعلمه بالمتروك قريب عرفا أتى به اي المتروك وجوبا فورا بمجرد التذكر وإلا استأنف الصلاة

5) Fathul Qorib halaman 89

{فصل} (والمتروك من الصلاة ثلاثة أشياء: فرض) ويسمى بالركن أيضا، (وسنة وهيئة)؛ وهما ما عدا الفرض.وبين المصنف الثلاثة في قوله: (فالفرض لا ينوب عنه سجود السهو، بل إن ذكره) أي الفرض وهو في الصلاة أتى بهوتمت صلاته، أو ذكره بعد السلام (والزمان قريب أتى به، وبنى عليه) ما بقي من الصلاة، (وسجد للسهو). وهو سنة -كما سيأتي- لكن عند ترك مأمور به في الصلاة أو فعل منهي عنه فيها.


DASI Dagelan Santri Indonesia
Santri
DASISantri

Kajian Kitab Ta'liimul Muta'allim Tentang Pentingnya Membuat Catatan dan Memahami Pelajaran

April 04, 2018




Kajian Kitab Ta'liimul Muta'allim Tentang Pentingnya Membuat Catatan dan Memahami Pelajaran
Kajian Kitab Ta'liimul Muta'allim Tentang Pentingnya Membuat Catatan dan Memahami Pelajaran 


Benangmerahdasi 
-Kajian Kitab Ta'liimul Muta'allim Bagian 003 Tentang membuat catatan dan keharusan memahami pelajaran

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Kajian Ta'liimul Muta'allim,
Santri DASI
No : 033,
Setiap hari : Selasa,
Oleh : Umy Nana Syarif.

بسم الله الرحمن الرحيم💙

                                                                Membuat Catatan

وينبغي أن يعلق السبق بعد الضبط والإعادة كثيرا، فإنه نافع جدا.

Dianjurkan kepada para murid agar membuat ta'liq terhadap pelajarannya setelah hafal dan sering di ulang-ulang ;catatan tersebut kelak sangat berguna,
(Ta'liq pelajaran adalah catatan yang disebut oleh murid sendiri tentang pengertian / persepsi yang diperoleh dari pelajaran tersebut sesuai dengan penjelasan gurunya,

Sekarang mirip dengan notulasi pelajaran. Praktek di pesantren, kebanyakan berujud catatan-catatan kecil yang ditulis pada bagian tepi lembaran-lembaran kitab, biasanya berderet miring, sehingga setiap halaman padat dengan coretan dan membuat kitab tampil lebih angker serta historik.

Kalau saja catatan tersebut dibuat dalam buku tersendiri, kiranya lebih tertib dan tidak mengurangi penghormatan terhadap kitab asli. Walloohu A'lam.)

ولا يكتب المتعلم شيئا لا يفهمه، فإنه يورث كلالة الطبع ويذهب الفطنة ويضيع أوقاته.

Hendaklah pelajaran jangan menulis sesuatu yang dia sendiri tidak faham, karena dapat menumpulkan tabiat, menghilangkan kecerdasan dan membuang-buang waktu.
Baca Juga: Kajian Ta'liimul muta'allim tentang kuantitas dan kuwalitas pelajaran 
                                                  Memahami Pelajaran 

وينبغي أن يجتهد في الفهم عن الأستاذ أو بالتأمل والتفكر وكثرة التكرار، فإنه إذا قل السبق وكثر التكرار والتأمل يدرك ويفهم.

Dianjurkan kepada murid agar serius dalam memahami pelajaran langsung dari sang guru, atau dengan cara meresapi, memikirkan dan banyak-banyak mengulang pelajaran ; karena jika pelajaran baru itu sedikit dan sering di ulang-ulang sendiri serta diresapi maka akhirnya dapat mengerti dan faham.

قيل : "حفظ حرفين خير من سماع وقرين، وفهم حرفين خير من حفظ سطرين"

Ada dikatakan : " Hafal dua huruf lebih bagus daripada mendengar --Tanpa hafal-- dua paragraf, dan faham dua huruf lebih bagus daripada hafal dua baris".

وإذا تهاون في الفهم ولم يجتهد مرة أو مرتين يعتاد ذلك فلا يفهم الكلام اليسير

Apabila satu atau dua kali saja murid telah mengabaikan dan tidak serius dalam memahami pelajaran, maka sikap itu akan menjadi kebiasaan dan akhirnya tidak mampu memahami pelajaran meskipun pendek.

فينبغي أن لا يتهاون في الفهم بل يجتهد.

Karena itu, sekali lagi, dianjurkan agar pelajaran tidak mengabaikan pemahaman tapi mesti berbuat serius untuknya.

Bersambung....

Alhamdulillaahi Robbil 'Aalamiin,
Semoga bermanfaat untuk kita semua,
Aamiin Yaa Mujiibas Saailiin.

DASI Dagelan Santri Indonesia
Santri DASI
Santri

Kajian Tasawuf Kitab Kimi'aussa'adah Tentang Proses Sebuah Ilmu

April 03, 2018



Kajian Tasawuf Kitab Kimi'aussa'adah Tentang Proses Sebuah Ilmu
Kajian Tasawuf Kitab Kimi'aussa'adah Tentang Proses Sebuah Ilmu

Benangmerahdasi - Kajian Tasawuf Kitab Kimia'ussa'adah bagian 032 mu'allif Imam Ghozali Tentang proses sebuah ilmu yang bermanfaat

KAJIAN TASAWUF
Santridasi

Kitab: Kimi'aussa'adah
Muallif: Imam Ghozali Ra
Nomor: 032


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمدلله رب العالمين، والصلاة والسلام على رسوله الأمين، وآل بيته الطيبين الطاهرين، وعلى آله وصحابته الغرالميامين. وبعد:

Seorang penuntut ilmu tidak mungkin mendapatkan ilmu yang baru dan belum diketahuinya sama sekali, kecuali dengan mengingat-ingat ilmu yang pernah dikuasai sebelumnya serta bersesuaian dengan apa yang ia kehendaki sekarang.

Sehingga apabila ia telah mengingat-ingat dan menyusunnya didalam hatinya dengan metode sebagaimana telah dikenal oleh para ilmuwan, yakni analogi (i'tibar), maka pada saat itulah ia telah menemukan arah yang ia cari, dan hakikat kebenaran -sebagaimana yang ia cari- menjadi jelas didalam hatinya.

Hal ini mengingat bahwa setiap ilmu yang dicari, yang bukan bersifat naluriah, fitri(yaitu ilmu yang dibawa sejak lahir) tidak bisa diperoleh kecuali melalui pembauran dengan ilmu-ilmu yang telah diperoleh sebelumnya. Bahkan, suatu ilmu tidak dapat (tercipta) kecuali melalui penggabungan dua ilmu yang telah ada sebelumnya, dimana keduanya saling berpadu dan bercampur secara khusus.
Baca Juga: Kajian tasawuf tentang cerminan hati
Maka perpaduan kedua ilmu tersebut akan menghasilkan ilmu ketiga, ilmu baru, persis-misalnya-seperti anak kuda yang dihasilkan melalui perkawinan antara kuda jantan dan kuda betina. Maka barangsiapa menginginkan sejenis kuda yang berkualitas, tentunya tidak mungkin melauli perkawinan dua keledai, onta maupun manusia.

Ia hanya akan diperoleh melalui perkawinan dua induk yang berkualitas dan khusus, yaitu kuda jantan dan kuda betina. Demikian pula, setiap ilmu memiliki "dua induk khusus" yang melalui perpaduan antara keduanya akan menghasilkan ilmu lain yang bermanfaat dan sesuai dengn yang dikehendaki.

Bersambung..

Senin 2 April 2018
Pps Sirojul Baroya
Aba Abror Al Muqoddam

DASI Dagelan Santri Indonesia
Santri Dasi
Santri

Fiqih Hubungan Suami Istri (Hukum suami istri bermesraan di tempat umum)

April 03, 2018

Santridasi menjawab  -Fiqih hubungan suami istri (hukum suami istri bermesraan di tempat umum) referensi dari kitab Al Raudlah dan kitab Syarah Muslim

Fiqih Hubungan Suami Istri (Hukum suami istri bermesraan di tempat umum)
Fiqih Hubungan Suami Istri (Hukum suami istri bermesraan di tempat umum)

Benangmerahdasi  -Fiqih hubungan suami istri (hukum suami istri bermesraan di tempat umum) referensi dari kitab Al Raudlah dan kitab Syarah Muslim

BENANG MERAH
Santridasi

NO : 00367
FIQIH HUBUNGAN SUAMI ISTRI
[ Bermesraan di Tempat Umum ]

Hallo Benang merah
WA : 0813 8445 1265
WA : 0899 8605 999

Sail : Millah Saptoaji

Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya suami istri bermesraan di tempat umum?

Mujawib :
Sholeh ID

Jawaban :

Referensi :
Mughni Al Muhtaj juz 4 halaman 430

( وقبلة زوجة أو أمة ) له ( بحضرة الناس ) أو وضع يده على موضع الاستمتاع منها من صدر ونحوه والمراد جنسهم ولو واحدا فلو عبر بحضرة أجنبي كان أولى

قال البلقيني والمراد به بالناس الذين يستحي منهم في ذلك والتقبيل الذي يستحي من إظهاره فلو قبل زوجته بحضرة جواريه أو بحضرة زوجات له غيرها فإن ذلك لا يعد من ترك المروءة أما تقبيل الرأس ونحوه فلا يخل بالمروءة

وقرنفي الروضة بالتقبيل أن يحكي ما يجرى بينهما في الخلوة مما يستحيا منه وكذا صرح في النكاح بكراهته

لكن في شرح مسلم أنه حرام وأما تقبيل ابن عمر رضي الله تعالى عنهما أمته التي وقعت في سهمه بحضرة الناس فقال الزركشي كأنه تقبيل استحسان لا تمتع أو فعله بيانا للجواز أو ظن أنه ليس ثم من ينظره أو على أن المرة الواحدة لا تضر على ما اقتضاه نص الشافعي ومد الرجل عند الناس بلا ضرورة كقبلة أمته بحضرتهم قال الأذرعي ويشبه أن يكون محله إذا كان بحضرة من يحتشمه فلو كان بحضرة إخوانه أو نحوهم كتلامذته لم يكن ذلك تركا للمروءة

Artinya :
mencium istri atau budak dihadapan orang lain walaupun dihadapan satu orang, atau meletakkan tangan pada tempat yang biasa dilakukan pada saat bersenang-senang (istimta') seperti dada atau yang lain.

Imam Al Bulqini menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan mencium istri atau budak dihadapan orang lain adalah hal-hal yang dapat menimbulkan rasa malu jika diperlihatkan pada orang lain. Maka mencium istri dihadapan keluarga atau dihadapan istri-istri yang lain adalah tidak terbilang meninggalkan kewibawaan (muruah). Demikian juga mencium kening.
Baca juga: Pengertian tentang talaq tiga
Didalam kitab Al Raudlah, Imam Al Bulqini juga mengaitkan dengan mencium adalah menceritakan hal-hal yang mereka lakukan pada saat berduaan dari hal-hal yang dapat menimbulkan rasa malu. Maka hal semacam itu adalah makruh.

Namun didalam kitab Syarah Muslim dikatakan bahwa hal itu adalah haram. Hal senada juga dikemukakan oleh Imam Abu Bakar Ibnu Sayyid Muhammad Syata al Dimyathi dan Imam Syamsuddin Muhammad Ibnu Abi Al-Abbas Ahmad Ibnu Hamzah Ibnu SyihabuddinAl-Ramli.

Sedang lebih eloknya tafsir menyatakan bahwa kewibawaan (muruah) adalah perilaku seseorang yang berpijak pada syari'at serta etikanya. Sebagian pendapat menyatakan bahwa kewibawaan (muruah) adalah menjaga dari hal-hal yang dapat menimbulkan cemo'ohan dan ditertawakan. Sebagian pendapat yang lain menyatakan bahwa kewibawaan (muruah) adalah menjaga diri dari hal-hal yang kotor

DASI Dagelan Santri Indonesia
Santri DASI
Santri 

Fiqih bab Sembelihan (Tentang ucapan Basmalah ketika menyembelih hewan)

April 02, 2018


Fiqih bab Sembelihan (Tentang ucapan Basmalah ketika menyembelih hewan)
Fiqih bab Sembelihan (Tentang ucapan Basmalah ketika menyembelih hewan) 

Benangmerahdasi -Fiqih bab sembelihan (tentang ucapan Basmalah dalam penyembelihan) dan hukum daging yang disembelih

BENANG MERAH
Santridasi

NO : 00372
FIQIH BAB SEMBELIHAN
[ Tentang Ucapan Basmalah dalam Penyembelihan ]

Hallo Benang merah
WA : 0813 8445 1265
WA : 0899 8605 999

Sail : Abdullah Kafa

Pertanyaan :
Jika orang Islam tidak mengucapkan basmalah ketika menyembelih hewan, halal kah sembelihan tersebut ?

Mujawib : Nala Al Hadziq, Sholeh ID

Jawaban :

1. Menurut Syafiiyah hukum membaca basmalah saat menyembelih itu sunnah.

2. Mazhab Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah dan Al-Hanabilah menetapkan bahwa membaca basmalah merupakan syarat sah penyembelihan.

Sehingga hewan yang pada saat penyembelihan tidak diucapkan nama Allah atau diucapkan basmalah, baik karena lupa atau karena sengaja, hukumnya tidak sah.

Dalilnya adalah firman Allah:

وَلاَ تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ

Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan.” (QS. Al-An’am: 121)

Begitu juga hal ini berdasarkan hadis Rafi’ bin Khudaij bahwa Nabi SAW bersabda:

مَا أَنْهَرَ الدَّمَ وَذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ فَكُلُوهُ

Segala sesuatu yang dapat mengalirkan darah dan disebut nama Allah ketika menyembelihnya, silakan kalian makan. (HR. Bukhari)
Baca Juga: Perbedan biawak dan dhabb serta hukum daging keduanya
Adapun pendapat yang menyatakan sembelihan itu halal adalah berdasarkan QS. Al An'am : 121

ولا تاكلوا مما لم يذكر اسم الله
عليه،
Tafsirnya :

بان مات او ذبح على اسم غيره ،،،والا فما ذبحه المسلم ولم يسم فيه عمدا او نسيا فهو حلال، قاله ابن عباس وعليه
الشافعى.

Asalkan yang menyembelih adalah orang islam, meninggalkan membaca basmalah dalam penyembelihan,, baik disengaja tidak membaca ataupun lupa, maka hukum hewan tersebut halal untuk dimakan

Referensi :

1. Tafsir jalalain halaman 124-125

2. Hasyiyatul Bajuri juz 2 halaman 300

قوله فلو لم يسم حل المذبوح اى مع الكراهة.

3. Bujairomi juz 2 halaman 237

والاجماع قام على ان من اكل ذبيحة مسلم لم يسم الله عليها ليس بفسق .

4. Kifayatul Akhyar juz 2 halaman 240

يستحب عندالذبح خمسة اشياء التسمية الى ان قال فلو لم يسم حلت لان الله تعالى اباح ذبائح اهل الكتاب وهم لا يسمون غالبا.


DASI Dagelan Santri Indonesia
Santri dasi
santri

Fiqih bab Sholat (hukum memejamkan mata ketika shalat)

April 01, 2018

Santridasi menjawab -Fiqih bab Sholat (hukum memejamkan mata ketika shalat)

Fiqih bab Sholat (hukum memejamkan mata ketika shalat)
Fiqih bab Sholat (hukum memejamkan mata ketika shalat)

Banangmerahdasi  -Fiqih bab Sholat (hukum memejamkan mata ketika shalat)

BENANG MERAH
Santridasi
NO : 00365
FIQIH BAB SHOLAT
[ Memejamkan Mata ketika Sholat ]

Hallo Benang merah
WA : 0813 8445 1265
WA : 0899 8605 999

Sail : Nashihul Umam

Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya memejamkan mata ketika sholat?

Mujawib :
Sholeh ID

Jawaban :

Sunnah di dalam sholat, untuk membuka mata dan terus menerus melihat tempat sujud agar memudahkan hati untuk khusyu. Kesunahan ini juga berlaku bagi orang yang buta, ia tetap dianjurkan melihat ke tempat sujudnya.

Sekalipun ia menutup mata dalam sholat, hukumnya tidak makruh akan tetapi adalah khilaful aula (lebih baik untuk ditinggalkan).
Baca Juga: Penjelasan tentang bacaan I'tidal "sami'Allohu liman hamidah" bukan "Allohu Akbar" seperti pada gerakan yang lain "
Memejamkan mata dalam shalat bisa menjadi wajib hukumnya jika misalnya di hadapannya ada seseorang yang membuka aurat. Bisa juga dihukumi sunnah apabila di hadapan kita ada sesuatu yang dapat mengganggu kekhusyuan shalat seperti gambar-gambar atau lainnya.

Referensi :

I'anatut Tholibin juz 1 halaman 214

‏( ﻗﻮﻟﻪ : ﻭﺳﻦ ﺇﺩﺍﻣﺔ ﻧﻈﺮ ﻣﺤﻞ ﺳﺠﻮﺩﻩ ‏) ﺃﻱ ﺑﺄﻥ ﻳﺒﺘﺪﺉ ﺍﻟﻨﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﻣﻮﺿﻊ ﺳﺠﻮﺩﻩ ﻣﻦ ﺍﺑﺘﺪﺍﺀ ﺍﻟﺘﺤﺮﻡ، ﻭﻳﺪﻳﻤﻪ ﺇﻟﻰ ﺁﺧﺮ ﺻﻼﺗﻪ، ﺇﻻ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﺴﺘﺜﻨﻰ . ﻭﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﻘﺪﻡ ﺍﻟﻨﻈﺮ ﻋﻠﻰ ﺍﺑﺘﺪﺍﺀ ﺍﻟﺘﺤﺮﻡ ﻟﻴﺘﺄﺗﻰ ﻟﻪ ﺗﺤﻘﻖ ﺍﻟﻨﻈﺮ ﻣﻦ ﺍﺑﺘﺪﺍﺀ ﺍﻟﺘﺤﺮﻡ . ﻭﺧﺺ ﻣﻮﺿﻊ ﺍﻟﺴﺠﻮﺩ ﻻﻧﻪ ﺃﺷﺮﻑ ﻭﺃﺳﻬﻞ . ‏( ﻗﻮﻟﻪ : ﻻﻥ ﺫﻟﻚ ‏) ﺃﻱ ﺇﺩﺍﻣﺔ ﺍﻟﻨﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﻣﺤﻞ ﺳﺠﻮﺩﻩ . ﻭﻗﻮﻟﻪ : ﺃﻗﺮﺏ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺨﺸﻮﻉ ﺃﻱ ﺇﻟﻰ ﺗﺤﺼﻴﻠﻪ، ﻛﻤﺎ ﻣﺮ . ‏( ﻗﻮﻟﻪ : ﻭﻟﻮ ﺃﻋﻤﻰ ‏) ﺃﻱ ﻭﺳﻦ ﺇﺩﺍﻣﺔ ﻧﻈﺮﻩ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﺃﻋﻤﻰ . ﻭﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﺑﻨﻈﺮﻩ ﻣﻮﺿﻌﻪ، ﺇﺫ ﻻ ﻧﻈﺮ ﻟﻼﻋﻤﻰ . ‏( ﻗﻮﻟﻪ : ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻜﻌﺒﺔ ﺇﻟﺦ ‏) ﺍﻟﻐﺎﻳﺔ ﻟﻠﺮﺩ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﺍﺳﺘﺜﻨﻰ ﺍﻟﻜﻌﺒﺔ ﻓﻘﺎﻝ ﺃﻧﻪ ﻳﻨﻈﺮ ﺇﻟﻴﻬﺎ . ﻭﻓﻲ ﺍﻟﻤﻐﻨﻲ، ﻭﻋﻦ ﺟﻤﺎﻋﺔ : ﺃﻥ ﺍﻟﻤﺼﻠﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﺍﻟﺤﺮﺍﻡ ﻳﻨﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻜﻌﺒﺔ ﻟﻜﻦ ﺻﻮﺏ ﺍﻟﺒﻠﻘﻴﻨﻲ ﺃﻧﻪ ﻛﻐﻴﺮﻩ . ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻻﺳﻨﻮﻱ : ﺇﻥ ﺍﺳﺘﺤﺒﺎﺏ ﻧﻈﺮﻩ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻜﻌﺒﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺟﻪ ﺿﻌﻴﻒ . ‏( ﻗﻮﻟﻪ : ﺃﻭ ﻓﻲ ﺍﻟﻈﻠﻤﺔ ‏) ﺃﻱ ﻭﺳﻦ ﺇﺩﺍﻣﺔ ﺍﻟﻨﻈﺮ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻤﺼﻠﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻈﻠﻤﺔ . ‏( ﻗﻮﻟﻪ : ﺃﻭ ﻓﻲ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﺠﻨﺎﺯﺓ ‏) ﺃﻱ ﻭﺳﻦ ﺫﻟﻚ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﺠﻨﺎﺯﺓ . ﻭﻫﺬﻩ ﺍﻟﻐﺎﻳﺔ ﻟﻠﺮﺩ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﺍﺳﺘﺜﻨﻰ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﺠﻨﺎﺯﺓ ﻓﻘﺎﻝ : ﺃﻧﻪ ﻳﻨﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﻴﺖ . ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺠﻤﺎﻝ ﺍﻟﺮﻣﻠﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﻬﺎﻳﺔ : ﻭﺍﺳﺘﺜﻨﻰ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺃﻳﻀﺎ ﻣﺎ ﻟﻮ ﺻﻠﻰ ﺧﻠﻒ ﻇﻬﺮ ﻧﺒﻲ ﻓﻨﻈﺮﻩ ﺇﻟﻰ ﻇﻬﺮﻩ ﺃﻭﻟﻰ ﻣﻦ ﻧﻈﺮﻩ ﻟﻤﻮﺿﻊ ﺳﺠﻮﺩﻩ، ﻭﻣﺎ ﻟﻮ ﺻﻠﻰ ﻋﻠﻰ ﺟﻨﺎﺯﺓ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﻨﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﻴﺖ . ﻭﻟﻌﻠﻪ ﻣﺄﺧﻮﺫ ﻣﻦ ﻛﻼﻡ ﺍﻟﻤﺎﻭﺭﺩﻱ ﺍﻟﻘﺎﺋﻞ ﺑﺄﻧﻪ ﻟﻮ ﺻﻠﻰ ﻓﻲ ﺍﻟﻜﻌﺒﺔ ﻧﻈﺮ ﺇﻟﻴﻬﺎ . ﺍﻩ . ﻭﻛﺘﺐ ﻉ ﺵ : ﻗﻮﻟﻪ : ﻭﻟﻌﻠﻪ، ﺃﻱ ﺍﻻﺳﺘﺜﻨﺎﺀ . ﻭﻗﻮﻟﻪ : ﻣﺄﺧﻮﺫ ﺃﻱ ﻭﻫﻮ ﻣﺮﺟﻮﺡ . ﺍﻩ . ‏( ﻗﻮﻟﻪ : ﻧﻌﻢ، ﺇﻟﺦ ‏) ﺍﺳﺘﺪﺭﺍﻙ ﻋﻠﻰ ﺳﻨﻴﺔ ﺇﺩﺍﻣﺔ ﺍﻟﻨﻈﺮ ﻣﺤﻞ ﺳﺠﻮﺩﻩ، ﻭﻫﺬﺍ ﻗﺪ ﻣﺮ ﺫﻛﺮﻩ ﻗﺮﻳﺒﺎ . ‏( ﻗﻮﻟﻪ : ﻭﻻﻳﻜﺮﻩ ﺗﻐﻤﻴﺾ ﻋﻴﻨﻴﻪ ‏) ﺃﻱ ﻻﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﺮﺩ ﻓﻴﻪ ﻧﻬﻲ : ﻗﺎﻝ ﻉ ﺵ : ﻟﻜﻨﻪ ﺧﻼﻑ ﺍﻻﻭﻟﻰ، ﻭﻗﺪ ﻳﺠﺐ ﺍﻟﺘﻐﻤﻴﺾ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻌﺮﺍﻳﺎ ﺻﻔﻮﻓﺎ، ﻭﻗﺪ ﻳﺴﻦ ﻛﺄﻥ ﺻﻠﻰ ﻟﺤﺎﺋﻂ ﻣﺰﻭﻕ ﻭﻧﺤﻮﻩ ﻣﻤﺎ ﻳﺸﻮﺵ ﻓﻜﺮﻩ . ﻗﺎﻟﻪ ﺍﻟﻌﺰ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺴﻼﻡ . ﺍﻩ ﻡ ﺭ . ‏( ﻗﻮﻟﻪ : ﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﺨﻒ ‏) ﺃﻱ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﻐﻤﻴﺾ ﺿﺮﺭﺍ، ﻓﺈﻥ ﺧﺎﻓﻪ ﻛﺮﻩ

DASI Dagelan Santri Indonesia
SantriDASI
Santri

Fiqih Bab Shalat (Tentang Bacaan I'tidal) "sami'Allohu liman hamidah" bukan "Allohu Akbar"

March 31, 2018


Fiqih Bab Shalat (Tentang Bacaan I'tidal)  "sami'Allohu liman hamidah" bukan "Allohu Akbar"
Fiqih Bab Shalat (Tentang Bacaan I'tidal)  "sami'Allohu liman hamidah" bukan "Allohu Akbar" 

Benangmerahdasi  -Fiqih bab sholat (ketika i'tidal mengucapkan "Sami'Allahu liman Hamidah" bukan Allahu Akbar" seperti pada gerakan yang lain.

BENANG MERAH
Santridasi
NO : 00368
FIQIH BAB SHOLAT
[ Tentang Bacaan I'tidal ]

Hallo Benang merah
WA : 0813 8445 1265
WA : 0899 8605 999
Santri dasi

Sail : Muhammad Lutfie D'nan

Pertanyaan :
Mengapa ketika i'tidal, kita mengucapkan "sami'Allohu liman hamidah" bukan "Allohu Akbar" seperti pada gerakan yang lain ?

Mujawib :
Daviq Muntaqy

Jawaban :

Referensi :
I'anatut Tholibin juz 1 halaman 181

(قوله: قائلا سمع الله لمن حمده)
أي حال كونه قائلا ذلك، ويكون عند ابتداء الرفع من الركوع.
وأما عند انتصابه فيسن ربنا لك الحمد.

والسبب في سن سمع الله لمن حمده: أن الصديق رضي الله عنه ما فاتته صلاة خلف رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قط، فجاء يوما وقت صلاة العصر فظن أنه فاتته مع رسول الله - صلى الله عليه وسلم -، فاغتم بذلك وهرول ودخل المسجد فوجده - صلى الله عليه وسلم - مكبرا في الركوع، فقال: الحمد لله.
وكبر خلفه - صلى الله عليه وسلم -.
فنزل جبريل والنبي - صلى الله عليه وسلم - في الركوع، فقال يا محمد، سمع الله لمن حمده.

وفي رواية: اجعلوها في صلاتكم.
فقال : عند الرفع من الركوع، - وكان قبل ذلك يركع بالتكبير ويرفع به - فصارت سنة من ذلك الوقت ببركة الصديق رضي الله عنه.
اه بجيرمي.

Artinya :

“Dan sebab sunahnya perkataan “Sami’a Allah liman hamidah” adalah sesungguhnya Abubakar As-Siddiq RA tidak pernah ketinggalan salat di belakang Rasulullah SAW.
Pada suatu hari ketika hendak shalat ‘Ashar beliau terlambat dan menyangka tidak sempat salat di belakang Rasulullah SAW, beliau sangat menginginkan agar bisa salat bersama Rasulullah SAW, beliau berlari dan memasuki masjid rupanya beliau mendapatkan Rasulullah SAW sedang membaca takbir dalam ruku’ maka beliau memuji Allah dengan mengucapkan Alhamdulillah dan langsung bertakbir mengikuti Rasulullah SAW, datanglah malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW yang sedang ruku’ dan mengatakan :
" wahai Muhammad Allah telah mendengar orang yang memuji-Nya maka bacakan “ Sami’a Allahu Liman Hamidah”.
Baca Juga: Fiqih bab shalat (penjelasan tentang pengertian shalat sunnah Awwabin)
Dalam riwayat lain disebutkan “Jadikanlah kalimat itu sebagai bacaan salat kalian ”.
maka Rasulullah SAW membacanya ketika bangkit dari ruku’ padahal sebelum itu beliau turun ke dan bangkit dari ruku’ dengan mengucapkan “Allahu Akbar”
maka menjadi sunnah dari semenjak kejadian itu berkah dari Abubakar as-Siddiq RA.

DASI Dagelan Santri Indonesia
Santri DASI

Santri

Fiqih bab Shalat penjelasan Tentang pengertian Shalat Sunnah Awwabin

March 30, 2018


Fiqih bab Shalat penjelasan Tentang pengertian Shalat Sunnah Awwabin
Fiqih bab Shalat penjelasan Tentang pengertian Shalat Sunnah Awwabin 


Benangmerahdasi  -Fiqih bab Shalat penjelasan Tentang pengertian Shalat Sunnah Awwabin dengan referensi Al-Mausu’atul Fiqhiyyah juz 27 halaman134-135


BENANG MERAH
Santri dasi
NO : 00366
FIQIH BAB SHOLAT
[ Sholat Sunnah Awwabin ]

Hallo Benang merah
WA : 0813 8445 1265
WA : 0899 8605 999

Sail : Edy Gb-friends

Pertanyaan : apakah yang dimaksud dengan sholat sunnah awwabin?

Mujawib :
Sholeh ID

Jawaban :

Di antara shalat yang disunahkan adalah shalat Awwabin. Istilah shalat Awwabin itu sendiri memilik dua konotasi, bisa diartikan shalat Dhuha, bisa juga diartikan shalat sunah di antara Maghrib dan Isya sebagaimana yang dikemukakan para ulama dari kalangan Madzhab Syafi’i.

Kendati demikian, Madzhab Syafi’i cenderung menggunakan istilah shalat Awwabin dengan pengertian yang kedua,yaitu shalat sunah yang dilakukan di antara Maghrib dan Isya.
Baca Juga: Fiqih bab Shalat (Tentang shalat dhuhur di hari Juam'at)
Referensi :

Al-Mausu’atul Fiqhiyyah juz 27 halaman134-135

وَيُؤْخَذُمِمَّا جَاءَ عَنْ صَلاَة
الضُّحَى وَالصَّلاَةِ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ أَنَّ صَلاَةَ الْأَوَّابِينَ تُطْلَقُ عَلَى صَلاَةِ الضُّحَى ، وَالصَّلاَةِ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ . فَهِيَ مُشْتَرَكَةٌ بَيْنَهُمَا كَمَا يَقُول الشَّافِعِيَّةُ.وَانْفَرَدَ الشَّافِعِيَّةُبِتَسْمِيَةِ التَّطَوُّعِ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ بِصَلاَةِ الْأَوَّابِين

َArtinya, “Dari apa yang telah dijelaskan mengenai shalat Dhuha dan shalat sunah di antara Maghrib dan Isya dapat diambil kesimpulan bahwa ‘shalat Awwabin’ dikatakan untuk menyebut shalat sunah Dhuha dan shalat sunah di antara Maghrib dan Isya. Karenanya shalat Awwabin dikonotasikan di antara keduanya sebagaimana dikemukakan oleh Madzhab Syafi’i. Hanya Madzhab Syafi’i yang menamakan shalat di antara Maghrib dan Isya dengan shalat Awwabin,”

DASI Dagelan Santri Indonesia
Santri DASI
Santri


Kajian Tasawuf Kitab Kimi'aussa'adah Tentang Cerminan Hati

March 28, 2018



Kajian Tasawuf Kitab Kimi'aussa'adah Tentang Cerminan Hati
Kajian Tasawuf Kitab Kimi'aussa'adah Tentang Cerminan Hati

Benangmerahdasi  -Kajian tasawuf bagian 31 kitab Kimi'aussa'adah Muallif Imam Ghozalo Ra (Tentang cerminan hati manusia)

KAJIAN TASAWUF
Kitab: Kimi'aussa'adah
Muallif: Imam Ghozali Ra
Nomor: 031
Santri 


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمدلله رب العالمين، والصلاة والسلام على رسوله الأمين، وآل بيته الطيبين الطاهرين، وعلى آله وصحابة الغرالميامين. وبعد:


Walaupun demikian, dalam kenyataannya tidak semua bentuk atau bayangan dapat terlihat dalam cermin. Hal ini disebabkan oleh lima hal:

-Pertama, pembuatan cermin yg tidak sempurna. Seperti cermin yg terbuat dari bahan paku besi yg belum digosok dan dikilapkan. Demikian juga hati sebab ketidaksempurnaan hati itu sendiri. Seperti seorang anak kecil, tidak mampu memperoleh dan menampung pengetahuan-pengetahuan tertentu karena ketidak sempurnaan hati itu.

Kedua: Karena kotoran dan karat yg menutupi cermin, meskipun pembuatannya telah sempurna, demikian juga hati tidak dapat melihat benda atau bayangan disebabkan perbuatan maksiat dan dosa yg bertumpuk-tumpuk. Semua itu akan menghalangi kejernihan dan kecermelangan hati dan mencegah munculnya kebenaran didalamnya.
Baca Juga: Kajian Tasawuf Tentang Ilmu dalam Hati 

-Ketiga:Karena benda tersebut tidak tepat berhadapan dengan cermin, semisal objek berada dibelakang cermin. Begitu juga hati, terhalang sebab dipalingkan dari posisi hakikat yang dicari, terkadang orang yang taat sekalipun, belum tentu cahaya kebenaran akan tanpak dengan jelas. Hal ini mungkin karena ia tidak mencari kebenaran atau tidak mengarahkan cerminnya kearah kebenaran yang dicari, semisal hanya tertumpu pada ibadah zahiriyah saja tanpa berusaha menyelami hakikat dari ibadah itu sendiri.

-Keempat: Adanya tabir yg menghalangi antara cermin dan benda. Demikian juga hati ia tidak bisa memantulkan cahaya hakikat sebab adanya tabir penghalang yaitu hawa nafsu dan keyakinan yg keliru yang ia pegang teguh sejak kecil(taqolid)

-Kelima :Karena tidak mengetahui posisi benda yang dikehendaki, sehingga tidak berhasil menghadapkan cermin kearah benda. Demikian juga hati ia tidak bisa menampilkan cahaya kebenaran sebab tidak mengetahui arah posisi objek yang dicari(Mencari selain Allah swt).

Bersambung..

Senin 26 Maret 2018
Pps Sirojul Baroya
Aba Abror Al Muqoddam

DASI Dagelan Santri Indonesia
Santri DASI

Santri

Kajian Tasawuf Kitab Kimi'aussa'adah Tentang Ilmu dalam Hati

March 28, 2018


Kajian Tasawuf Kitab Kimi'aussa'adah Tentang Ilmu dalam Hati
Kajian Tasawuf Kitab Kimi'aussa'adah Tentang Ilmu dalam Hati


Benangmerahdasi  -Kajian Tasawuf  Kitab Kimi'aussa'adah Muallif Imam Ghozali Ra no: 030

KAJIAN TASAWUF
Kitab: Kimi'aussa'adah
Muallif: Imam Ghozali Ra
Nomor: 030
Santri

*************************

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمدلله رب العالمين، والصلاة والسلام على رسوله الأمين، وآل بيته الطيبين الطاهرين، وعلى صحابته الغرالميامين. وبعد:

Adakalanya hakikat sesuatu telah ada, hati juga ada, namun ilmu tentang hakikat sesuatu itu belum ada. Karena yang dikatakan ilmu adalah sampainya sesuatu hakikat kedalam hati. Demikian pula, sekalipun pedang dan tangan sama-sama ada, namun belum tentu genggaman itu terjadi, karena tiadanya kepastian keberadaan pedang ditangan.
Baca Juga: Kajian Tasawuf  tentang perumpamaan hari khusus kaitannya dengan ilmu

Memang genggaman bisa terwujud melalui keberadaan(sampainya)pedang tersebut ditangan, namun substansi pengetahuan(obyek)tidak bisa berada dihati. Contohnya: orang yg mengetahui tentang api, tidak berarti substansi api tersebut berada dihatinya, karena yang ada dihati hanyalah pengertian dan hakikat api yang menyerupai bentuk aslinya.

Oleh sebab itu yang paling tepat adalah melakukan perumpamaan dengan cermin, sebagaimana contoh terdahulu. Sebab substansi manusia tidak muncul dicermin, dan yang muncul hanyalah bayangan yang menyerupai manusia. Maka seperti itu pulalah keberadaan hakikat segala sesuatu-atau yang disebut ilmu- dalam hati.

Bersambung..

Bojonegoro, Senin 19 Maret 2018
Aba Abror Al Muqoddam

DASI Dagelan Santri Indonesia
Santri DASI
Santri 
 
Copyright © benangmerahdasi.com. Designed by OddThemes & VineThemes