Hukum Fiqih Berqurban/ Aqiqah Dengan Cara Hutang


BenangmerahDasi -Fiqih bab Aqiqqoh dan Qurban

PERTANYAAN
1. BOLEHKAH DALAM AQIQOH DENGAN SELAIN KAMBING..?

2. BOLEHKAH AQIQOH /BERKURBAN DENGAN CARA HUTANG..?


JAWABAN
1. Jumhur Ulama' ; BOLEH

Pendapat ini merupakan pendapat jumhur ulama' seperti mazhab Al-Hanafiyah, As-Syafi'iyah, dan Al- Hanabilah. Sedangkan di kalangan mazhab Al- Malikiyah, ada perbedaan riwayat antara membolehkan dan yang tidak membolehkan. Namun yang lebih rajin, mazhab ini pun membolehkannya, mereka umumnya sepakat di benarkannya penyembelihan aqiqoh dengan selain kambing, yaitu sapi atau unta.

Diantara dasarnya karena sapi dan unta juga merupakan hewan yang biasa di gunakan untuk ibadah, yaitu untuk qurban dan hadyu. Bahkan sapi dan unta secara ukuran lebih besar dari kambing, dan tentunya harganya lebih nahal. Oleh karena itu, tidak mengapa bila menyembelih aqiqoh dengan hewan yang lebih besardan lebih mahal harganya, selama masih termasuk hewan persembelihan.


Imam Ibnu Mundzir membolehkan aqiqoh dengan selain kambing, dengan alasan.

:مَعَ الْغُلامِ عَقِيقَةٌ فَأَهْرِيقُوا عَنْهُ دَمًا وَأَمِيطُوا عَنْهُ الأَذَى“

Bersama bayi itu ada aqiqohnya, maka sembelihlah hewan, dan hilangkanlah gangguan darinya. ''(HR, Bukhari)

Menurutnya, hadits ini tidak menyebutkan kambing, tetapi hewan secara umum, jadi boleh saja dengan selain kambing.
Ibnul Mundzir menceritakan, bahwa Anas bin Malik meng-aqiqahkan anaknya dengan unta.

Dari Al-Hasan, dia berkata bahwa Anas bin Malik radhiyallahuanhu menyembelih seekor unta untuk aqiqah anaknya. Hal itu juga dilakukan oleh sahabatnya  yang lain , yaitu Abu Bakrah radhiyallahuanhu.

Beliau pernah menyembelih seekor unta untuk aqiqah anaknya dan memberikan makanan untuk penduduk Bashrah dengannya.


a. Mazhab Al- Hanafiyah

Para ulama di kalangan mazhab  Al- Hanabillah umumnya membolehkan beberapa orang berpatungan untuk menyembelih hewan dalam rangka taqarrub kepada Allah dengan bentuk yang berbeda-beda. Yang penting masih dalam rangka taqorrub dan boleh bila niatnya di luar itu. Al- Kasani (w.587H) menuliskan masalah itu dalam kitabnya, Badai Ash- Shanai' sebagai berikut.


:ولو أرادوا القربة الأضحية أو غيرها من القرب أجزأهم سواء كانت القربة واجبة أو تطوعا أو وجبت على البعض دون البعض 
وسواء اتفقت جهات القربة أو اختلفت بأن أراد بعضهم الأضحية وبعضهم جزاء الصيد وبعضهم هدي الإحصار وبعضهم كفارة شيء أصابه في إحرامه وبعضهم هدي التطوع وبعضهم دم المتعة والقران وهذا قول أصحابنا الثلاثة

Bila mereka berniat qurbah dengan qurban atau dengan yang lainnya maka hukumnya sah, baik yang hukumnya wajib atau sunah, atau hukumnya untuk sebagian mereka wajib dan untuk sebagiannya lainnya sunah, baik jenis qurbannya sama atau beda. Misalnya sebagian ada yang niat qurban, sebagian niat berburu, hadyu ihshar, kaffarah atas pelanggaran ihram, hadyu tatahawwu' damtamattu' dan qirah. Dan ini pendapat tiga ulama' kami. (1)

b. Mazhab Asy-Syafi'iyah dan Al- Hanabilah

Demikian juga mazhab Asy- Syafiíyah dan Al- Hanabilah, keduanya sama-sama memperbolehkan aqiqah dengan sapi, termasuk bila hanya dari salah satu peserta patungan. Bahkan dalam mazhab ini, niat orang yang berpatungan itu tidak harus dalam rangka taqarrub kepada Allah. An-Nawawi (w.676 H) salah satu ulama' besar didalam mazhab Asy-Syafi'iyah menyebutkan di dalam kitabnya Al- Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab sebagai berikut.

:وتجزئ البدنة عن سبعة وكذا البقرة سواء كانوا أهل بيت أو بيوت وسواء كانوا متقربين بقربة متفقة أو مختلفة واجبة أو مستحبة أم كان بعضهم يريد اللحم ويجوز أن يقصد بعضهم التضحية وبعضهم الهدي


Boleh menyembelih unta atau sapi untuk 7 orang, baik mereka satu rumah atau beberapa rumah, baik semua berniat ibadah yang sama, atau ibadah yang berbeda-beda, baik hukumnya wajib atau mustahab, baik sebagianya hanya butuh daging.  Dan boleh bila sebagian berniat qurban dan yang lain hadyu. (2).

2. Pendapat Ibnu Hazm Azh- Zhahiri; TIDAK BOLEH

Sebagian ulama' berpendapat  bahwa aqiqah itu hanya boleh dengan kambing dan tidak boleh dengan sapi atau unta, diantaranya sebagian ulama' mazhab Al-Malikiyah, Ibnu Hazm yang mewakili mazhab Azh-Zhahiri, dimana kedunya mengacu kepada ijtihad Aisyah radhiyallahuanha.

Sebagiamana di sebutkan di atas, ada perbedaan riwayat di kalangan mazhab Al- Malikiyah, antara yang membolehkan dan yang tidak membolehkan.

Dan pendapat yang lebih lemah mengatakan tidak boleh ber aqiqah dengan selain kambing. Ibnu Hazm (w.456 H) menuliskan di dalam kitabnya  Al- Muhalla tentang masalah ini sebagai berikut.


:ولا يجزئ في العقيقة إلا ما يقع عليه اسم شاة - إما من الضأن وإما من الماعز فقط - ولا يجزئ في ذلك من غير ما ذكرنا لا من الإبل ولا من البقر الإنسية، ولا من غير ذلك

'' Tidak sah aqiqah kecuali dengan hewan yang termasuk syah, baik berupa domba ataupun kambing. Dan tidak sah kecuali dengan apa yang kami sebutkan, maka unta atau sapi tidak sah dan lainya juga. ( 3).

Ibnu Qayyim menceritakan, bahwa telah ada kasus pada masa sahabat di antara mereka melaksanakan aqiqah dengan unta, namu hal itu langsung diingkari oleh Rasullullah S.A.W.

Lalu apa dasar mereka tidak membolehkan beraqiqah kecuali dengan kambing?

Di antara landasannya sebagai mana yang di terangkan dalam riwayat berikut.

:قِيْلَ لِعَائِشَةَ : ياَ أُمَّ المـُؤْمِنِين عَقَّى عَلَيْهِ أَوْ قَالَ عَنْهُ جُزُورًا؟ فَقَالَتْ : مَعَاذَ اللهِ ، وَلَكْن مَا قَالَ رَسُولُ اللهِ شَاتاَنِ مُكاَفِأَتَانِ

Dari Ibnu Abi Malikah berkata; telah lahir seorang bayi laki-laki untuk Abdurrahman bin Abi Bakar, maka di katakan kepada 'Aisyah; Wahai Ummul Mu'minim, adakah aqiqah atas bayi itu dengan seekor unta..?'' Maka 'Aisyah menjawab; ''Aku berlindung kepada Allah, tetapi seperti yang di katakan oleh Rasullullah, dua ekor kambing yang sepadan''.

(HR.Al- Baihaqi) dalam riwayat lain, dari 'Atha radhiallahuanhu, katanya

قاَلَتْ اِمْرَأُةٌ عِنْدَ عَائِشَة لَوْ وَلَدَتْ اِمْرَأَة فُلاَن نَحَرْناَ عَنْهُ جُزُورًا؟ قَالَتْ عَائِشَة : لاَ وَلَكِن السُّنَّة عَنِ الغُلاَمِ شَاتَانِ وَعَنِ الجَارِيَةِ شَاةٌ

Seorang wanita berkata di hadapan 'Aisyah;'' seandainya seorang wanita melahirkan fulan (anak laki-laki) kami menyembelih seekot unta.'Berkata 'Aisyah; ''Jangan, tetapi yang sesuai sunah adalah buat seorang anak laki-laki adalah dua ekor kambing dan untuk anak perempuanseekor kambing.''

(HR. Ishaq bin Rahawaih)


Kemudiandi sebutkan hadits, dari Yahya bin Yahya, menggambarkan kepada kami Husyaim, dari Uyainah bin Abdirrahman, dari ayahnya , bahwa Abu Bakrah telah mendapatkan anak laki-laki bernama Abdurrahman, dia adalah anak nya yang pertama di Bashrah, disembelihkan untuknya unta dan di berikan untuk penduduk Bashrah, lalu sebagian mereka mengingkari hal itu, dan berkata; ''Rasullullah S.A.W.telah memerintahkan aqiqah dengan dua kambing untuk bayi laki-laki, dan satu kambing untuk bayi perempuan, dan tidak boleh selain dengan selain itu (4).
Baca juga: Fiqih tentang memanjangkan celana
KESIMPULAN.

Kebolehan aqiqah dengan selain kambing di sepakati oleh jumhur Ulama' baik mazhab Al- Hanafiyah, mazhab Al-Malikiyah pada salah satu  riwayat, mazhab Asy- Syafi'iyah dan Mazhab Al- Hanabilah.

Bahkan walaupun bukan dengan sapi atau unta yang utuh, cukup dengan 1/7 nya saja sudah sah.

Yang tidak membolehkan adalah Ibnu Hazm mewakili mazhab Azh- Zhihiriyah dan sebagian riwayat mazhab Al- Malikiyah.


Wallahu a'lam bishshawab.


REFERENSI;

(1) Al-Kasani, Badai' Ash-Shanai' , jilid 5hal.71
(2) An - Nawawi, Al- Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab, jilid 8 hal.397
(3) Ibnu Hazm, Al-Muhalla, jilid 7 hal 523
(4) Imam Ibnu Qayyim, Tuhfatul Maudud fi Ahkmalil Maulud, hal 58 Darul Kutub Al'Ilmiyah.



2. BOLEH DENGAN SYARAT

Aqiqoh dengan unag hasil hutang hukumnya boleh asalkan mampu untuk melunasi ketika jatuh tempo.

:الإقراض وهو تمليك شيئ على أن يرد مثله سنة لأنه فيه إعانة علي كشف كربة فهو من السنن الأكيدة____ويحرم الإقتراض على مضطر لم يرج الوفاء من جهة ظاهرة فورا في الحال وعند الحلول في المؤجل.إعانة الطالبين ٣/٤٨


Karena di sebutkan dalam qoidah perantara itu hukumnya sama dengan hukum tujuannya:


: الوسائل حكم المقاصد.

Diantara pihak yang membolehkan berqurban dengan uang hasil hutang adalah ImamAbu Hatim sebagaimana dinukili oleh Ibnu Katsir dan Sufyan At Tsauri rahimahumullah.

''Dulu Abu Hatim pernah berhutang untuk membeli unta qurban, beliau ditanya: ''Apakah kamu berhutang untuk membeli unta qurban?" beliau jawab; '' Saya mendengar Allah berfirman



Kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya (unta-unta qurban tersebut)
 (QS Al Hajj:36)


JADI apabila tidak merepotkan  dalam urusan membayar uang penggantian hutang, dan juga tidak mengandung riba, maka berhutang untuk berqurban pada dasarnya  di bolehkan setidaknya menurut pendapat ini

 Wallahu a' lam bishshawab..

Share this:

Post a Comment

 
Copyright © benangmerahdasi.com. Designed by OddThemes & VineThemes