Penjelasan Menjama' Takdzim Sholat Ketika Akan Berpergian


BenangmerahDasi.com - Fiqih bab shalat Jama (menggabungkan)

DISKRIPSI

Sebut saja kang Azam dari kota kediri yang akan berpergian ke rumah Bu Aliya di Jogjakarta dengan jarak tempuh melebihi 500 km.
Kang Azam berangkat pukul 13.00 dengan menggunakan kendaraan bus PO RAYA dan diperkirakan sekitar pukul 20.00 (setelah isya') WIB baru sampai di tempat tujuan.


PERTANYAAN

Bolehkah kang Azam menjama' Takdzim sholat ashar dengan sholat dzuhur ketika masih di rumah..??

JAWABAN

Menjama' shalat antara dhuhur dan ashar, maghrib dan isya' , menempuh cara taqdhim atau ta'khir pada dasarnya diperkenankan apabila ada hajat ( kebutuhan) tertentu. Tidak hanya alasan perang , hujan lebat atau menahan rasa sakit. Kebolehan tersebut juga berlaku saat seseorang tidak dalam perjalanan (musafir).

بُغْيَةُ الْمُسْتَرْشِدِيْنَ : باعلوي صـ 77حَكَى الْخَطَّابِيُّ عَنْ اَبِي إِسْحَقَ جَوَازَهُ (الْجَمْعَ) فِيْ الْحَضَرِ لِلْحَاجَةِ وَإِنَ لَمْ يَكُنْ خَوْفٌ وَلاَ 
مَطَرٌ وَلاَ مَرَضٌ . وَبِهِ قَالَ ابْنُ الْمُنْذِرِ


Iman Al- Khaththabi menghikayatkan dari Abu Ishaq akan kebolehan menjama' shalat (di rumah) tidak berpergian karena hajat , meskipun tidak ada ketakutan, tidak ada hujan, dan tidak sakit. Ibnu Mudzir telah berpendapat demikian . Nabi S.A.W pernah menjama' antara dluhur dan ashar, maghrib dan isya' di Madinah tidak terkait suasana perang atau hujan lebat. Kejadian itu dipahami oleh Abdullah bin Abbas sebagai wujud keinginan beliau untuk tidak mempersulit umatnya.

.رَوَى الْجَمَاعَةُ إِلاَّ الْبُخَارِي عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم جَمَعَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَبَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ 
بِالْمَدِيْنَةِ مِنْ غَيْرِ خَوْفٍ وَلاَ مَطَرٍ . قِيْلَ لاِبْنِ عَبَّاسٍ مَا أَرَادَ بِذ لِكَ ؟ قَالَ : أَرَادَ أَنْ لاَ يُحَرِّجَ أُمَّتَهُ


Sekelompok ahli hadits, kecualu Bukhari telah meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas bahwa Nabi SAW menjama' antara sholat dhuhur dan ashar dan antara shalat maghrib dan isya', tanpa ada ketakutan dan hujan.
Dikatakan kepada Ibnu Abbas,

  '' Apa yang di kehendaki dengan demikian itu.??''' Dia menjawab, ''Beliau menginginkan agar tidak menyusahkan umatnya'', Sekalipun ia masih berada di kampung tempat tinggalnya. Namun sebaiknya shalat jama'  tersebut di lakukan di luar rumahnya, yaitu di masjid atau mushola terdekat. Hal ini dimaksudkan agar yang bersangkutan nyata-nyata telah mengawali perjalanannya.

Saran melaksanakan shalat di luar rumah tempat tinggalnya merujuk pada pertimbangan lokasi Madinah yang sangat sepekulatif untuk di artikan sebagai ''rumah kediaaman Nabi SAW ''

Sebab tradisi beliau yang tidak pernah menunaikan shalat maktubah kecuali dengan berjama'ah di masjid yang berada di sebelah barat rumah beliau.
Adapun keinginan meng-qasar shalat rubaiyah, maka peluang mengamalkannya harus telah melintasi tapal batas desa.
Karena kemutlakan shalat qashar harus terkait dengan kondisi berpergian(dharbun fi al-ardi) sebagaimana disebutkan dalam
Al-Quran Surat An-Nisa ayat 101

.فِقْهُ السُّنَّةِ : سَيِّدْ سَابِقْ ، 1 صـ 241قَالَ ابْنُ الْمُنْذِرِ : وَلاَ أَعْلَمُ اَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَصَرَ فِيْ سَفَرٍ مِنْ أَسْفَارِهِ إِلاَّ بَعْدَ خُرُوْجِهِ مِنَ الْمَدِيْنَةِ


Ibnu Mundzir berkata, '' Saya tidak mengetahui bahwa Nabi SAW meng-qasar shalat dalam satu perjalanan dari perjalanan-perjalanan beliau kecuali dari kota maidnah


"وَقَالَ اَنَسُ بْنُ مَالِكٍ : صَلَّيْتُ الظُّهْرَ مَعَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم بِالْمَدِيْنَةِ اَرْبَعًا ، وَبِذِى الْحُلَيْفَةِ رَكْعَتَيْنِ [رَوَاهُ 
الْجَمَاعَةُ]وَيَرَى بَعْضُ السَّلَفِ أَنَّ مَنْ نَوَى السَّفَرَ يَقْصُرُ وَلَوْ فِيْ بَيْتِهِ


Anas bin Malik berkata, '' Saya shalat dhuhur beserta Nabi SAW di Madinah empat rakaat dan di Dzul Hulaifah dua rakaat. Hadits  riwayat sekelompok ahli hadits


عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ : شَهِدْتُّ الْفَتْحَ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَكَانَ لاَيُصَلِّي إِلاَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ يَقُوْلُ ِلأَهْلِ الْبَلَدِ 

صَلُّوْا أَرْبَعًا فَأَنَا مُسَافِرٌ[اَخْرَجَهُ اَبُوْ دَاوُدَ]


Imam bin Hushain berkata,
  '' Saya menyaksikan pembebasan kota Makkah bersama Rasullullah SAW : maka beliau tidak shalat kecuali dua rakaat, kemudian beliau bersabda kepada penduduk Makkah, '' Shalatlah kalian empat rakaat, saya musafir.''
Hadits riwayat Abu Dawud.

(Hasil bahas masa'il ponpes Nurul Huda Malang)



Share this:

Post a Comment

 
Copyright © benangmerahdasi.com. Designed by OddThemes & VineThemes