Al-Imam Al-Quthb Al-Habib Abdurrahman As-Saqqaf (Tarim)




BenangmerahDasi -Habib Abdurrahman As-Saqqaf adalah seorang ulama besar, wali yang agung, imam panutan dan guru besar bagi para auliya al-‘arifin. Beliau dilahirkan di kota Tarim, Hadramaut pada 739 H. Ibunya bernama Aisyah binti Abi Bakar ibnu Ahmad Al-Faqih Al-Muqaddam.

Julukan As-Saqqaf berasal dari kata as-saqfu (atap), yang berarti atapnya para wali dan orang-orang shalih pada masanya. Hal tersebut menandakan akan ketinggian ilmu dan maqam beliau yang tinggi, bahkan melampaui ulama-ulama besar di jamannya. Beliau juga mendapat julukan Syeikh Wadi Al-Ahqaf dan Al-Muqaddam Ats-Tsani Lis Saadaati Ba’alwi (Al-Muqaddam yang kedua setelah Al-Faqih Al-Muqaddam). Sejak itu, gelar As-Saqqaf diberikan pada beliau dan seluruh keturunannya.

Ulama dari Tarim, Hadramaut ini dikenal sebagai wali yang bertabur karamah. Salah satunya adalah sering dilihat banyak orang sedang hadir di tempat-tempat penting di Makkah. Ulama ini juga dikenal sebagai ulama yang kuat bermujahadah. Beliau pernah tidak tidur selama 33 tahun. Dikabarkan, beliau sering bertemu dengan Nabi ﷺ dan sahabatnya dalam keadaan terjaga setiap malam Jum’at, Senin, dan Kamis, terus-menerus.

Banyak awliyaillah dan para sholihin mengagungkan Habib Abdurrahman As-Saqqaf. Ia tidaklah memutuskan suatu perkara terhadap seseorang, kecuali setelah mendengar isyarat dari Yang Maha Benar untuk melakukan sesuatu. Berkata As-Sayyid Al-Jalil Muhammad bin Abu Bakar bin Ahmad Ba’alawy, “Ketika Habib Abdurrahman telah memutuskan suatu perkara bagiku, maka hilanglah seketika dariku rasa cinta dunia dan sifat-sifat yang tercela, berganti dengan sifat-sifat yang terpuji.”

Sebagaimana para auliya di Hadramaut, beliau juga suka mengasingkan diri untuk beribadah di lorong bukit An-Nu’air dan juga sekaligus berziarah ke makam Nabi Hud a.s. Seorang muridnya yang lain bernama Syeikh Abdurrahim bin Ali Khatib menyatakan, “Pada suatu waktu sepulangnya kami dari berziarah ke makam Nabi Hud a.s. bersama Habib Abdurrahman, beliau berkata, “Kami tidak akan shalat Maghrib kecuali di Fartir Rabi’.”
Kami sangat heran sekali dengan ucapan beliau. Padahal waktu itu matahari hampir saja terbenam sedangkan jarak yang harus kami tempuh sangat jauh. Beliau tetap saja menyuruh kami berjalan sambil berzikir kepada Allah SWT. Tepat waktu kami tiba di Fartir Rabi’, matahari mulai terbenam. Sehingga kami yakin bahwa dengan karamahnya sampai matahari tertahan untuk condong sebelum beliau sampai di tempat yang ditujunya.”
Kata sebagian murid beliau, "Kejadian itu sama seperti yang pernah terjadi pada diri Syeikh Ismail Al-Hadrami rhm."

Pernah suatu ketika, ada sebuah perahu yang penuh dengan penumpang dan barang tiba-tiba bocor saja tenggelam. Semua penumpang yang ada dalam perahu itu panik. Sebagian ada yang beristighatsah (minta tolong) pada sebagian wali yang diyakininya dengan menyebut namanya. Sebagian yang lain ada yang beristighatsah dengan menyebut nama Habib Abdurrahman As-Saqqaf. Orang yang menyebutkan nama Habib Abdurrahman As-Saqqaf itu bermimpi melihat beliau sedang menutupi lubang perahu yang hampir tenggelam itu dengan kakinya, hingga selamat. Cerita itu didengar oleh orang yang kebetulan tidak percaya pada Habib Abdurraman As-Saqqaf.

Selang beberapa waktu setelah kejadian di atas orang yang tidak percaya dengan Habib Abdurrahman itu tersesat dalam suatu perjalanannya selama tiga hari. Semua persediaan makan dan minumnya habis. Hampir ia putus asa. Untunglah ia masih ingat pada cerita istighatsah dengan menyebut Habib Abdurrahman As-Saqqaf, yang pernah didengarnya beberapa waktu yang lalu. Kemudian ia beristighatsah dengan menyebutkan nama beliau. Dan ia bernazar jika memang diselamatkan oleh Allah SWT dalam perjalanan ini ia akan patuh dengan Habib Abdurrahman As-Saqqaf. Belum selesai menyebut nama beliau tiba-tiba datanglah seorang lelaki yang memberinya buah kurma dan air. Kemudian ia ditunjukkan jalan keluar sampai terhindar dari bahaya.

Karamah yang lain dari Habib Abdurrahman As-Saqqaf, juga dibuktikan oleh salah seorang pelayan rumahnya. Salah seorang pelayan itu suatu ketika di tengah perjalanan dihadang oleh perampok. Kendaraannya dan perbekalannya kemudian dirampas oleh seorang dari keluarga Al-Katsiri. Pelayan yang merasa takut itu segera beristighatsah menyebut nama Habib Abdurrahman untuk minta tolong dengan suara keras. Ketika orang yang merampas kendaraan dan perbekalan sang pelayan tersebut akan menjamah kenderaan dan barang perbekalannya tiba-tiba tangannya kaku tidak dapat digerakkan sedikitpun. Melihat keadaan yang kritikal itu si perampas berkata pada pelayan yang dirampas kendaraan dan perbekalannya.

“Aku berjanji akan mengembalikan barangmu ini jika kamu beristighatsah sekali lagi kepada syeikhmu yang kamu sebutkan namanya tadi,” kata sang perampok.

Si pelayan segera beristighatsah mohon agar tangan orang itu sembuh seperti semula. Dengan izin Allah tangan si perampas itu segera sembuh dan barangnya yang dirampas segera dikembalikan kepada si pelayan. Waktu pelayan itu bertemu dengan Habib Abdurrahman As-Saqqaf, beliau berkata, “Jika beristighatsah tidak perlu bersuara keras, karena kami juga mendengar suara perlahan.”

Itulah beberapa karamah yang ditujukan kepada ulama yang bernama lengkap Habib Abdurrahman As-Saqqaf Al-Muqaddam Ats-Tsani bin Muhammad Maulad Dawilah bin Ali Shahibud Dark bin Alwi Al-Ghuyur bin Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa ar-Rumi bin Muhammad an-Naqib bin Ali al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein as-Sibth bin Ali bin Abi Thalib ibin Sayidatina Fathimah az-Zahra al-Batul binti Rasulullah ﷺ.

Beliau adalah ulama besar yang telah mencetak berpuluh ulama, termasuk di antara mereka adalah putra-putranya sendiri, saudaranya Al-Imam Alawi bin Muhammad, Imam Sa’ad bin Ali Madzhij, Syekh Ali bin Muhammad Al-Khathib, dan banyak lagi.

Sejak kecil ia telah mendalami berbagai macam ilmu dan menyelami berbagai macam pengetahuan, baik yang berorientasi aql (akal) ataupun naql (referensi agama). Beliau menghafal Al-Qur’an dari Syeikh Ahmad bin Muhammad Al-Khatib, sekaligus mempelajari ilmu Tajwid dan Qira’at. Ia juga berguru kepada Asy-Syeikh Muhammad ibnu Sa’id Basyakil, Syeikh Muhammad ibnu Abi Bakar Ba’ibad, Syeikh Muhammad ibnu Sa’id Ka’ban, Syeikh Ali Ibnu Salim Ar-Rakhilah, Syeikh Abu Bakar Ibnu Isa Bayazid, Syeikh Umar ibnu Sa’id ibnu Kaban, Syeikh Imam Abdullah ibnu Thohir Addu’ani, dan lain-lain.

Beliau mempelajari kitab At-Tanbih dan Al-Muhadzdzab karangan Abi Ishaq. Beliau juga menggemari kitab Ar-Risalah Al-Qusyairiyah dan Al ’Awarif karya As-Samhudi. Tak ketinggalan beliau juga mempelajari kitab-kitab karangan Imam Al-Ghazali seperti Al-Basith, Al-Wasith, Al-Wajiz, Al-Khulashoh, dan Ihya Ulumiddin. Serta kitab karangan Imam Ar-Rofi’iy seperti Al-‘Aziz Syarh Al-Wajiz dan Al-Muharror.

Habib Abdurrahman As-Saqqaf selalu membaca Al-Qur’an setiap siang dan malamnya dengan 8 kali khataman, 4 di waktu malam dan 4 di waktu siang. Yang di waktu siang beliau membacanya 2 kali khatam dari antara setelah Subuh sampai Dhuhur, 1 kali khatam dari antara Dhuhur sampai Ashar (itu dibacanya dalam 2 rakaat shalat), dan 1 kali khataman lagi setelah shalat Ashar.

Setiap kali menanam pohon kurma, beliau membacakan surat Yasin untuk setiap pohonnya. Setelah itu dibacakan lagi 1 khataman Al-Qur’an untuk setiap pohonnya. Setelah itu baru diberikan pohon-pohon kurma itu kepada putra-putrinya.

Di antara kata mutiara Habib Abdurrahman As-Saqqaf adalah sebagai berikut :
“Manusia semua membutuhkan ilmu, ilmu membutuhkan amal, amal membutuh­kan akal, dan akal membutuhkan taufik. Semua ilmu tanpa amal tidak berguna. Ilmu dan amal tanpa niat adalah sia-sia. Ilmu, amal, dan niat, tanpa mengikuti sunnah adalah tidak diterima. Ilmu, amal, niat, dan sunnah tanpa wara’ (sangat hati-hati dalam menjalankan yang halal) adalah kerugian.”

Beliau wafat di kota Tarim pada hari Kamis, 23 Sya’ban tahun 819 H (1416 M). Ketika mereka hendak memalingkan wajah beliau ke kiblat, wajah tersebut berpaling sendiri ke kiblat. Jasad beliau disemayamkan pada pagi hari Jum’at, di pekuburan Zanbal, Tarim. Beliau meninggalkan 13 putra dan 7 putri.

Sekilas Mengenai Keluarga Al-Imam Al-Quthb Al-Habib Abdurrahman As-Saqqaf
Sumber : Naqobatul Asyrof Al-Qubro

Susun galur nasabnya adalah seperti berikut :

Al-Imam Al-Quthb Al-Habib Abdurrahman As-Saqqaf bin Muhammad Mauladawilah bin Ali bin Alwi Al Qhoyyur bin Muhammad Faqih Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbat bin Ali Kholiqul Qasam.... hingga sampai kepada Rasulullah ﷺ.

Al-Imam Al-Quthb Al-Habib Abdurrahman As-Saqqaf adalah generasi ke 22 dari Rasulullah Muhammad ﷺ. Bila kita berbicara mengenai keturunan As-Saqqaf maka kita harus membahas secara singkat mengenai keturunan Al-Imam As-Syekh Muhammad Mauladawilah.

Al-Imam As-Syekh Sayyid Muhammad Mauladawilah bin Ali bin Alwi Al Ghuyyur bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam, (wafat di Tarim 765 H), mempunyai 4 putra dan 1 putri yaitu :

1. Al-Imam Al-Quthb Al-Habib Abdurrahman As-Saqqaf.
2. Al-Imam As-Syekh Ali, yang merupakan datuk moyang Keluarga Al-Hinduan dan Ba'Abud Kharbasani.
3. Al-Imam As-Syekh Abdullah, sempat berketurunan hingga akhirnya terputus pada generasi ke 6.
4. Syarifah Alawiyah. Ke-4 anak-anak Al-Imam As-Syekh Muhammad Mauladawilah ini dari istrinya yang bernama Syarifah 'Aisyah binti Abu Bakar Al-Wara' bin Ahmad As-Syahid bin Muhammad Faqih Muqaddam.
5. Al-Imam Al-Quthb As-Syekh Alwy, yang merupakan datuk moyang Kelurga Al Muqebel, Al bin Yahya, Al Mauladawilah, Al Bahsin Mahar dan Maulachela dari istri yang bernama Syarifah Zainab binti Hasan At-Turabi bin As-Syekh Ali bin Muhammad Faqih Muqaddam Al Faqih.

Al-Imam Al-Quthb Al-Habib Abdurrahman As-Saqqaf wafat di Tarim 819 H, mempunyai 13 orang putra dan 7 orang putri.

Putra-putra Al-Quthb Al-Habib Abdurrahman As-Saqqaf :

1. Al-Quthb As-Syekh Ahmad, wafat di Tarim tahun 829 H. Semua anaknya perempuan yaitu :

Syarifah Fathimah.
Syarifah Aisah.
Syarifah Bahiyah.
Syarifah Alawiyah.

2. Al-Quthb As-Syekh Al-Imam Umar Al-Muhdhor Al-Akbar, wafat di Tarim tahun 833 H, mempunyai 4 orang putri, yaitu :

Syarifah Aisyah, ibunda dari As-Syekh Al-Quthb Abubakar Al-'Adni bin Abdullah Al-Idrus Al-Akbar.
Syarifah Fathimah.
Syarifah Alawiyah.
Syarifah Maryam, serta seorang putra yang wafat dalam usia belia.

3. Al-Quthb As-Syekh Al-Imam Muhammad, wafat di Tarim 826 H, memiliki 2 orang putra dan 3 putri yaitu :

Alwi, memiliki anak kemudian terputus.
Abdullah, berketurunan kemudian terputus pada generasi ke 7.
Syarifah Zainab Al Kubro.
Syarifah Zainab As Sughro.
Syarifah Mariyam.

4. Al-Quthb As-Syekh Al-Imam Ja'far, mempunyai putra 1 orang dan 2 orang putri yaitu :

Abdullah, terputus pada generasi ke 2.
Syarifah Alawiyah.
Syarifah Fathimah.

5. Al-Quthb As-Syekh Al-Imam Hasan Al-Majzdub, wafat tahun 806 H, dan mempunyai satu orang putri.

6. Al-Quthb As-Syekh Al-Imam Syekh, wafat di Tarim 869 H, keturunannya terputus.

7. Al-Quthb As-Syekh Al-Imam Abu Bakar As-Sakran, wafat di Tarim 821 H, mempunyai 6 orang putra dan 7 putri, mereka adalah :

Muhammad Al Akbar, tidak berlanjut.
Muhammad Al Asghor, tidak berlanjut.
Hasan, tidak berlanjut.
As-Syekh Al-Quthb Abdullah Al-Idrus Al-Akbar, datuk dari pada keluarga Al Idrus.
As-Syekh Al-Imam Ali As-Sakran, datuk dari pada Assegaf Al Waht, Assegaf Al Masyaich, Al Banahsan, Shahabuddin (Al Hadi, Al Masyhur, Az Zhahir), Al Faqih Assegaff (dalam ilmu nasab dipanggil Bafaqih Madinah).
As Syekh Al Imam Ahmad As-Sakran, datuk dari pada Assegaf Al Qutban, Assegaf Al Ali bin Abdullah, Al Musawa dan Al Munawar.
Syarifah Bahiya.
Syarifah Fathimah.
Syarifah Maryam.
Syarifah Alawiyah.
Syarifah Aisyah.
Syarifah Khadijah.
Syarifah Zainab.

8. Al-Quthb As-Syekh Al-Imam Abdullah, wafat tahun 857 H, mempunyai 13 orang putra yaitu:

Husin, terputus pada generasi ke 5.
Abdul Kadir, terputus pada generasi ke 2.
Abdulwahab, terputus pada generasi ke 3.
Umar, terputus.
Ahmad, terputus pada generasi ke 3.
Muhammad Hamdun, terputus pada generasi pertama.
Alwi.
Syaikh, keturunannya adalah Assegaf Al Fakhir.
Abdullah, keturunannya adalah Assegaf Al Agil Assu'udi
Hasan, keturunannya Assegaf Al Hasyim.
Ibrahim.
Abdurrahman, keturunannya adalah As-Syekh Abu Bakar bin Salim (Al Hamid, Bin Jindan, Bufteim, Al Muhdhor, Al Khiyed, Al Khamur, Al Haddar), Al bin Agil dan Al Athas.
Abubakar Basyameleh, datuk dari keluarga Basyameleh. Keluarga ini tidak ada di Indonesia.

9. Al-Quthb As-Syekh Al-Imam Aqil, wafat di Tarim tahun 871 H, keturunannya adalah Al Ba'Aqil dan Assegaf.

10. Al-Quthb As-Syekh Al-Imam Ibrahim, wafat di Tarim 875 H, keturunannya adalah Assegaf Al Baiti.

11.Al-Quthb As-Syekh Al-Imam Ali, wafat di Tarim tahun 840 H, keturunannya adalah Assofie Assegaf.

12. Al-Quthb As-Syekh Al-Imam Alwi, wafat di Tarim tahun 826 H, keturunannya adalah Assegaf Al Ahmad Maulamaryamah (Maula Gheisha dan Bahlega Assegaf).

13. Al-Quthb As-Syekh Al Imam Husin, wafat di Tarim tahun 892 H, keturunannya adalah Assegaf Al Bahsin dan Al Musawa Bahsin.

Putri-putri Al-Quthb Al-Habib Abdurrahman As-Saqqaf :

1.Syarifah Maryam, ibu dari As-Syekh Al-Imam Abu Bakar Al-Jufrie, datuk dari kelurga Al Jufrie.
2.Syarifah Fathimah, ibu dari As-Syekh Muhammad bin Ahmad bin Hasan Al-Wara'.
3.Syarifah Bahiyah, saudara kandung As-Syekh Al-Imam Hasan Al-Majzdub
4.Syarifah Asma', saudara kandung As-Syekh Al-Imam Husein.
5.Syarifah Aisyah, ibunda dari As-Syekh Abdurrahman Maulachela bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad Mauladawilah.
6.Syarifah Alawiyah Al-Kubro, ibu dari Syarifah Maryam binti Umar Syanah.
7.Syarifah Alawiyah As-Sughro, ibunda dari putra-putra As-Syekh Muhammad Ar-Rakhilah bin Umar bin Ali Ba'mar.

DASIKU,DASIMU,DASIKITA,dasiNU

By, Al Majnuni Murokab

Share this:

Post a Comment

 
Copyright © benangmerahdasi.com. Designed by OddThemes & VineThemes