Home » AQIDAH » Hukum Fiqih Mengoleksi Benda-benda Pusaka
Hukum Fiqih Mengoleksi Benda-benda Pusaka
By Info Pecalungan • April 12, 2017 • AQIDAH • Comments : 0
BenangmerahDasi -AQIDAH NAHDLIYAH [koleksi benda pusaha]
Fiqih Aqidah Nahdliyah
No: 00159
Hallo Benangmerah
WA:081384451265
PERTANYAAN
1.BAGAIMANA HUKUM MENGOLEKSI BENDA-BENDA PUSAKA ?
[keris,kujang,mandau,badik,rencong,tombak]
2.BAGAIMANA HUKUMNYA TAMIMMAH DAN SUSUK...?
JAWABAN
Pahamilah tatacara penggunaan benda-benda tersebut,
. الفتاوى الحديثية ص : 216 دار الفكر
وأما الفرق بين الكرامة والسحر فهو أن الخارق الغير المقترن بتحدى النبوة فإن ظهر على يد صالح وهو القائم بحقوق الله وحقوق خلقه فهو الكرامة أو على يد من ليس كذلك فهو السحر أو الاستدراج قال إمام الحرمين وليس ذلك مقتضى العقل ولكنه متلقى من إجماع العلماء اه
dan adapun perbedaan antara karomah dengan sihir yaitu :
sesungguhnya perkara yang ghoib/mistik yang tidak terkait dengan menentang kenabian itu apabila sudah jelas berada di tangan orang sholih maka sudah tentu ini di perhitungkan berdasarkan hak-hak Alloh swt dan penciptaan makhluk dan hal ini disebut karomah.
akan tetapi jika semua itu berada di tangan selain orang sholih itu disebut sihir atau istidroj.
berkata imam haromain dan hal seperti itu memang tidak bisa diterima akal namun dierima dan disepakati oleh ulama'.
[al-fatawi hadisiyah hal,216 darrul fikri]
_______________________________
2. كفاية العوام ص: 44
ومن هذا الدليل يعلم أنه لا تاثير لشيئ من النار و السكين والأكل والإخراق والقطع والشيع بل الله تعالى يخلق الإخراق في الشيئ الذى مسته النار عند مسها له ويخلق القطع في الشيئ الذى باشرته السكين عند مباشرتها له ويخلق الشبع عند الأكل والرى عند الشرب فمن اعتقد أن النار محرقة بطبعها والماء يروى بطبعه وهكذا فهو كافر بإجماع ومن اعتقد أنها محرقة بقوة
(قوله فمن اعتقدالخ) اعلم أن الفرق في هذا المقام أربعة الأولى تعتقد أنه لا تأثير لهذه الأشياء وإنما التأثيرمع امكان التخلف بينها وابن أثارها وهذه هي الفرقة الناجية الثانية تعتقد أن لا تأثير لذلك ايضا لكن مع التلازم بحيث لا يمكن التخلف وهذه الفرقة جاهلة بحقيقة الحكم العادى وربما جرها ذلك الى الكفر بأن تنكر ما خالف العادة كالبعث الثالة تعتقد أن هذا الأشياء مؤثرة بطبعها وهذه الفرقة مجمع على كفرها الأربعة تعتقد أنها مؤثرة بقوة أودعها الله فيها وهذه الفرقة في كفرها قولان الأصح أنها ليست كافر (قوله فهو جاهل) أى وليس بكافر على الأصح.
Hukum menggunakan atau menyimpan benda pusaka sebagai berikut :
1. HARAM dan berakibat KUFUR, jika meyakini bahwa benda pusaka itu memiliki kekuatan sendiri yang berpengaruh terhadap sesuatu yang lain bukan dari Allah.
2. HARAM tapi tidak kufur, pelakunya dihukumi FASIQ, jika meyakini benda pusaka itu memiliki kekuatan dan berpengaruh terhadap benda lain tapi masih meyakini semuanya dari Allah.
3. BOLEH, jika meyakini segala kekuatan hakikatnya dari Allah semata.
Hukum Jin di Benda Pusaka
Inti dari hukum benda pusaka didasarkan pada keyakinan kita dalam menilai benda tersebut.
Sedangkan bagi orang yang meyakini adanya jin didalam benda pusaka tersebut, kemudian meminta bantuan jin yang ada didalamnya dengan terlebih dahulu melakukan ritual seperti pembakaran dupa dan pembacaan mantra, maka bisa berakibat kekufuran jika meyakini dengan ritual tersebut jin yang ada didalamnya bisa tunduk dan mau melakukan segala kehendaknya.
_____________
1. Ibnu Muflih dalam kitabnya Al-Adabisy Syar'iyah menceritakan tentang kisah Shalih bin Ahmad putra Imam Ahmad bin Hanbal demikian:
ربما اعتللت فيأخذ أبي قدحاً فيه ماء، فيقرأ عليه، ويقول لي: اشرب منه، واغسل وجهك ويديك. ونقل عبد الله أنه رأى أباه (يعني أحمد بن حنبل) يعوذ في الماء، ويقرأ عليه ويشربه، ويصب على نفسه منه
Arti kesimpulan:
Suatu saat ketika saya sakit, ayah saya yaitu Ahmad bin Hanbali, pendiri madzhab Hanbali--mengambil sewadah air kemudian membaca ayat Al-Quran di atas wadah itu dan berkata pada saya:
"Minumlah dan basuhlah wajah dan kedua tanganmu. Menurut Abdullah, dia pernah melihat ayahnya [Ahmad bin Hanbal] mengambil air memohon perlindungan pada Allah kemudian membaca Al-Quran, kemudian meminum air itu dan mengalirkan air itu pada dirinya.
2. Hadits sahih riwayat Muslim:
لا بأس بالرقى ما لم تكن شركاً
Artinya:
Ruqyah itu boleh asal tidak mengandung syirik.
TAMIIMAH[jimat]
Sedangkan mayoritas ulama (jumhur) termasuk madzhab yang empat yaitu Maliki, Hanafi, Syafi'i dan Hanbali membolehkannya. Baik jimat itu digantung di leher atau tidak dipakai. Sedang sebagian lagi, termasuk Ibnu Mas'ud, memakruhkannya.
Beberapa dalil pandangan ulama sebagai berikut:
1. Madzhab Hanafi membolehkan jimat yang digantung di leher yang berisi ayat Quran, doa atau dzikir. Al-Matrazi Al-Hanafi dalam kitab Al-Maghrib mengatakan:
قال القتبي: وبعضهم يتوهم أن المعاذات هي التمائم, وليس كذلك إنما التميمة هي الخرزة, ولا بأس بالمعاذات إذا كتب فيها القرآن أو أسماء الله عز وجل
Artinya:
Al-Qutbi mengatakan bahwa ma'adzat (pengobatan) adalah tamimah (jimat jahiliyah). Padahal bukan. Karena tamimah itu dibuat dari manik. Ma'adzah tidak apa-apa asalkan yang ditulis di dalamnya adalah Al-Quran atau nama-nama Allah.
2. Madzhab Maliki berpendapat boleh. Abdul Bar dalam At-Tamhid XVI/171 menyatakan:
وقد قال مالك رحمه الله : لا بأس بتعليق الكتب التي فيها أسماء الله عز وجل على أعناق المرضى على وجه التبرك بها إذا لم يرد معلقها بتعليقها مدافعة العين, وهذا معناه قبل أن ينزل به شيء من العين ولو نزل به شيء من العين جاز الرقي عند مالك وتعليق الكتب)
Artinya:
Malik berkata: Boleh menggantungkan kitab yang mengandung nama-nama Allah pada leher orang yang sakit untuk tabarruk (mendapat berkah) asal menggantungkannya tidak dimaksudkan untuk mencegah bala/penyakit. Ini sebelum turunnya bala/penyakit. Apabila terjadi bala, maka boleh melakukan ruqyah dan menggantungkan tulisan di leher.
3. Madzhab Syafi'i berpendapat boleh. Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmuk Syarhul Muhadzab IX/77 menyatakan:
روى البيهقي بإسناد صحيح عن سعيد بن المسيب أنه كان يأمر بتعليق القرآن , وقال : لا بأس به , قال البيهقي: هذا كله راجع إلى ما قلنا: إنه إن رقى بما لا يعرف, أو على ما كانت عليه الجاهلية من إضافة العافية إلى الرقى لم يجز وإن رقى بكتاب الله آو بما يعرف من ذكر الله تعالى متبركا به وهو يرى نزول الشفاء من الله تعالى لا بأس به والله تعالى أعلم
Artinya:
Baihaqi meriwayatkan hadits dengan sanad yang sahih dari Said bin Musayyab bahwa Said memerintahkan untuk menggantungkan Quran dan mengatakan "Tidak apa-apa".
Baihaqi berkata: Ini semua kembali pada apa yang kita katakan:
Bahwasanya apabila ruqyah (pengobatan) dilakukan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau dengan cara jahiliyah maka tidak boleh. Apabila ruqyah dilakukan dengan memakai Al-Quran atau dengan sesuatu yang dikenal seperti dzikir pada Allah dengan mengharap berkahnya dzikir dan berkeyakinan bahwa penyembuhan berasal dari Allah maka tidak apa-apa.
4. Madzhab Hanbali (madzhab fiqh-nya kalangan Wahabi) berpendapat boleh. Al-Mardawi dalam kitab Tash-hihul Furu' II/173 menyatakan:
( قال في آداب الرعاية : ويكره تعليق التمائم ونحوها, ويباح تعليق قلادة فيها قرآن أو ذكر غيره , نص عليه , وكذا التعاويذ , ويجوز أن يكتب القرآن أو ذكر غيره بالعربية , ويعلق على مريض , ( وحامل ) , وفي إناء ثم يسقيان منه ويرقى من ذلك وغيره بما ورد من قرآن وذكر ودعاء
Artinya:
Dalam kitab Adabur Ri'ayah dikatakan: Hukumnya makruh menggantungkan tamimah dan semacamnya.
Dan boleh menggantungkan/memakai kalung yang berisi ayat Quran, dzikir, dll. Begitu juga pengobatan. Juga boleh menulis ayat Quran dan dzikir dengan bahasa Arab dan digantungkan di leher yang sakit atau wanita hamil. Dan (boleh dengan) diletakkan di wadah berisi air kemudian airnya diminum dan dibuat pengobatan (ruqyah) dengan sesuatu
___________________________
SUSUK
Memakai susuk emas atau perak untuk tujuan tertentu misalnya untuk pengobatan, kesehatan, menguatkan badan, dll hukumnya boleh.
Ar-Ramli (ulama mazhab Syafi'i) dalam Nihayah Al-Muhtaj, hlm. 1/106 menyatakan secara eksplisit bolehnya memakai susuk dengan sejumlah syarat:
وقع السؤال عن دق الذهب والفضة وأكلهما منفردين أو مع انضمامهما لغيرهما من الأدوية هل يجوز ذلك كغيره من سائر الأدوية أم لا يجوز لما فيه من إضاعة المال ؟ والجواب عنه أن الظاهر أن يقال فيه أن الجواز لا شك فيه حيث ترتب عليه نفع بل وكذا إن لم تحصل فيه ذلك لتصريحهم في الأطعمة بأن الحجارة ونحوها لا يحرم منها إلا ما أضر بالبدن أو بالعقل وإما تحليل الحرمة بإضاعة المال فممنوع لأن الإضاعة إنما تحرم حيث لم تكن لغرض وما هنا لقصد التداوي وصرحوا بجواز التداوي باللؤلؤ في الإكتحال وربما زادت قيمته على المذهب .
Artinya:
Ada pertanyaan tentang memakan emas dan perak secara sendiri atau mencampurnya dengan obat yang lain apakah itu boleh seperti obat yang lain atau tidak karena mengandung unsur menyia-nyiakan harta? Jawabnya adalah boleh karena mengandung manfaat walaupun seandainya tidak berhasil .. kecuali apabila membahayakan badan dan akal.. Ini juga tidak termasuk membuang-buang harta karena ada tujuannya yaitu untuk berobat. Ulama menjelaskan bolehnya berobat dengan mutiara dalam celak .. menurut mazhab terpilih.
Jadi, syaratnya menurut Imam Romli adalah asal tidak membahayakan fisik.
Dalam kitab Bulghah Al-Tullab, hlm. 96 dijelaskan:
( مسئلة ت ) غرز إبرة الذهب أو الفضة في جلد الرجل كما هو معروف في بعض بلدان للتداوي أو القوة أو غير ذلك جائز لأنه لايعد لبسا لأنها مستورة وليس هذا من الوشم لاستتارها وعدم ظهور دم فيه .
Artinya:
Memasang jarum emas atau perak ke dalam kulit laki-laki (atau perempuan) sebagaimana dikenal di sebagian negara untuk pengobatan atau kekuatan atau lainnya hukumnya boleh karena tidak dianggap memakai emas. Karena benda tersebut tertutup dan tidak termasuk tato karena tertutup di dalam tubuh dan tidak tampak adanya darah di dalamnya.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment