Home » ASWAJA » Abu Wafa al- Buzjani. Matematikawan yang di kagumi Barat
Abu Wafa al- Buzjani. Matematikawan yang di kagumi Barat
By Info Pecalungan • June 01, 2017 • ASWAJA • Comments : 0
BenangmerahDasi -JASMERAH (Jangan sekali-kali melupakan sejarah)
Abu Wafa al-Buzjani, Mematematikawan yang dikagumi Barat
Ternyata selain al- Khawarizmi, Islam juga memiliki ahli matematik yang handal dan fenomenal, Namanya Abul Wafa al-Buzjani, '' Ia adalah salah satu matematikus terhebat yang dimiliki peradaban Islam, ''Papar George Sarton dalam bukunya bertajuk Introduction to the History of Scince.
Abul Wafa yang hidup pada abad ke -10 M, seorang saintis serba bisa. Selain jago di bidang metematika, Ia pun terkenal sebagi insinyur dan astronom kenamaan pada Zamanya.
Kiprah dan pemikirannya di bidang sains di akui peradaban barat, Sebagai bentuk pengakuan dunia atas jasanya mengembangkan astronomi organisasi astronomi dunia mengabadikan namanya menjadi salah satu kawah bulan.
Tak heran, Jika sang ilmuwan muslin itu sampai saat ini bergitu di hormati dan si segani ilmuwan barat.
Dalam bidang matematika, Abu wafa pun banyak memberi sumbangan yang sangat penting bagi pembangunan ilmu berhitung, Betapa tidak, sepanjang hidupnya, telah melahirkan sederet inovasi penting bagi ilmu matematika. Ia tercatat menulis kritik atas pemikiran Eucklid. Diophantos dan Al-Khawarizmi. sayang risalah itu telah hilang.
Sang ilmuwan mewariskan kitab al-kamil yang membahas tentang ilmu hitung (artimatika) praktis. Kontribusi lainya yang tidak kalah penting dalam ilmu matematika adalah kitab Al-Handasa yang mengkaji penerapan geometri. Ia juga berjasa besar dalam mengembangkan trigonometri.
Ia orang pertama yang mencetuskan rumus umum sinus dan metode baru membentuk tabel sinus. Juga membenarkan nilai sinus 30 derajat ka tempat desimel kedelapan.
Yang lebih mengagumkan lagi, Ia membuat studi khusus tentang tangen serta mengitung sebuah tabel tangen.
Istilah secan dan co secan juga pertama kali dikenalkan oleh Abul Wafa. Baron Carra de Vaux yang hidup pada abad 19 M mengangbil konseo secan yang dictuskannya.
Salah satu jasa terbesar yang di berikan Abu Wafa bagi setudi matematika adalah trigonometri. Ini sebuah cabang matematika yang berhadapan dengan sudut segi tiga dan fungsu trigonometrik seperti sinus, cosinus dan tangen. Trigonomerti memiliki hubungan dengan geometri, meskipun ada ketidaktepatan tentang hubungannya, Namun bagi beberapa orang trigonometri adalah bagian dari geometri.
Dalam trigonometri, Abu Wafa telah memperkenalkan fungsi tangen dan memperbaikai metode penghitungan tabel trigonometri. Ia juga memecahkan sejumlah masalah yang berkaitan dengan sephesial triangles.
Secara khusus, Ia berhasil menyusun rumus yang menjadi identitas trigonometri
Rumus tersebut yaitu:
sin(a +b)= sin(a) cos(b)+ cos(a)sin (b)
cos(2a) = 1-2sin2(a)
sin(2a) =2sin (a) cos(a)
selain itu, Abul Wafa berhasil membentuk rumus geometri untuk parabola yakni : x4 =a and x4 + ax3=b
Rumus-rumus penting itu hanyalah secuil hasil pemikirannya yang hingga kini masih bertahan. kemapuannya menciptakan rumus-rumus baru matematika membuktikan bahwa Abul Wafa adalah metematikus Muslim yang jenius.
Tumbuh dari lingkungan ilmu
Abul Wafa tumbuh di era bangkitnya dinasti islam baru Buwaih tahun 945 hingga 1055 M. Kesultanan Buwaih menancapkan benderanya di antara priode peralihan kekuasaan dari Arab ke Turki. Dinasti ini memindahkan ibu kota pemerintahannya ke Baghdad saat Abdul ad-Dawlah berkuasa dari tahun 949 hingga 983 M. pemerintahan ad-Dawlah sangat mendukung dan memfasilitasi para ilmuwan dan seniman.
Dukungan itulah yang membuat Abul Wafa memutuskan hijrah dari kampung halaman ke Baghdad. Sang ilmuwan dari Khurasan ini lalu memutuskan mendedikasikan dirinya bagi ilmu pengetahuan di tana Adud ad -Dawalah pada tahun 959 M.
Abu Wafa bukanlah satu-satunya matematikus yang mengabdikan dirinya bagi ilmu pengetahuan di istana itu.
Matematikus yang juga bekerja di istana Adud ad-Dawalah antara lain: al-Quhi dan al-Sijzi. Pada tahun 983 M, Sukesi kepemimpinan terjadi di dinasti Buwaih. Adud ad-Dawalah digantikan puteranya benama Sharaf ad-Dawalah. sama seperti sang ayah, Sultan baru itu juga sangat mendukung perkembangan matematika dan astronomi, Abul Wafa pun makin kerja keras di istana.
Kecintaan sang sultan pada astronomi makin memuncak ketika dirinya ingin membangun sebuah sebuah obsevatorium, Abul Wafa dan temannya al-Quhi pun mewujudkan ambisi sang sultan. Observatorium astronomi di bangun di taman istana sultan di kota Baghdad. Kerja keras Abul Wafa pun berhasil Obeservatorium itu secara resmi dibuka pada bulan Juni 988 M.
Untuk memantau bintang dari Observatorium itu secara khusus Abul Wafa membangun kuadran dinding. Sayang, Obsevatorium tak bertahan lama Begitu Sultan Sharaf ad-Dawalah wafat, Observarotium itu pun lalu di tutup.
Sederet karya besar telah di hasilkan Abul Wafa selama mendedikasikan dirinya di istana sultan Buwaih. Beberapa kitab bernilai yang di tulisnya antaralain: kitab Fima Yahtaju Ilaihi al-kuttab wa al-Ummal min 'Ilma al- Hisab sebuah buku tentang aritamika. dua salinan kitab itu, sayangnya tak lengkap, kini berada di perpustakaan Leiden, Belanda serta Kairo Mesir.
Dalam geometri, ia menulis ''kitab fima Yahtaj Ilahi as-Suna' fi 'Amal al-Handasa''. Buku itu di tulisnya atas permintaan khusus dari Khalifah Baha'al-Dawala. Salinannya berada di perpustakaan Masjid Aya Sofa, Istambul. Kitab al-Majesti adalah buku karya Abul Wafa yang paling terkenal dari semua buku yang di tulisnya. Salinannya yang juga sudah tak lengkap kini tersimpan di perpustakaan Nasional Paris, Prancis.
Sang metematikus terhebat di abad ke 10 itu tutup usia pada 15 juli 998 di kota Baghdad, Irak. Namun, hasil karyanya dan pemikiranya hingga kini kasih tetap hidup
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment