Kajian Kitab Ta'liimul Muta'allim Tentang Memuliakan Kitab


Kajian Kitab Ta'liimul Muta'allim Tentang Memuliakan Kitab
Kajian Kitab Ta'liimul Muta'allim Tentang Memuliakan Kitab
Benangmerahdasi -Kajian Ta'liimul Muta'allim.

Nomo : 018.
Oleh  :Umy_Nana_Syarif

Assalaamu'Alaikum

BismillaahirRohmaanirRohim.

 Memuliakan Kitab 

Salah satu ujud penghormatan terhadap ilmu adalah memuliakan kitab; karena itu dianjurkan bagi penuntut ilmu agar tidak mengambil kitab kecuali dalam keadaan suci.

Hikayat, Bahwa Syaikh Syamsul Aimmah Al Huwa ni, ra. Pernah berkata :"Sesungguhnya saya berhasil mendapat ilmu ini adalah dengan penghormatan, karena saya tidak pernah menyentuh kertas belajar selain dalam keadaan suci ".

Syaikh Syamsul Aimmah As Sarkhasi, ra. (=Beliau adalah imam Muhammad bin Ahmad As Sarkhasyi, seorang ulama argumentator, ahli kalam, ahli fiqih, ahli ushul sekaligus seorang genius tidak sedikit buku karangannya, wafat tahun 483H/1090M.sarkhas adalah nama kota diwilayah khurasan dan dari sini banyak di lahirkan para ulama {Al Mu'jamul V/65}).

Pernah sakit perut pada suatu malam dimana ia tengah serius belajar, maka iapun wudlu berulang-ulang hingga 17kali,karena dia tidak pernah belajar kecuali dalam keadaan suci ;-

Demikianlah, karena ilmu adalah nur dan wudlu juga nur, maka nur ilmu menjadi cemakin cemerlang.

Diantara penghormatan wajib kepada kitab adalah jangan menjulurkan kaki ke arah kitab, hendaklah meletakkan kitab tafsir diatas kitab yang lain dengan niat memuliakan, dan tidak meletakkan barang apapun diatas kitab.

Adalah Guru kami, Syaikh Burhanuddin, ra. Menyitir Hikayat dari seorang Syaikh, bahwa pernah ada seorang faqih meletakkan botol tinta diatas kitab kemudian Syaikh itu mengingatkan dalam bahasa persia "Tidak berbuah ilmumu ! ".

Guru kami yang lain, Qadli imam besar Fakhruddin yang populer dengan nama Qadli Khan, ra. Memberi komentar "jika berbuat demikian itu tidak dimaksudkan meremehkan kitab maka tidak mengapa, meskipun lebih baik menghindarinya".

Termasuk arti memuliakan kitab yaitu menulisnya sebagus mungkin, jangan corat - coret dia jangan pula membuat catatan - catatan yang mengaburkan tulisan kitab, kecuali keadaan terpaksa.

Imam Abu Hanifah, ra. Pernah melihat seorang penulis yang tulisannya kacau, kemudian ujar beliau "jangan bikin kacau tulisanmu, jika kau masih hidup akan menyesal dan jika mati akan di maki", maksudnya kau tua matamu rabun maka akan menyesal sendiri.

Diceritakan dari Syaikhul islam Muhammad Majduddin As Sharhaki, ra. Berkata :"kami menyesali tulisan kami yang kacau catatan kami yang tidak lengkap dan pengetahuan kami tidak komprehensif ".

Dianjurkan, hendaklah format kitab itu persegi empat, sebagaimana format kitab Abu Hanifah, ra. Karena format demikian lebih memudahkan untuk mengambil, meletakkan dan mengkajikan.
Baca Juga: Kajian Ta'liimu Muta'allim Tentang Menghormati Guru
(Melihat latar belakang keperluan tersebut, maka anjuran format segi empat ini dapat diartikan juga anjuran agar merapikan sisi tepi potongan kitab, dengan demikian, format paper - Sizenya tidak harus kuarto, tapi boleh jadi folio, letter, A4,A5,B5 dsb).

Sebaiknya pula tidak ada warna merah dalam kitab, karena merah itu warna filosof dan bukan warna (simbol) ulama' salaf ; bahkan ada sebagian dari Guru kami yang tidak berkenan naik kendaraan berwarna merah. \

(Warna adalah ekspresi dari citra dan rasa, mungkin pada saat itu, filosof selalu memilih warna merah untuk mengekspresikan citra - rasa mereka, tapi tidak demikian halnya para ulama salaf, di indonesia sendiri, kenyataan sampai sekarang warna merah tidak dipakai untuk mengekspresikan citra-rasa keagamaan atau pendidikan, karena itu, sulit kita temukan masjid, musholla, madrasah atau pesantren yang dicat dengan dominasi warna merah.
Baca Juga: Kajian Ta'liimul Muta'allim Tentang Penghormatan Terhadap Ilmu dan Ulama'
Dalam Hadits ada disebutkan keutamaan pakaian putih, dan ada juga Hadits menyatakan Nabi mengenakan surban hijau, kubah makam Rosul juga berwarna hijau sampai sekarang, disebut AL Qubbah AL Khadlra' tetapi sepanjang pengetahuan penerjemah, tidak ditemukan ayat ataupun Hadits yang melarang penggunaan warna merah pada buku atau yang lain.

 Mengingat hal demikian, mungkin dianjurkannya menghindari dominasi warna merah pada buku Adalah demi kenyamanan mata untuk membacanya saja, dan bukan larangan syara', boleh kita bayangkan, betapa panas mata kita jika membaca buku tebal yang seluruhnya dicetak dengan tinta merah, WAllohu A'lam )

Bersambung .......

Alhamdulillaahi Robbil 'Aalamiin.
Semoga bermanfaat untuk kita semua, Aamiin Yaa Mujiibas Saailiin.
Semangat Belajar Menjadi Anak Sholeh Sholihah

Selasa Kliwon 26 Desember 2017M.
Pondok Pesantren Nurul Huda Sragen

DASI Dagelan Santri Indonesia

Share this:

Post a Comment

 
Copyright © benangmerahdasi.com. Designed by OddThemes & VineThemes