Perjalanan Singkat Seorang Sufi (Hasan al Bashri)


Benangmerahdasi.com
-
Perjalanan singkat seorang sufi

Hasan al-Bashri adalah salah seorang tokoh sufi awal baik dalam arti umum atau pun dalam arti harfiahnya, karena ia selalu mengenakan jubah dari bulu domba (shuf) sepanjang hidupnya. Sebagai  putra dari perempuan yang dimerdekakan (dari Ummu Salamah, isteri Nabi SAW).dan laki-laki yang dimerdekakan (dari Zaid ibn Tsabit, putra angkat NabI SAW).Imam besar dari Bashrah ini adalah seorang pemimpin para wali dan ulama pada masanya. Beliau sangan dikenal luas karena pengejawatahannya yang menyeluruh dan ketat terhadap sunah Nabi SAW.. Beliau juga terkenal karena pengetahuannya yang luas, kesederhanaan dan kezuhudannya, protesnya yang berani terhadap penguasa, dan daya tariknya baik dalam perkataan atau penampilannya.

Ibnu al-Jauzi menulis sebuah buku setebal seratus halaman tentang kehidupan dan kebiasaannya dengan judul Adab al- Syaikh al- Hasan ibn Abil-Hasan al Bashri. Ia menyebutkan sebuah riwayat bahwa, tatkala wafat, al Hasan meninggalkan sebuah jubah wol putih yang telah ia pakai sendiri selama dua puluh tahun, baik di musim dingin atau dimusim panas. Jubah tersebut masih dalam keadaan bagus, bersih, rapi dan tak ada kotoran.

Dalam sebuah buku yang khusus mencatat perbuatan -perbuatan kaum sufi, ibn Qayyim meriwayatkan:
Sekelompok perempuan keluar pada hari 'id dan berusaha melihat orang-orang. Mereka ditanyai, ''Siapakah orang paling elok yang kalian lihat di hari ini?'' mereka menjawab, ''Itu Syekh yang mengenakan turban hitam, ''yang mereka maksud adalah Hasan al -Bashri.

Hafiz hadis Abu Nuaim al- Isfahani (w. 430H) menyebutkan bahwa murid al-Hasan, yaitu Abdul Wahid Ibn Zaid (w177H), adalah orang pertama yang membangun kha'niqa sufi, atau rumah singgah sekaligus tempat belajar di Abadan di perbatasan Iran dan Iraq di masa sekarang.

Atas dasar kemasyhuran Hasan al -Bashri dan murid-muridnya sebagai sufi, Ibn Taimiyyah menyatakan, ''Tempat asal mula tasawuf adalah Bashrah, ''4 pernyataan tersebut tidaklah tepat. Lebih tepatnya Bashrah, Bashrah menonjol di antara kemasyhuran tempat-tempat perkembangan  formal mazhab-mashab penyucian diri kemudian dikenal sebagai tasawuf, dan prinsip-prinsipnya tidak lain bersumber dari Al Qur'an dan Sunah, sebagaimana telah ditunjukan secara panjang lebar sebelumnya.

Al-Ghazali meriwayatkan kata-kata dari al -Hasan tentang jihad al-nafs bahwa Hasan al-Bashri mengatakan:

Dua fikiran berkecamuk di dalam jiwa, satu dari Allah dan satu dari musuh, Allah menunjukan rahmatnya  kepada seorang hamba yang tetap berfikir yang datang dari Allah, seraya berjuang melawan fikiran yang datang dari musuh untuk menggambarkan tarik-menarik antara dua kekuatan ini di dalam hati, Nabi SAW. Bersabda, ''Hati seorang mukmim berada di antara dua jari yang maha pengasih (al_Rahman)''6..kedua  jari tangan tersebut memberikan gejolak dan ketidak pastian di dalam hati..

Apabila seseorang mengikuti dorongan kemarahan dan kesenangan, dominasi setan muncul didalam dirinya  melalui nafsu rendahnya  dan hantinya menjadi tempat bersarang dan bersemayamnya setan, yang terus menerus memasok tuntutan hawa nafsunya. Apabila ia berjuang melawan hawa nafsunya dan tidak membiarkan mereka menguasai diri (nafs)-Nya maka berarti ia sedang meniru sifat-sifat melaikat. Pada saat ini, hatinya menjadi tempat yang menyenangkan bagi para malaikat dan mereka akan berhamburan datang kesana.

Gambaran mengenai betapa tingginya ketakwaan dan kewarakkan Hasan al-Bashri disampaikan  oleh pernyataanya berikut, yang  juga di kutip oleh al-Ghazali:

Kelalaian dan harapan adalah dua berkah Allah yang diberikan kepada anak-cucu Adam, akan tetapi untuk keduanya kaum muslim tidak akan berjalan di jalan raya

Barokallahu lanaa aamiin.

Share this:

Post a Comment

 
Copyright © benangmerahdasi.com. Designed by OddThemes & VineThemes