Penjelasan Fiqih Bunuh Diri Dengan Sebab Sakit Keras


Benangmerahdasi -Fiqih Aqidah (tentang bunuh diri) NO:00242

FIQIH AQIDAH [tentang bunuh diri]
No: 00242
Hallo Benang merah
WA: 081384451265


PERTANYAAN
BUNUH DIRI DENGAN SEBAB SAKIT KERAS YANG KRONIS APAKAH MASUK NERAKA ?

JAWABAN
Orang yg mati bunuh diri masuk ke dalam kehendak Allah, tidak bisa langsung divonis kafir dan masuk neraka.
Dijelaskan di kitab syarah Nawawi 'ala muslim (1/299) :
.
باب الدليل على أن قاتل نفسه لا يكفرعَنْ جَابِرٍ اَنَّ الطُّفَيْلَ بْنَ عَمْرٍو الدَّوْسِيَّ اَتَى النَّبِيَّ ص فَقَال
َ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، هَلْ لَكَ فِى حِصْنٍ حَصِيْنٍ وَ مَنْعَةٍ؟ )قَالَ حِصْنٌ كَانَ لِدَوْسٍ فِى اْلجَاهِلِيَّةِ( فَاَبَى ذلِكَ النَّبِيُّ ص لِلَّذِى ذَخَرَ اللهُ لِـْلاَنْصَارِ. فَلَمَّا هَاجَرَ النَّبِيُّ ص اِلَى اْلمَدِيْنَةِ هَاجَرَ اِلَيْهِ الطُّفَيْلُ بْنُ عَمْرٍو وَ هَاجَرَ مَعَهُ رَجُلٌ مِنْ قَوْمِهِ. فَاجْتَوَوُا اْلمَدِيْنَةَ فَمَرِضَ فَجَزِعَ فَاَخَذَ مَشَاقِصَ لَهُ، فَقَطَعَ بِهَا بَرَاجِمَهُ،فَشَخَبَتْ يَدَاهُ حَتَّى مَاتَ. فَرَآهُ الطُّفَيْلُ بْنُ عَمْرٍو فِى مَنَامِهِ. فَرَآهُوَ هَيْئَتُهُ حَسَنَةٌ. وَ رَآهُ مُغَطِّيًا يَدَيْهِ فَقَالَ لَهُ: مَا صَنَعَ بِكَ رَبُّكَ؟ فَقَالَ غَفَرَلِى بَهِجْرَتِى اِلَى نَبِيِّهِ ص. فَقَالَ: مَا لِى اَرَاكَ مُغَطِّيًا يَدَيْكَ؟ قَالَ قِيْلَ لِى. لَنْ نُصْلِحَ مِنْكَ مَا اَفْسَدْتَ. فَقَصَّهَا الطُّفَيْلُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ ص.فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. اَللّهُمَّ وَ لِيَدَيْهِ فَاغْفِرْ. مسلم

Bab: tentang dalil bahwa orang yg membunuh dirinya tidak dihukumi kafir
Dari Jabir, bahwa Ath-Thufail binAmr Ad-Dausiy datang kepada Nabi shollallohu alaihi wasallam lalu berkata,

“Ya Rasulullah, apakah engkau mau berada dalam benteng yg kokoh dan kuat ?”. (Benteng itu milik keluarga Daus di zaman Jahiliyah). Rasulullah shollallohualaihi wasallam menolak untuk itu, karena sudah ada yg disimpankan Allah pada golongan Anshor.

Ketika Nabi shollallohu alaihi wasallam hijrah ke Madinah, Ath-Thufail bin Amr juga hijrah ke sana disertai seseorang dari kaumnya. Ternyata mereka tidak kerasan tinggal di Madinah. Kemudian orang yg menyertai Ath-Thufail bin Amr tersebut sakit. Dia tidak sabar dengan sakitnya, maka diambilnya anak panah bermata lebar miliknya. Dengan itu dia potong ruas-ruas jarinya, sehingga kedua tangannya mengalirkan darah dengan deras, sehingga mati.

Suatu hari Ath-Thufail bin Amr memimpikan orang itu. Dalam mimpinya Ath-Thufail melihat orang tersebut dalam keadaan baik, tetapi dia menutupi kedua tangannya. Lalu Ath-Thufail bertanya,
“Apa tindakan Tuhanmu terhadapmu ?”.
Orang itu menjawab, “Dia mengampuniku karena hijrahku kepada Nabi-Nya shollallohu alaihi wasallam”.
Ath-Thufail bertanya lagi, “Kenapa aku lihat engkau menutupi kedua tanganmu ?”.
Orang itu menjawab, “Dikatakan kepadaku: “Kami tidak akan memperbaiki dirimu apa yg telah engkau rusak”.

Kemudian Ath-Thufail menceritakan mimpinya kepada Rasulullah shollallohu alaihi wasallam lalu beliau berdoa, “Ya Allah, untuk kedua tangannya, maka ampunilah dia”. (HR. Muslim).
Penjelasan imam Nawawy tentang hadits diatas:

:أما أحكام الحديث ففيه حجة لقاعدة عظيمة لأهل السنة أن من قتل نفسه أو ارتكب معصية غيرها ومات من غير توبة فليس بكافر ، ولا يقطع له بالنار ، بل هو في حكم المشيئة . وقد تقدم بيان القاعدة وتقريرها . وهذا الحديث شرح للأحاديث التي قبله الموهم ظاهرها تخليد قاتل النفس وغيره من أصحاب الكبائر في النار ، وفيه إثبات عقوبة بعض أصحاب المعاصي فإن هذا عوقب في يديه ففيه رد على المرجئة القائلين بأن المعاصي لا تضر . والله أعلم .

Adapun hukum-hukum dalam hadis ini, maka di dalamnya terdapat hujjah bagi qoidah yg agung untuk kelompok ahlus sunnah wal jama'ah bahwa orang yg membunuh dirinya atau melakukan ma'siyat lainnya kemudian meninggal tanpa bertaubat maka tidak dihukumi kafir dan tidak dipastikan masuk neraka, tetapi dia masuk kedalam hukum kehendak Allah.

Dan hadits ini adalah penjelasan bagi hadist-hadist sebelumnya yg disalah pahami makna dhohirnya, yaitu langgengnya orang yg bunuh diri dan pemilik dosa besar di dalam neraka. Dalam hadits juga ada penetapan hukuman bagi sebagian orang yg berma'siyat, karena orang ini dihukum sebab kedua tangannya.

dalam hadits terdapat penolakan terhadap kaum murji'ah yg berpendapat bahwa maksiyat itu tidak membahayakan.
Orang yg mati bunuh diri tidak mengeluarkan dia dari islam. Dan seandainya dia masuk neraka maka dia tidak akan kekal di dalamnya.
Intaha

Oleh: fathur-elzirozy

Share this:

Post a Comment

 
Copyright © benangmerahdasi.com. Designed by OddThemes & VineThemes