Sebagian orang berpendapat bahwa karya ulama Melayu pada masa silam hanya bersifat terjemahan dari bahasa Arab ke bahasa Melayu.
Tentu saja pendapat ini salah dan keliru. Sebab dalam faktanya banyak ulama Melayu menulis karyanya dalam bahasa Arab. Bahkan tulisan mereka diakui memiliki nilai sastra Arab yang tinggi.
Ini artinya mereka juga menguasai sastra Arab dengan baik. Diantara ulama Melayu yang diakui memiliki keahlian dalam bidang sastra Arab antara lain:
1. Syaikh Nawawi al-Bantani
Ulama yang mendapat gelar Imam Nawawi ats-Tsani ini banyak menghasilkan karya dalam bahasa Arab berbentuk prosa. Sedang dalam bentuk puisi sedikit sekali.
Ulama yang mendapat gelar Imam Nawawi ats-Tsani ini banyak menghasilkan karya dalam bahasa Arab berbentuk prosa. Sedang dalam bentuk puisi sedikit sekali.
Bukti bahwa ulama asal Banten ia termasuk seorang yang mahir dalam kesusasteraan Arab, yaitu diantaranya berupa tulisannya yang mensyarah kitab asli sastra Arab yang terkenal. Tidak sembarang orang bisa mensyarah kitab sastra Arab yang memiliki nilai bahasa yang tinggi. Diantara sedikit orang tersebut, Imam Nawawi termasuk salah satunya.
Diantara karyanya yang membahas masalah sastra Arab yaitu: Targhibul Musytaqin li Bayani Manzhumah as-Saiyid al-Barzanji Zainal ‘Abidin fi Maulid Saiyidil Awwalin wal Akhirin. Kitab ini merupakan syarah dari kitab nazam Bahar al-Kamil. Empat bait dalam kitab tersebut yang berisi tentang ibu susuan Nabi Shalallhu alaihi wasalam merupakan karya Imam Nawawi sendiri.
Kemudian, Bughyatul ‘Awam fi Syarhi Maulid Saiyidil Anam. Pada muqaddimahnya, Imam Nawawi menyebutkan bahwa sewaktu menulis Syarah al-Maulid yang dinisbahkan kepada Ibnu al-Jauzi, ia telah mengumpulkan banyak naskhah mengenai itu.
Terakhir, kitab Al-Ibrizud Dani fi Maulidi Saiyidil Adnani yang diringkas dari karya Sheikh Ibnu Hajar al-‘As-qalani.
2. Syaikh Ahmad al-Fathani
Syaikh Ahmad al-Fathani adalah ulama yang paling banyak menulis puisi dibanding dengan ulama sejaman dengannya. Tidak jarang hasil gubahannya itu dijadikan bahan ajar ulama lain.
Syaikh Ahmad al-Fathani adalah ulama yang paling banyak menulis puisi dibanding dengan ulama sejaman dengannya. Tidak jarang hasil gubahannya itu dijadikan bahan ajar ulama lain.
Syaikh Ahmad Fathani sengaja menggunakan media puisi untuk menyampaikan nasehatnya kepada umat, karena ketika itu masyarakat gandrung dengan puisi.
Salah satu penemuan baru tentang ‘Teori Sastera Islam’ yang dinamakan Teori Takmilah, ternyata sudah dilakukan oleh Syaikh Fathani dalam karyanya Hadiqatul Azhar.
Teori ini baru diakui dalam teori sastra Islam untuk kesusasteraan Melayu-Islam setelah dikenalkan kembali oleh sasterawan dari Melayu bernama Shafie Abu Bakar’.
Teori ini juga diterima oleh para sastrawan Melayu dan dijadikan salah satu bahan kajian di dunia Melayu.
3. Syaikh Abdul Hamid Kudus
Nama lengkapnya yaitu Syaikh Abdul Hamid bin Syaikh Muhammad Ali bin Abdul Qadir al-Khatib. Kakek-neneknya berasal dari Kudus, Jawa Tengah.
Nama lengkapnya yaitu Syaikh Abdul Hamid bin Syaikh Muhammad Ali bin Abdul Qadir al-Khatib. Kakek-neneknya berasal dari Kudus, Jawa Tengah.
Ia lahir dan tinggal di Mekkah. Karena kealimannya, ia ditunjuk menjadi guru di Masjidil Haram. Dalam riwayat lain disebutkan, ia pernah menjadi Imam dan Khatib Mazhab Syafi’i di masjid tersebut.
Syaikh Abdul Hamid telah banyak menghasilkan karya dalam bahasa Arab baik dalam bidang fiqih, hadits, ilmu Qur’an dan lain-lain. Sedang karyanya dalam sastra Arab hanya satu yaitu Fathul Jalil al-Kafi bi Mutammimati Matnil Kafi fi ‘Ilmiyil ‘Arudh wal Qawafi.
Kitab ini ia ajarkan kepada murid-muridnya di Masjidil Haram.
4. Syaik Abdul Shamad al-Falimbani
Syaikh Abdul Shamad ini dikenal sebagai ulama dari Palembang, Sumatera yang pandai dalam bidang sastra. Murid-muridnya berasal dari seluruh penjuru tanah Melayu.
Syaikh Abdul Shamad ini dikenal sebagai ulama dari Palembang, Sumatera yang pandai dalam bidang sastra. Murid-muridnya berasal dari seluruh penjuru tanah Melayu.
Salah satu karyanya dalam bidang sastra Arab yaitu gubahan puisinya yang menceritakan kemenangan umat Islam di Kedah, Malaysia terhadap kaum Budha dari Siam, Thailand.
Ketika itu terjadi perlawanan dari kaum Muslimin atas usaha orang-orang Thailand yang mencoba menjajah tanah Kedah. Dalam peperangan tersebut, pasukan Siam dapat dipukul mundur.
Kejadian tersebut oleh Syaikh Shamad ditulis dalam puisi Arab pada kain sutera yang lebar dan panjang. Tulisan tersebut kini masih tersimpan di musim Negeri Kedah, Malasyia.
5. Tengku Mahmud Zuhdi al-Fathani
Tengku Mahmud Zuhdi al-Fathani adalah ulama yang pernah mengajar di Masjid al-Haram (Mekah), Madrasah Shaulatiyah (Mekah), Madrasah Tahtul Yaman, Jambi.
Tengku Mahmud Zuhdi al-Fathani adalah ulama yang pernah mengajar di Masjid al-Haram (Mekah), Madrasah Shaulatiyah (Mekah), Madrasah Tahtul Yaman, Jambi.
Ulama yang mendapat gelar Syaikh al-Islam Selangor ini terkenal pakar dalam ilmu bahasa Arab, baik di kalangan ulama Melayu maupun ulama Mekah pada zamannya. Ia telah banyak menulis puisi Arab dan sekaligus juga mengarang kitab tentang pembahasan ilmu tersebut dalam bahasa Arab.
Salah satu karyanya yang terkenal yaitu mengenai ilmu isti’arah yang merupakan syarah karya gurunya Syaikh Ahmad al-Fathani. Kitab ini diberi judul Syarh Tadrijis Shibyan ila Tasywiqil Bayan.
Di antara gubahan puisi (10 bait) Tengku Mahmud Zuhdi al-Fathani bisa didapatkan pada bagian akhir karyanya berjudul Tsimarul Khuthub al-Mahbarah al-Minbariyah.
Kitab-kitab tersebut sudah dicetak dan dijadikan rujukan bagi pengkaji sastra Arab.
6. Haji Muhammad Husein bin Abdul Latif al-Fatani
Ulama satu ini berasal dari daerah Pattani, Thailand Selatan. Selain dikenal sebagai ulama yang mahir dalam sastra Melayu, juga dikenal mahir dalm sastra Arab.
Ulama satu ini berasal dari daerah Pattani, Thailand Selatan. Selain dikenal sebagai ulama yang mahir dalam sastra Melayu, juga dikenal mahir dalm sastra Arab.
Ia belajar sastra Arab Syaikh Abdul Qadir bin Musthafa al-Fathani di Pondok Bendang Daya, Patani. Kemudian ia beajar kepada Syaikh Ahmad al-Fathani.
Puisi-puisi Arabnya masih dalam bentuk manuskrip yang sekrang masih tersimpan. Pada halaman-halaman akhir dalam karyanya berjudul Hadaiqus Shalawat fil Khalawat wal Jalawat, ia mengemukakan berbagai bentuk puisi Arab bersama nama baharnya. Semua puisi Arab kemudian diterjemahkan dalam bahasa Melayu dengan gaya bahasa Melayu klasik bagus.
Disamping membuat puisi sendiri, ia juga menyalin puisi Arab terkenal dalam berbagai karyanya.
Demikianlah beberapa ulama Melayu yang diakui menguasai sastra Arab dengan baik. Dan sebenarnya masih banyak yang lain, yang tidak mungkin disebutkan semuanya.
Post a Comment