Misteri Bid'ah "Ushalli" Dalam Shalat


Benangmerahdasi.com -tentang ustadz instan

oleh: syaroni as syamfuri [ketum IBJ]

MISTERI BID'AH "USHALLI" DALAM SHALAT
Darmaji, nama asli sebelum ikut daurah mingguan, terjadi perubahan drastis dalam dirinya. Amal ibadahnya, cara berpakaiannya, hingga keadaan fisik yang berjidat hitam dan berjenggot panjang, semua itu termotivasi dengan "Sunnah Nabi". Padahal Abu Jundiy, nama setelah ikut daurah mingguan, adalah orang ndeso Jawa asli.

Sebulan, dua bulan, dan setahun lamanya cukup bagi dirinya untuk memulai dakwah dengan bekal hadits-hadits shahih yang ia hafal dari ajaran ustadznya. "Saya lihat shalatnya orang-orang di desaku belum benar, masih dipenuhi dengan kebid'ahan. Wajib bagiku untuk mendakwahinya!", gumam Abu Jundiy dalam hatinya.

Hal pertama yang dilakukan adalah ikut membaur shalat berjamaah dengan para warga setempat di desanya. Warga pun takjub melihatnya, Darmaji yang dulu tenar suka mabuk-mabukkan kini nampak shaleh dan tak pernah tinggal shalat berjamaah sekalipun. "Alhamdulillah, akhirnya warga tau bahwa saya sudah insaf, taubat dan kembali kepada tuntunan Sunnah Nabi. Sekaranglah waktunya saya menyampaikan kebenaran ini kepada mereka," gumam Abu Jundiy dalam hati.
Esoknya, dia pun ambil waktu yang tepat, usai shalat Shubuh. Umumnya di desa-desa yang berjamaah Shubuh hanyalah para orang tua yang berusia senja. Incarannya tepat, karena dari orang tualah pasti akan dituturkan pula ke anak-anak mereka.

Usai Shubuh, tak terbendung lagi semangat dakwah Darmaji. Dinantinya lama sekali wiridan para orang tua itu. Tak seperti biasa jamaah Shubuh kali itu ada anak remaja, dan dia tidak turut wiridan lama. Darmaji yang sudah ambil posisi di belakang segera menyusul langkah pemuda tadi. "Assalamu'alaikum akhiy. Boleh ana ngobrol sebentar dengan antum?"
"Wa'alaikumussalam, iya silakan Pak Darmaji. Ada apa."
"Sebenarnya ana sudah lama ingin menyampaikan ini. Dan baru kali ini Allah beri taufiq kepadaku. Tapi mohon maaf lhoh dek, jika nanti yang kusampaikan menyinggung perasaan. Karena wajib hukumnya ana sampaikan, sebagaimana Rasulullah bersabda qulil haqq walau kana murran. Mengerti kan maksud ana?"
"Iya Pak Darmaji, teruskan saja."
"Ana lihat shalatnya warga di sini masih salah kaprah, jauh dari Sunnah Nabi. Banyak sekali tambahan-tambahannya, penuh bid'ah sejak awal hingga akhir shalat. Padahal kita tau Nabi Saw. melarangnya, "Setiap bid'ah adalah sesat!" Dan mengenai shalat kita wajib meniru Nabi, seperti lafadz "Ushalli" itu tidak sesuai dengan kehendak Nabi. Rasulullah bersabda, "Shallu kama raitumuni ushalli", shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat." Selanjutnya panjang lebar Abu Jundiy menguraikan kitab Shifat Shalat-nya al-Albani.

"Terimakasih Pak Darmaji, saya sudah paham. Tapi maaf, saya ingin mengutarakan juga bahwa hadits pertama yang sampean baca, 'shallu kama raitumuni ushalli' itu justeru jawaban atas keraguan Bapak kepada kami."
"Maksudnya bagaimana akhiy?"
"Coba sekali lagi saya baca haditsnya, "Shallu kama raitu 'muni' ushalli." Jelas-jelas Nabi justeru memerintahkan kita untuk "muni" (bahasa Jawa; red.) alias melafadzkan dan membacakan "Ushalli"."
"Astaghfirullah akhiy, istighfar...istighfarlah. Hadits Nabi jangan dibuat mainan. Wal 'iyadzu billah."
"Lha sampean yang mempermainkan duluan kok. Secara jelas dalam hadits tersebut disebut "raitumuniy", sebagaimana kalian melihatku shalat. Apa sampean pernah melihat langsung shalatnya Nabi?! Belum toh. Makanya jangan setengah-setengah kalau belajar. Yang melihat shalatnya Nabi adalah para sahabat. Dan yang melihat shalatnya para sahabat adalah tabi'in, yang melihat shalatnya tabi'in adalah tabi'ut tabi'in, dan seterusnya hingga ke kiai-kiaiku yang melihat langsung shalat dari guru-guru mereka yang nyambung hingga ke Rasulullah Saw. Apa cukup dengan menghafal satu-dua hadits lalu bisa menjalankan shalat dengan benar dan mengaku sesuai Sunnah Nabi?"
"B...bu...bukan begitu maksud ana. Ana bisa shalat begini juga karena diajari oleh ustadzku di daurah mingguan. Tapi ustadzku katanya ambil langsung dari hadits Nabi Saw. yang shahih yang sudah pasti kebenarannya. Bahkan dishahihkan oleh Mujaddid abad ini Syaikh al-Alim al-Allamah al-Muhaddits al-Albani, rahimahullah." Dst. panjang dan lebar lagi.

"Sudah, sudah, sudah cukup Pak Darmaji. Satu PR saja untuk sampean, tolong carikan sanad/mata rantai keilmuan ustadzmu, atau al-Albaninya juga boleh, yang nyambung hingga Rasulullah Saw. Kalau sudah dapat, baru saya mau teruskan diskusinya lagi di lain kesempatan insyaAllah."
(Kisah dan nama dalam kisah di atas adalah fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama dan karakter pembaca, dan itu menyinggung, IBJ mohon maaf yang sedalam-dalamnya. Besok pagi mari kita amalkan membaca "Ushalli" saat hendak shalat)

Share this:

Post a Comment

 
Copyright © benangmerahdasi.com. Designed by OddThemes & VineThemes